Luhan berjalan perlahan ke arah sofa dengan sebelah tangannya yang memegangi perutnya. Tentu itu mengundang perhatian Sehun dan Kai. Dan ketika Luhan sudah sangat dekat, Sehun menarik tangan Luhan pelan. Sebelah tangan Sehun pun langsung menyentuh perut Luhan.
"Perut kamu sakit lagi?"
"Sedikit"
Pandangan Luhan pun beralih melihat Kai. Pria itu sempat membalas tatapan Luhan. Tapi tak lama, Kai langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kai, aku kira bukan kamu yang datang"
"Dia mau ambil sendal"
"Sendal? Oh iya, aku lupa mengembalikannya" Luhan sempat berjalan ke arah pintu untuk mengambil sendal. Tapi Sehun menahan tangan Luhan.
"Kenapa?"
"Aku sudah menaruhnya di atas meja"
Otomatis Luhan menoleh dan melihat ke arah meja. Dan benar, disana sudah ada sendal Kai. Tapi seketika pandangannya beralih ketika ia melihat banyak dokumen di atas meja.
"Itu dokumen apa Sehun?"
"Itu dokumen dari Yohan dan Solar"
"Solar?"
Luhan melepaskan genggaman tangan Sehun di lengannya. Lalu ia berjalan ke arah sofa. Luhan duduk disana sembari memeriksa beberapa kertas yang ada di atas meja. Disana memang benar ada dokumen kantor Sehun. Tapi ketika mengambil kertas yang lainnya, Luhan membaca bahwa itu adalah surat cerai.
"Su-suratnya sudah jadi, Sehun? Kenapa cepat sekali" Luhan membaca surat itu dengan nanar.
"Bagus bukan, kalau suratnya jadi lebih cepat"
Kepala Luhan mengangguk ragu. Bibirnya pun tersenyum nanar. Dan Kai di depan Luhan yang melihat itu hanya bisa menatapnya. Di sisi lain, tangannya terkepal geram.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Kai dengan suara pelan. Dan bibir Luhan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Kai.
"Apa perlu aku tanda tangan sekarang?"
"Boleh" Jawab Sehun spontan. Tak lupa juga ia mengambil pulpen yang ada di dekat tv, lalu memberikannya pada Luhan.
Mata Luhan mulai berkaca-kaca. Tapi ia tetap menerima pulpennya. Tangannya mulai bergetar ketika membuka tutup pulpennya.
Luhan menggigit bibir bawahnya agar isakannya bisa ia tahan. Kemudian ia menanda tangani surat cerainya yang sudah di tempel materai oleh Solar.
Karena tidak tahan dengan keadaan Luhan yang seperti ini. Kai mendekatkan kepala ke arah Luhan. Tangannya mengambil paksa pulpen yang Luhan pegang, lalu melemparnya ke arah Sehun.
"Apa yang kam- mhh"
Kai langsung memotong ucapan Luhan dengan mencium bibirnya.
"Bajingan"
Kaki Sehun mendekat ke arah Kai. Tangannya yang sudah terkepal pun langsung menonjok kepala Kai sampai tubuh Kai tersungkur.
"Sehun!"
"Berani sekali kau mencium Luhan"
Bibir Kai hanya meringis. Kepalanya membentur lantai dengan keras. Bahkan Luhan bisa melihat mata Kai yang seperti orang yang kesakitan.
Sehun yang peka akan hal itu mulai menatap Luhan. Tangan kekarnya mencengkram tangan Luhan dengan keras.
"Kenapa kamu diam? Kamu mau tolong dia?"
"Sehun kamu kenapa?!"
Bukannya menjawab, Sehun menjatuhkan Luhan ke arah Kai. Entah kenapa kemarahannya sangat cepat menguasai tubuhnya. Sampai ia tega menyakiti Luhan dengan kasar.
"Silahkan tolong dia"
Sehun membawa surat cerai dan dokumen penting untuk perceraiannya nanti keluar. Ia meninggalkan Luhan dan Kai di dalam apartemen berdua.
Setelah Sehun benar-benar menghilang, Luhan mulai mendekat pada tubuh Kai yang masih terkapar di lantai.
"Kai buka matamu"
"Akh kepalaku sakit Luhan"
"Aku minta maaf Kai"
Pria itu terus meringis. Kedua tangannya pun terus ia taruh di kepala. Berharap rasa sakit di kepalanya hilang.
"Ayo kita bangun dulu"
Luhan mencoba mengangkat tubuh Kai. Untung Kai membantunya pelan-pelan. Ia mencoba berdiri ketika Luhan mengangkatnya. Tubuh Kai pun berhasil pindah ke atas sofa.
"Aku bawain es batu ya"
Kaki Luhan dengan cepat berjalan ke arah dapur. Ia mengambil kantung, lalu mengambil es batu yang ada di dalam kulkas. Luhan memasukan beberapa potong es batu kedalamnya. Setelah selesai, Luhan cepat kembali ke arah sofa.
"Nih, tekankan ke kepalamu"
Pria yang ada di sampingnya itu hanya menurut. Kantung es yang ada di tangan Luhan ia ambil. Lalu ia tekankan ke arah kepalanya. Kai menekankannya sampai rasa sakitnya hilang.
-
Beberapa menit berlalu. Kai merasakan kepalanya sudah lebih baik. Tidak sesakit sebelumnya.
"Apa masih sakit?"
"Lumayan. Tapi sudah lebih baik" Kai menaruh kantung es batunya di atas meja. Ia menyenderkan kepalanya pada sofa.
Setelah Kai mulai tenang. Luhan mulai menatap Kai dengan tatapan penuh tanya. Ia memang menyesali perbuatan Sehun yang sebrutal itu. Tapi kalau Kai tidak melakukan itu, Sehun pun tidak akan menonjok Kai dengan sangat keras.
"Kai, kenapa kamu menciumku tadi?"
Kepala Kai menoleh.
"Karena aku tidak bisa melihatmu menangis"
Bibir Luhan tak bergeming. Tapi Kai langsung menggenggam kedua tangan Luhan. Ia mengelus tangan Luhan dengan ibu jarinya.
"Aku tahu kamu masih belum siap untuk berpisah dengan Sehun. Sampai tangan kamu gemetar ketika menanda tangani surat itu"
"Aku masih belum bisa"
"Iya, itulah tantangan kamu. Kamu harus melawan rasa itu. Sampai kamu kuat dan siap ketika nanti Sehun akan membawamu ke pengadilan untuk perceraian kalian"
Ada sedikit rasa sakit di hati Luhan. Bayangan perceraian di kepala Luhan sekarang tergambar jelas. Bahkan ruangan pengadilan dan yang lainnya sudah terbayang oleh Luhan.
"Hiks aku tidak kuat Kai"
"Aku selalu ada buat kamu. Dan aku akan terus menunggu kamu, Luhan"
Kening Luhan mulai berkerut.
"Apa maksudmu?"
Kai menghela napas. Ia mencoba menguatkan dirinya untuk memberanikan diri berbicara ini pada Luhan.
"Aku akan terus menunggu sampai kamu benar-benar melupakan Sehun. Dan aku akan melamarmu ketika kamu sudah siap, Luhan"
"Kai, kamu pasti bercanda"
"Aku tidak bercanda. Aku akan serius menikahimu, Luhan"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]
Romance"𝐖𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐒𝐞𝐡𝐮𝐧" -𝐋𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐑𝐚𝐧𝐤 #1 𝐇𝐮𝐧𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐮 𝐠𝐮𝐲𝐬:) 𝐇𝐮𝐫𝐭 - 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞