Kelalaian

1.4K 160 24
                                    

Sehun masuk ke dalam apartemen. Ia menggendong Luhan ke kamar. Lalu Sehun menidurkannya di kasur. Sehun juga tak lupa melepaskan high heels dan tas kecil Luhan sebelum menyelimutinya.

"Akh pegal"

Sehun duduk di sebelah Luhan. Ia melepaskan tuxedo yang dipakainya, lalu melemaskan tangan dan kakinya. Padahal tubuh Luhan terlihat kecil. Tapi kalau sudah di gendong, berat badanya seakan langsung naik begitu saja. Dan itu membuat Sehun sedikit pegal.

Mata Sehun melirik Luhan yang tertidur di sebelahnya. Sepertinya Luhan capek, karena Sehun bisa mendengar dengkuran halus dari istrinya itu. Bibirnya sedikit tersenyum. Tangannya mengelus rambut Luhan lembut.

Seketika pikiran Sehun teringat ucapan Solar. Bahwa, Solar akan mengirimkan email padanya. Wanita itu akan mengirimkan list yang harus ia siapkan nanti untuk mengurus surat cerainya. Sehun pun berjalan ke arah meja yang ada di ujung kamar. Ia duduk di kursi dan membuka laptopnya. Setelah menyala, Sehun membuka passwordnya. Ia membuka g-mail untuk melihat apakah Solar sudah mengirimkannya. Dan benar, Solar sudah mengirimkannya.

"Cepat sekali" Sehun membuka email dari Solar. Disana, Solar memberi Sehun list yang lumayan banyak. Tapi mau tidak mau, Sehun harus menurutinya.

Usai membaca email dari Solar. Sehun berdiri dan berjalan ke ruang pakaiannya. Ia membuka laci paling bawah untuk mencari dokumen pernikahannya dengan Luhan. Setelah menemukannya, Sehun langsung mengumpulkan selembar demi selembar dari kertas dokumen itu.

Karena kegiatan Sehun itu sedikit mengusik Luhan. Akhirnya Luhan pun membuka matanya perlahan. Ia menelaah pandangannya kemana-mana. Tapi karena suaranya berasal dari ruang pakaian, Luhan pun turun dari kasur dan berjalan gontai ke arah sana.

Mata Luhan langsung terbuka sempurna ketika melihat Sehun yang tengah sibuk membongkar laci penting mereka.

"Sehun, apa yang kamu lakukan?"

"Aku sedang mengumpulkan kertas penting untuk bahan perceraian kita"

Refleks Luhan menarik tangan Sehun. Tapi suaminya itu dengan cepat menepisnya kasar. Hingga Luhan sedikit mundur akibat dorongan Sehun yang kuat.

"Jadi kamu serius Sehun? Kamu tidak memikirkan anakmu jika nanti kita bercerai?" Luhan berbicara pelan. Tapi itu tidak di dengar oleh Sehun. Pria itu terus membongkar lacinya sampai ke paling dalam.

"Sehun, kumohon hentikan! Jangan seperti ini"

Mata Luhan mulai berair. Ia tidak kuat melihat Sehun melakukan ini. Pikirannya sudah di kuasai oleh kata cerai dengan kuat. Mungkin kalau Luhan mencoba lagi untuk menghentikannya, sepertinya Sehun tidak akan segan-segan untuk menyakitinya.

"Aku tidak ingin menyakitimu. Jadi biarkan aku membereskan ini"

"Sehun hiks. Aku tidak mau kita cerai"

"Jangan munafik Luhan"

Dikira sudah cukup. Sehun membereskan kembali dokumennya yang sempat berantakan ke dalam laci. Lalu ia mengambil dokumen yang sudah di siapkannya ke sebuah map coklat.

"Sehun hiks"

Sehun mengabaikannya. Ia terus berjalan ke arah laptopnya. Lalu
membaca listnya kembali. Tapi Luhan langsung menutup laptopnya. Ia sudah tidak peduli apa yang akan Sehun lakukan nantinya.

"Apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu Sehun?" Luhan kembali menatap Sehun yang sepertinya tidak suka dengan apa yang Luhan lakukan.

"Jangan seperti ini Luhan"

"Kamu yang jangan seperti ini Sehun hiks" Luhan memukul dada Sehun sedikit keras. Ia menangis sambil menatap Sehun.

"Kalau kamu seperti ini, aku malah semakin ingin menceraikanmu. Jadi kumohon, jangan seperti ini"

Sehun mengambil laptopnya. Ia membawanya ke ruang tamu. Luhan pun mencoba menahan Sehun sampai ke pintu. Tapi bukannya diam, Sehun terus berjalan sampai membuat Luhan menabrakan tubuhnya ke pintu. Bahkan mengenai perutnya.

"Akh Sehun"

Sehun tetap mengabaikan Luhan. Padahal Luhan sudah memegang perutnya yang sakit. Tapi karena terlalu egois, Sehun hanya terus berjalan dan duduk di sofa.

"Sehun perut aku sakit"

"Jangan sekarang Luhan"

"Sshh Sehun sakit"

Luhan mulai terduduk di pintu sembari memegangi perutnya. Rasa sakitnya sangat membuat Luhan ingin nangis. Bibirnya terus meringis.

"Sehun perut aku shh akh sakit"

Mendengar kalimat itu pun, Sehun melihat ke arah Luhan yang sudah terduduk di depan pintu. Tangan istrinya itu meremas genggaman pintu dengan keras karena menahan rasa sakit.

Otomatis Sehun menaruh map coklatnya yang sedari tadi ia bawa di atas meja. Ia langsung berjalan ke arah Luhan yang tengah kesakitan.

"Hei Luhan. Lihat aku" Sehun memegangin perut Luhan. Ia panik karena melihat wajah Luhan yang sangat menahan sakit. Matanya terus terbuka dan terpejam.

"Hiks Sehun"

"Tahan sayang"

Tanpa basa basi, Sehun menggendong Luhan dengan kedua lengan kekarnya. Lalu ia berjalan keluar apartemen. Sehun rela menggunakan tangga darurat untuk membawa Luhan sampai ke basement. Ia ingin membawa Luhan ke rumah sakit. Tapi karena Sehun berjalan dari lantai 9, Sehun sedikit kewalahan. Walaupun begitu, ia tidak berhenti dan terus membawa Luhan sampai basement.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang