Sidang

1.5K 181 31
                                    

6 bulan berlalu.

Hari ini, Sehun mendapatkan surat sidang dari pengadilan. Ini adalah sidang perceraian terakhirnya bersama Luhan. Segala hak asuh anak, harta warisan, akan diputuskan sekarang.

Sehun keluar dari kamar mandi. Masuk ke dalam ruang pakaiannya. Seperti biasa, Sehun memilih kemeja putih dengan jas hitamnya.

Tok tok

"Sehun, ini ibu"

Bibir tipisnya itu tak menjawab suara ibunya di luar pintu. Ia dengan santai memakai pakaiannya sampai rapih.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Sohye masuk ke dalam kamar Sehun. Wanita paruh baya itu sempat menghela napas ketika menemukan Sehun di ruang pakaiannya.

"Sehun, kamu sudah siap?

"Hm"

Sohye menatap Sehun dengan tatapan sendu. Wajah anaknya itu tampak murung. Tidak ada tanda-tanda semangat lagi semenjak sidang pertama di mulai.

"Sehun, ibu tunggu di luar ya. Nanti kita makan dulu sebelum pergi" Ucap Sohye sembari berjalan ke arah pintu berniat untuk keluar.

Di ruang pakaian, Sehun terkulai lemas. Kakinya perlahan berjongkok di depan lemari pakaiannya. Matanya mulai memanas. Napasnya pun tersenggal-senggal. Sehun mulai terisak dengan matanya yang berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit ketika perpisahannya dengan Luhan semakin dekat.

"Kamu dimana Luhan" Gumam Sehun di sela tangisannya.

Meski Sehun selalu melihat Luhan di pengadilan. Ia tidak pernah berbicara berdua. Bahkan Luhan selalu menghindar. Ketika sidang sudah selesai pun, Luhan selalu buru-buru pergi. Jadi ia tidak tahu kemana Luhan pergi.

"Aku merindukanmu dan juga anak kita"

Pipi Sehun mulai basah. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Sehun sangat merindukan Luhan. Ia juga khawatir dengan kandungannya Luhan. Secara selama berbulan-bulan, Luhan tidak pernah mengabarinya sekali pun.

Sehun menatap isi lemarinya. Tak ada lagi pakaian Luhan disana. Tapi di rak bawah, ada sebuah kotak sepatu berwarna pink. Seketika isakan Sehun pun berhenti. Kedua tangannya mencoba meraih kotak sepatu itu. Sehun membukanya. Disana ada sepasang flat shoes Luhan.

"Apa Luhan sengaja meninggalkannya?"

Bibir Sehun tersenyum samar-samar. Sekarang Sehun punya alasan untuk menahan Luhan nanti setelah sidang. Tak apa Luhan tak mau berbicara, asal ia bisa melihat wajah Luhan untuk terakhir kalinya.

Ceklek

Pintu kamar kembali terbuka. Muncul Sohye di balik pintu.

"Hei, Sehun. Kamu sedang apa? Ayo makan dulu sebelum terlambat"

Kaki Sehun buru-buru berdiri. Ia mulai berjalan mendekati Sohye ke arah pintu.

"Kita tidak usah sarapan. Kita langsung pergi saja bu" Sehun berjalan keluar kamar dengan membawa kotak sepatu Luhan di tangannya.

-

Di basement, Sehun dan Sohye masuk ke dalam mobil. Kotak sepatu yang sedaritadi Sehun bawa, ditaruh di kursi belakang.

"Itu punya siapa, Sehun?"

"Punya Luhan"

Sehun mulai mengeluarkan mobilnya dari basement. Ia melajukan mobilnya sedikit cepat ke arah pengadilan.

Di perjalanan menuju pengadilan. Sehun terus fokus ke arah jalan. Ia hanya ingin buru-buru bertemu dengan Luhan nanti di pengadilan.

"Oh iya Sehun, sepertinya kandungan usia Luhan semakin besar. Apa kamu tidak akan membelikan Luhan perlengkapan bayi?" Tanya Sohye sekilas menoleh ke arah Sehun.

"Iya, aku pasti membelikannya. Tapi ibu kan tahu, setiap di pengadilan, Luhan selalu menghindariku"

Sohye terdiam sejenak. Wajahnya tampak serius memikirkan sesuatu.

"Bu, apa ibu bisa menolongku?"

"Tolong apa?"

"Tolong tanyakan keberadaan Luhan pada Kai. Aku yakin, Kai tahu sesuatu tentang Luhan"

Kepala Sohye mengangguk. Ia mengelus pundak Sehun dengan sayang. Tak lupa juga ia tersenyum.

"Iya, nanti ibu coba tanyakan pada Kai"

"Terima kasih"

Mobil Sehun sampai di pengadilan. Ia memarkirkan mobilnya di samping mobil Solar. Setelah terparkir, Sehun mengambil kotak sepatu Luhan. Lalu membawanya keluar dari mobil.

Sehun berjalan terlebih dulu masuk ke dalam pengadilan. Berbeda dengan Sohye. Wanita paruh baya itu berjalan sangat pelan di belakang Sehun.

"Sehun, pelan-pelan jalannya" Panggil Sohye. Tapi anak sulungnya itu tak mendengarnya. Dan terus berjalan sampai hilang dari pandangannya.

Tiba-tiba, ada sebuah motor berhenti di depan gedung pengadilan. Setelah dilihat, ternyata itu motor Kai. Tapi ada yang membuat Sohye terdiam. Di kursi boncengan Kai, ada Luhan yang tengah turun dari sana.

"Kamu bisa turunnya?"

"Bisa Kai" Luhan berhasil turun dari motor. Sebelah tangannya menahan perutnya yang mulai membesar.

Sohye yang melihat itu pun mulai mendekati Kai. Menciduk keduannya yang terlihat seperti pasangan suami istri.

"Kai!"

Refleks Kai dan Luhan langsung menoleh. Mereka terkejut ketika mendapati Sohye yang berada tak jauh dari motornya.

"Kenapa kalian bisa datang bersama?"

"Kami tak sengaja bertemu di jalan bu" Jawab Luhan spontan.

"Tidak mungkin. Jujur, kenapa kalian bisa bersama seperti ini?"

Luhan menggigit bibir bawahnya sembari menunduk. Ia bingung harus menjawab apa. Kai yang ada di samping Luhan mulai mendekati ibunya.

"Aku menjemput Luhan di officetell"

"Officetell? Jadi benar kata Sehun, kamu membawa Luhan"

Pria di depannya itu hanya mengangguk jujur pada Sohye.

"Di officetell mana kamu menyembunyikan Luhan?"

"Di officetell tempat tinggal Taemin"

Raut wajah Sohye terlihat marah. Tangannya sangat ingin memukul Kai. Tapi untuk sekarang ia tidak bisa.

"Ibu akan memberitahu kakakmu"

"Silahkan. Kalau memang ibu mau memberitahu Sehun. Tapi ibu juga jangan lupa, aku juga akan membawa lagi Luhan pergi. Bahkan lebih jauh dari ini" Ancam Kai. Sebelah tangan Kai pun mulai menggenggam tangan Luhan ke dalam. Mereka masuk bersama tanpa ada penolakan dari Luhan.

-


Pengumuman

hai gaes:)

cuma mau kasih tau:)
bentar lagi bad husband mau tamat nih:)

Kalau mau double update, aku bakal tunggu sampai 60 vote:) huhu

oh iya
buat kalian yang bingung, kenapa perceraiannya baru beres 6 bulan. aku juga bingung sih tapi ketika aku cari di google (yaampun searching akutuh:)
ternyata minimal perceraian selesai itu sampai 6 bulan

tapi kalau yang memang tahu bagaimana harusnya
kalian bisa kasih tahu aku yah:)
soalnya aku juga taunya dari google huhu:) mianhe

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang