Penuh dengan tanya

1.3K 138 11
                                    

Hari mulai berganti malam. Kai dan Yohan masih menjaga Sehun di apartemen. Tentu mereka bosan. Tapi kalau tidak seperti itu, Kai takut Sehun nanti bangun dan melakukan hal yang tidak-tidak.

"Ngh"

Tiba-tiba terdengar lenguhan Sehun. Kai dan Yohan mengalihkan pandangannya pada Sehun. Mata elangnya itu perlahan terbuka. Kepalanya terasa pening, jadi Sehun langsung memijat pelipisnya.

"Luhan" Panggil Sehun dengan suara seraknya, khas orang bangun tidur.

Meski begitu. Kai maupun Yohan tak ada yang menjawab panggilan Sehun. Kedua pria itu hanya diam tak bergeming dengan kedua matanya masih melihat ke arah Sehun.

"Aku minta minum"

Yohan mengambil gelas berisi air putih di atas meja yang memang sudah di siapkan sejak tadi. Ia mendekati Sehun sembari menyodorkan gelasnya.

Ketika pandangannya sudah semakin jelas. Sehun mengerutkan keningnya heran. Orang yang dilihatnya bukanlah istrinya, tapi Yohan. Ia sempat berpikir. Apa mungkin, ia masih di rumah Yohan.

"Mari saya bantu duduk"

Sebelah tangan Yohan membantu mendudukan tubuh Sehun di atas sofa. Lalu, ketika posisinya sudah benar. Yohan memberikan gelas itu pada Sehun. Dan Sehun menerimanya.

"Dimana Luhan?" Tanya Sehun melirik Yohan dengan ujung matanya.

"Minum dulu" Jawab Kai dengan tatapan datarnya.

Sehun tak melawan. Gelas berisi air itu diteguknya sampai habis sampai tenggorokannya kembali terasa segar. Lalu ia memberikan kembali gelasnya pada Yohan.

"Dimana Luhan?" Tanyanya lagi.

"Aku tidak tahu"

"Apa dia sudah tidur?"

"Kubilang, aku tidak tahu"

Sehun menghela napas. Sebelah tangannya mengusap wajahnya pelan. Kemudian, ia turun dari sofa. Berjalan ke arah pintu kamar. Kai yang melihatnya tidak melarang.

Ketika pintu dibuka, Sehun tak menemukan Luhan. Kasurnya itu masih rapih. Tapi disana, Sehun melihat sesuatu yang janggal. Ruangan pakaiannya terlihat acak-acakan. Koper yang berada di atas lemari pun tidak ada satu.

"Dimana Luhan, Kai?"

"Aku tidak tahu, Sehun"

Kaki Sehun berjalan kembali ke arah Kai. Tangannya itu mencengkram baju Kai. Tatapannya yang tadi biasa saja mulai berubah jadi tajam.

"Dimana kau menyembunyikan istriku?"

"Jangan menuduhku seperti itu. Aku mengantarmu kesini pun Luhan sudah tidak ada" Bohong Kai dengan tak kalah tajam dari Sehun.

Seketika tangannya langsung menghempaskan Kai begitu saja. Ia langsung beralih pada Yohan.

"Dimana istri saya, Yohan? Kamu pasti tidak akan berbohong padaku"

Sehun terlihat memohon pada Yohan. Wajahnya benar-benar memelas.

"Maaf pak. Saya pun tidak tahu, bu Luhan ada dimana. Pak Kim benar. Ketika kami sampai ke apartemen, bu Luhan sudah tidak ada" Tatap Yohan meyakinkan. Dan disitu, Sehun langsung mengusap wajahnya kasar. Kemudian ia mencari ponselnya di atas meja dan di saku hoodienya.

"Dimana ponsel saya?"

"Ini pak" Yohan mengambil ponsel Sehun di saku jasnya. Memberikannya langsung pada Sehun.

"Tadi bu Luhan menitipkannya pada saya"

"Terima kasih"

Sehun mengambil ponselnya dari tangan Yohan. Lalu membuka kontak dan mencari nomor Luhan. Ia langsung menghubunginya. Tapi ponselnya tak tersambung. Seakan sengaja di matikan.

"Kumohon angkat" Gumam Sehun.

Otomatis Kai yang melihat tingkah Sehun hanya berdecih.

"Kenapa kau sekhawatir ini?" Tanya Kai menatap Sehun jijik.

"Itu bukan urusanmu"

Kaki Kai mulai berdiri dan mendekat ke arah Sehun.

"Kemana kau selama ini? Kau hanya mengkhawatirkan Luhan ketika dia sudah tidak ada. Apa itu yang dinamakannya suami?" Sindir Kai dengan tatapan tak percayanya.

"Sudah kubilang, itu bukan ur-"

"Tentu itu urusanku!"

Mendengar teriakan Kai, Sehun langsung menurunkan ponselnya. Pandangannya mulai menatap Kai dengan heran.

"Dengar ya Sehun, aku diam bukan berarti aku takut. Aku diam karena aku hanya ingin menggunakan waktu yang pas untuk menghajarmu"

"Apa maksudmu?"

"Kau lupa? Siapa yang lebih dulu kenal Luhan? Aku, Sehun. Dan kau hanya sebagai orang ketiga yang menghancurkan hubunganku denganya"

Mata Kai mulai berkaca-kaca. Rahang dan lengannya pun mulai tegas mengepal. Kalau tidak ingat status kakak adik, Kai bersumpah akan menghajar Sehun habis-habisan disini.

"Orang ketiga? Kai, dengar. Aku memang mendekati Luhan. Tapi aku tidak pernah memaksanya untuk mau padaku"

"Itulah alasanya! Kau sudah memperdaya Luhan sehingga Luhan sangat bergantung padamu"

Bibir Sehun tak bergeming. Wajah Kai sangat terlihat jelas sekarang. Wajah kesal dan marahnya sangat terlihat oleh Sehun.

"Sudahlah Kai. Aku kan sudah bilang. Aku dan Luhan akan bercerai. Kau bisa mengambilnya setelah kita bercerai" Ucap Sehun tenang. Tapi berbeda dengan Kai. Kepalanya mulai menggeleng.

"Kau gila Sehun. Kau memperlakukan Luhan seakan Luhan itu sebuah barang yang bisa kau buang kapan saja"

"Yohan" Panggil Sehun.

"Iya pak?"

"Tolong bawa dia keluar" Sehun sempat ingin berjalan menjauh. Dan Kai langsung menahannya.

"Kau mengusirku?"

"Yohan cepat"

Yohan hanya mengangguk. Pria itu langsung berjalan ke arah Kai. Menarik kedua tangan Kai yang memegang tangan Sehun.

"Ayo keluar pak"

"Saya bisa keluar sendiri" Dorong Kai ketika Yohan mencoba menariknya.

"Oke. Aku akan keluar. Dan kuharap, kau tidak menyesal mengusirku dari sini"

Kai perlahan mulai pergi keluar pintu apartemen. Sehun menatap punggung Kai bingung. Tapi karena tidak kuat, Sehun pun kembali duduk di sofa. Ditemani Yohan di sampingnya.

"Yohan, dimana Luhan?"

"Saya tidak tahu pak"

"Sebenarnya dia kemana. Kenapa dia pergi dari rumah? Terlebih dia sedang hamil" Ucap Sehun sendu. Dan Yohan langsung mengelus punggung atasannya.

"Bapak sabar. Bapak tunggu saja sampai hari H kalian bercerai. Mungkin bu Luhan akan datang ke pengadilan. Dan disana bapak bisa tanya, kenapa ibu pergi"

Sehun tak menjawab. Kepalanya menunduk sembari memegang ponselnya yang terus-menerus menelepon Luhan. Walaupun Sehun tahu tidak akan di angkat.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang