0.6 𝐋𝐚 𝐝𝐢𝐟𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐜𝐞

1.8K 180 7
                                    

Sehun dan Luhan mengangkat belanjaannya ke dapur. Sebenarnya Luhan kaget, karena ketika ia melihat belanjaannya Sehun yang begitu banyak. Dan setelah Luhan lihat, benar saja, semuanya berisi makanan. Meski ada beberapa skincare yang terdampar disana.

"Kamu belanja banyak seperti ini, terus kemana bonnya?"

"Sengaja aku buang" Sehun terlihat cengengesan ke arah Luhan. Karena Sehun tahu. Kalau Luhan melihat bonnya, pasti akan diomeli sampai habis karena Sehun boros.

"Kamu jangan boros-boros Sehun ihh!"

"Aku kan juga ingin memanjakanmu, sayang" Bela Sehun sembari mengangkat skincarenya di depan Luhan.

"Iya, tapi dengan adanya kamu disini pun, aku sudah termanjakan Sehun"

Sehun mendekat ke arah Luhan. Raut wajah istrinya itu mulai cemberut. Padahal cuma sepele. Karena bon belanjaannya Sehun buang, Luhan jadi cemberut seperti ini.

Sehun menggenggam kedua tangan Luhan. Mengecupnya sayang.

"Aku melakukan ini karena kamu tidak pernah meminta sesuatu padaku. Jadi wajar aku memanjakanmu seperti ini"

Luhan menghela napas. Memang benar Luhan tidak pernah meminta sesuatu yang lebih kepada Sehun. Karena Luhan tidak ingin suaminya itu boros hanya karena permintaan aneh-aneh dirinya nanti.

"Bukan begitu. Aku tidak ingin merepotkanmu Sehun. Secara kamu sekarang lagi sibuk-sibuknya. Mana mungkin aku membebanimu hanya karena permintaanku" Luhan mengelus pipi Sehun dengan sayang. Dan Sehun menikmati itu.

"Baiklah, aku mengerti"

Genggaman tangan Sehun mulai terlepas. Sehun mengusak rambut pirang Luhan pelan sebelum mereka kembali membereskan barang belanjaan.

Sekilas-sekilas, Sehun memperhatikan Luhan dari pinggir. Wajah Luhan memang mempunyai daya tarik sendiri menurutnya. Wajah manisnya memang tidak membohongi dengan sikap manisnya juga. Jujur, Sehun mulai merasakan perbedaan Luhan dengan Irene. Dari cara sikap mereka yang bertolak belakang. Tentu saja Sehun lebih senang wanita dengan sikap baik.

"Sehun, kamu bisa taruh ini diatas tidak? Aku tidak sampai"

Lamunannya menjadi buyar ketika suara Luhan menginterupsi.

"Tentu sayang"

Sehun mengambil beberapa makanan di tangan Luhan. Ia memasukannya kedalam lemari gantung yang ada di dapur. Tapi ya resikonya, Sehun tidak akan menata makanan itu dengan rapih.

"Hmm Sehun, kamu mau makan apa?"

Mata Sehun melihat jam tangannya sekilas. Sudah mulai jam 12 siang. Sedangkan meetingnya akan dimulai jam 1 siang. Untung masih punya waktu satu jam bersama Luhan.

"Ramyeon aja"

"Oke"

"Aku tunggu di ruang tamu ya" Sehun mengecup bibir Luhan sekilas. Lalu berlari ke sofa panjang seperti anak kecil.

Setelah Sehun pergi. Luhan mulai memasak ramyeonnya. Tak lupa juga Luhan menyiapkan segelas jus untuk suaminya itu.

Sembari memasak, Luhan melihat ke arah ruang tamu. Ia melihat Sehun tengah membaringkan dirinya di sofa panjang. Dan sebetulnya itu momen yang jarang Luhan temukan. Biasanya ia akan melihat Sehun tengah malam. Tapi sekarang Sehun rela datang ke apartemen untuk menghabiskan waktu jam makan siangnya bersamanya. Romantis bukan?

"Rasa sayangku sepertinya semakin besar Sehun" Gumam Luhan dengan senyumnya.

-

Ramyeon sudah jadi. Luhan langsung membawanya ke ruang tamu.

"Hey Sehun bangun sayang, ramyeonya sudah jadi"

Perlahan mata elang Sehun terbuka. Ia langsung duduk di sebelah Luhan.

"Ayo makan dulu"

Aroma ramyeon buatan Luhan benar-benar menggugah selera makan. Apalagi kalau dinikmatinya berdua seperti ini. Sehun jadi semakin betah di apartemen ketimbang harus balik lagi ke kantor.

Sebelum makan, Sehun melihat jam tangannya sekilas. Sudah pukul setengah 1 siang. Ternyata Luhan lumayan lama membuat ramyeon. Hampir setengah jam.

"Kenapa? Jam makan siang kamu udah habis?" Tanya Luhan.

"Sebentar lagi. Tapi aku bakal makan ramyeonnya ko"

"Iya sayang"

Sehun langsung ambil sumpit dan makan ramyeon dengan sedikit cepat. Untung saja ramyeonnya tidak pedas. Jadi Sehun bisa menghabiskannya dengan cepat, walaupun sedikit panas di mulutnya.

Drrt drrt

Ponsel Sehun bergetar di atas meja. Dan Luhan sadar itu. Ada nama Irene di layar ponsel Sehun. Sebenarnya, Luhan ingin sekali mengangkat panggilan itu. Tapi Sehun terlebih dulu mengambilnya.

"Bentar aku angkat telpon dulu" Sehun sedikit menjauh dari Luhan.

"Kenapa?"

Sehun langsung to the point pada Irene. Dan di sebrang, Irene mengatakan bahwa klien meeting dari singapore datang lebih awal.

"Tolong kamu bilang kepada mereka, saya sedang menuju kantor sekarang"

"Baik"

Irene memutuskan panggilannya dengan cepat. Ya Sehun mengerti. Irene marah padanya. Dan jujur, Sehun sedikit merasa bersalah karena sebelumnya sudah menyakiti hati Irene.

Sehun berjalan ke arah Luhan. Berlutut di depan Luhan sembari menggenggam kedua tangan istrinya itu.

"Sayang, aku harus ke kantor sekarang. Maaf tidak bisa berlama-lama disini"

"Gak apa-apa Sehun. Aku mengerti"

"Terima kasih Luhan"

Sehun mulai berdiri. Mengecup kening, hidung, pipi dan terakhir bibir Luhan. "Aku pergi ya. Kalau ada apa-apa, langsung telpon aku!"

"Iya suamiku~"

Sehun mengambil sepatunya, dan langsung keluar dari apartemen.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang