Parfum

1.9K 182 20
                                    

Hari semakin siang dan Sehun masih tertidur di sofa. Luhan yang sedaritadi duduk pun hanya bisa memandang wajah tampan suaminya itu dengan tenang. Dan sebenarnya, Luhan ingin ke dokter kandungan. Ia ingin tahu bagaimana usia kandungannya. Tapi kalau harus membangunkan Sehun sepertinya Luhan tidak mau. Tapi di sisi lain, Luhan pun tidak mau pergi sendiri. Jadi dilema.

"Aku tidak nyaman dengan keadaan kita seperti ini, Sehun" Gumam Luhan sembari mengacak-ngacak mangga yang ada di mangkuknya. Luhan menggigit pelan bibir bawahnya.

Sesekali Luhan melirik Sehun yang tertidur. Memikirkan cara terbaik untuknya. Ia bingung, apakah ia harus membangunkan Sehun untuk mengantarnya. Atau Luhan menelpon temannya saja untuk mengantarkannya. Bukan apa-apa, Luhan sedang tidak mau dekat dengan Sehun. Apalagi harus mencium aroma parfum Sehun. Sungguh sangat tidak mau.

Luhan jalan ke kamar. Bermaksud untuk mengambil ponselnya yang ada disana. Lalu ia kembali lagi ke ruang tamu setelah mengambil ponselnya. Luhan membuka kontak di layar ponselnya, ia mencari kontak Baekhyun. Ia menekan nomor Baekhyun. Mencoba menelpon temannya itu.

Panggilan mulai menghubungkan sampai akhirnya panggilannya pun terangkat. Tapi bukannya mendengar suara perempuan, Luhan hanya mendengar suara pria yang sudah diyakini itu adalah suaminya Baekhyun, Chanyeol.

"Ha-halo Chan, kemana Baekhyun?"

Chanyeol menjawab di telpon, bahwa Baekhyun tengah tertidur. Karena Baekhyun sama seperti Luhan, ia tengah hamil. Tapi lebih dulu Baekhyun. Dan sialnya, Luhan melupakan itu.

"Memang ada apa?"

"Ti-tidak, aku hanya rindu pada Baekhyun" Terpaksa Luhan berbohong. Karena kalau ia berkata jujur, mungkin Chanyeol akan memarahinya karena bukannya meminta sama Sehun malah memintanya ke Baekhyun.

"Kalau begitu, aku tutup ya Chan"

Pip

Panggilan pun terputus. Luhan sangat menunjukan wajah kecewanya. Ya Luhan juga tidak bisa memaksa.

"Kamu telpon siapa?" Celetuk Sehun yang masih berbaring dengan mata terpejamnya.

"Astagaa. Ihh Sehun aku kaget"

Luhan refleks memukul jidat Sehun. Tapi Sehun tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa. Ia mulai mendudukan tubuhnya. Lalu menghela napas sebelum akhirnya menoleh kepada Luhan.

"Kamu tadi telpon siapa?"

"Bukan siapa-siapa"

"Kalau kamu ada apa-apa, jangan bilang ke orang lain. Aku suami kamu" Sehun menatap Luhan. Tapi ia menatapnya lembut. Berbeda dengan Luhan. Ia berusaha untuk menunjukan ekspresi datarnya.

"Kenapa kamu berkata seperti itu? Kenapa kamu membuatku seakan aku yang jahat kepadamu?"

Wajah datar Luhan mulai berubah. Matanya memerah. Padahal sebenarnya omongan Sehun tidak menyakitinya. Hanya saja ia sedikit sensitif kalau mendengar itu. Seakan Luhan mengabaikan Sehun sebagai suaminya.

"Tadi aku menelpon pria lain. Kenapa? Kamu puas?"

Sehun mencoba untuk tidak menjawab istrinya. Ia mengusap wajahnya. Kemudian mendekati istrinya yang cemberut.

"Aku minta maaf ya sayang" Sehu n tidur di paha Luhan. Ia mencium perut Luhan di balik bajunya. Dan memeluknya.

"Jangan membuatku luluh"

"Tidak sayang" Ucap Sehun sembari menguap. Mata Sehun kembali terpejam ketika tidur dekat perut Luhan. Memang, Luhan tidak keberatan. Tapi jantungnya yang keberatan. Karena melihat wajah tampan Sehun sangat tidak baik untuk kesehatan jantung. Jantungnya terus berdebar.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang