Gugatan

1.7K 160 21
                                    

Sehun membawa Luhan sampai parkiran. Ia sengaja menyuruh Luhan untuk masuk ke dalam mobil duluan. Karena kalau Luhan dibawa ke ruangan tadi dulu, Sehun jadi sedikit repot. Jadi lebih baik Luhan menunggu di mobil sebentar.

"Kamu tunggu disini. Aku mau pamitan dulu sama pak Steve" Sehun menutup pintu mobilnya sebelum Luhan menjawab. Kini Luhan menundukan kepalanya seraya Sehun meninggalkan mobil. Ia tidak bisa apa-apa, selain memainkan jarinya.

Drrt drrt

Ponselnya bergetar. Luhan sengaja tidak melihatnya. Karena itu pasti dari Kai. Ia tidak mau menambah masalah lagi dengan Sehun. Masalah yang ini pun cukup membuatnya sakit. Bahkan menurutnya, masalah ini menyakiti kedua belah pihak. Yaitu dirinya dan juga Sehun.

Tak lama kemudian, Luhan pun melihat Sehun keluar dari restoran. Suaminya itu mengambil kunci mobilnya di pegawai restoran sebelum berjalan mendekati mobil.

Melihat Sehun mendekat, perasaannya terus tidak enak. Walaupun Sehun berucap bahwa ia tidak akan memarahinya. Tetap saja, terkadang ucapan hanyalah ucapan. Mungkin saja Sehun akan mengingkari ucapannya.

Sehun masuk ke dalam mobil. Ia duduk tanpa melirik Luhan sedikit pun. Wajah tegasnya tetap menghadap ke depan. Bibir Luhan ingin berbicara, tapi melihat keadaannya seperti ini, Luhan hanya bisa diam.

Mobil Sehun mulai keluar dari parkiran restoran. Sehun melajukan mobilnya.

"Kita langsung ke rumah Solar untuk membuat surat cerai untuk kita"

Mendengar itu, Luhan menoleh ke arah Sehun.

"Sehun, kita bisa bicarakan dulu baik-baik"

"Kita bicara di rumah Solar"

Mobil Sehun semakin cepat melaju ke arah rumah Solar. Untung tidak jauh dari restoran. Jadi ia bisa cepat sampai.

-

Sehun menepikan mobilnya di pinggir rumah Solar. Sehun menyuruh Luhan untuk turun. Setelah turun, mereka pun jalan ke arah pintu rumah Solar.

Tok tok

Tak lama, Solar pun membuka pintunya. Matanya mengerjap-ngerjap beberapa kali, karena ia kaget melihat Sehun dan Luhan berdiri di depan rumahnya.

"Loh? Tumben kalian kesini"

"Kita harus bicara penting"

Seakan mengerti, Solar pun mengajak Sehun dan Luhan masuk. Solar menyuruh pasangan itu duduk di sofa ruang tamunya. Tak lupa juga ia menyuruh pembantu rumahnya untuk membawakan minum.

"Oke, jadi kalian ada apa datang kesini?"

"Saya mau bikin surat cerai" Ucap Sehun menatap Solar serius. Selain sebagai pengacara, Solar pun adalah seorang psikolog yang bisa membaca raut wajah Sehun. Ia bisa melihat wajah putus asa Sehun dengan jelas. Dan Solar tahu, bahwa Sehun melakukan ini dengan terpaksa.

"Jadi, kamu mau gugat cerai Luhan? Atas dasar apa kamu mau menceraikan Luhan? Beri saya alasan yang logis"

"Saya berselingkuh. Luhan tidak menerimanya. Daripada nanti urusan semakin panjang, saya berniat untuk menceraikan Luhan. Tidak apa hak asuh anak ada di tangan Luhan. Yang penting saya bisa bercerai"

"Permisi, bu ini tehnya"

Pelayan itu menaruh tehnya di atas meja. Lalu ia kembali ke dapur. Karena ia tahu bahwa Solar tengah mengurusi urusan penting.

Setelah mencerna ucapan Sehun. Solar sedikit melirik Luhan yang menunduk. Ia sedikit bingung. Karena kalau dilihat dari raut wajah dan gerak gerik mereka berdua, keduanya tidak ada yang menginginkan perceraian. Jadi, Solar seakan mendengarkan omong kosong dari Sehun.

𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang