Sehun masuk ke ruangan di ikuti Luhan. Hati Luhan sangat senang. Karena ini adalah pertama kalinya Luhan masuk ke kantor, terlebih ke ruangannya Sehun.
"Nanti kamu tunggu disini selama aku kerja"
"Iya, aku mengerti"
"Kalau kamu lapar, kamu bisa telpon OB buat belikan kamu makanan"
"Iya Oh Sehun"
Sehun mengangguk. Tanganya langsung meraih beberapa lembar kertas di atas meja kerja Irene. Matanya meneliti setiap pekerjaan Irene. Untung hasilnya bagus semua. Jadi tidak ada yang harus Sehun revisi.
"Oh iya Sehun, aku mau ke toilet"
"Kamu bisa pake toilet ruanganku"
"Tidak. Aku mau pakai toilet karyawan saja" Luhan tersenyum. Kakinya mulai berjalan keluar ruangan.
-
Di dalam kantor besar Sehun, Luhan hanya berjalan-jalan. Ia melihat setiap ujung yang ada di lantai 13.
"Anda sedang apa?" Celetuk seseorang di belakang Luhan.
Refleks Luhan menoleh. Dibelakangnya ada seorang wanita cantik dengan rambut ikal yang tersenyum padanya. Bername tag, Yuqi. Dan sudah di pastikan itu adalah karyawan Sehun.
"O-oh saya sedang mencari toilet"
"Toiletnya yang ada di lantai 13 tengah diperbaiki. Jadi anda bisa memakai toilet di lantai 12"
Sekarang Luhan mengerti, kenapa tadi Sehun menawarkannya toilet di ruangannya. Ternyata toilet di lantai ini tengah rusak. Terpaksa Luhan harus ke lantai 12 untuk ke toilet.
"Oke terima kasih"
Yuqi hanya tersenyum. Lalu berjalan meninggalkan Luhan. Luhan berjalan ke arah lift. Belum juga memencet tombol lift, pintu lift sudah terbuka. Disana ada Irene yang akan keluar lift.
"Astaga"
"Kenapa? Kamu kaget sekali seperti melihat setan kepadaku" Luhan masuk kedalam lift. Telunjuknya memencet angka 12. Mau tidak mau, Irene kembali masuk dan berdiri berdampingan dengan Luhan.
Drrt drrt
Ponsel Irene bergetar. Dilayar ponselnya ada nama Sehun. Luhan yang mengintip di sebelah pun langsung menyodorkan tanganya ke arah Irene.
"Biar aku saja yang angkat"
"B-baik"
Irene memberikan ponselnya pada Luhan. Ia mengangkat panggilan dari suaminya itu. Setelah diangkat, Luhan bisa mendengar kalau Sehun menanyakan dimana keberadaan Irene. Dan Sehun menyebut nama Yohan. Luhan berpikir mungkin Yohan adalah nama dari lelaki yang ada di lift tadi.
"Sebegitu cemburunya kamu pada Yohan karena sudah mendekati Irene"
Orang yang di sebrang telpon pun hanya diam. Mungkin Sehun kaget karena mendengar suara Luhan di ponsel Irene.
Ting
Pintu lift pun terbuka. Luhan menyuruh Irene terlebih dulu keluar. Ia juga menyuruh Irene untuk mengantarnya ke toilet.
"Kenapa kamu diam? Aku tidak menyakiti kekasihmu" Ucap Luhan sembari menatap punggung Irene.
"Kalian dimana?"
Raut wajah Luhan berubah menjadi datar. Ia hanya tak menyangka. Sehun sangat mengkhawatirkan Luhan menyakiti Irene.
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku hanya meminta Irene untuk mengantarkanku ke toilet"
Pip
Panggilannya Luhan putuskan sepihak. Ia tidak tahan dengan Sehun yang terus menanyakan Irene. Dan seakan ia yang menjahati Irene disini.
Langkah Irene pun berhenti di depan sebuah toilet. Sebelum masuk, Luhan melihat ke arah Irene. Ia menyodorkan ponselnya kepada Irene.
"Ini, kukembalikan. Kembalilah ke ruangan. Sehun sangat mengkhawatirkanmu"
Irene hanya menatap ponselnya tak berniat mengambilnya dari Luhan.
"Tidak, tidak apa-apa bu. Pegang saja ponsel saya. Jadi bu Oh tidak perlu khawatir kalau pak Oh akan menelponku" Irene membungkukan sedikit tubuhnya. Kemudian berjalan pergi.
Melihat itu, Luhan hanya menghela napas. Memasukan ponselnya kedalam tasnya. Lalu masuk kedalam toilet.
Di dalam toilet, Luhan hanya terdiam. Melihat wajahnya yang menyedihkan di cermin. Ia sangat ingin memukul Sehun dan Irene. Lalu membakar keduanya hidup-hidup. Tapi tetap, Luhan tidak bisa. Kalau ia tetap nekat melakukannya. Itu sama saja Luhan bersikap seperti mereka. Bersikap jahat seperti mereka.
"Hiks Sehun"
Luhan terisak. Tapi Luhan langsung berhenti ketika menyadari ada yang masuk kedalam toilet.
Wanita itu berdiri di samping Luhan. Bercermin seraya membenarkan pakaian kantornya. Jujur, Luhan sangat terpesona dengan kecantikannya.
"Kenapa bu Oh? Apa ada yang salah dengan saya?" Minyoung melirik Luhan dengan tersenyum.
"Bu Oh? Anda tahu saya istri pak Oh?"
"Tentu. Pak Oh menceritakannya kepada saya dan Yohan"
Luhan mengangguk mengerti. Ia menepis bercak air matanya di pipi.
"Apa anda menangis? Kenapa?"
Minyoung mendekati Luhan. Merangkul pundak Luhan dengan wajahnya yang khawatir. Walaupun begitu, Luhan hanya menggeleng dan tersenyum pada Minyoung.
"Apa ini karena Irene?"
Otomatis Luhan menoleh. Minyoung pun melepaskan rangkulannya di pundak Luhan. Kemudian ia melihat Luhan dengan iba.
"Saya tahu, pak Oh berselingkuh dengan Irene. Tapi ya pasti anda tahu, Irene dan pak Oh sangat pintar menyembunyikannya. Dan jujur, saya sangat menyesal karena sudah mengrekrut Irene disini kalau bukan karena pak Oh"
"Kenapa?"
"Pak Oh memaksa saya untuk menerima Irene bekerja disini. Padahal saya disini dijadikan HRD oleh beliau. Dan tugas saya adalah untuk merekrut calon karyawan yang pandai dalam hal perkantoran"
Luhan sedikit berpikir. Sekarang ternyata ada yang memihaknya. Walaupun hanya wanita yang ada di depannya saja.
"Oh iya siapa namamu?"
"Saya Park Minyoung. HRD di kantor ini"
"Baiklah, bolehkah saya meminta nomor ponselmu?"
"Tentu"
Minyoung memberikan nomor ponselnya pada Luhan. Ia sengaja meminta nomornya Minyoung. Kalau Luhan membutuhkan bantuan, ia bisa menelpon Minyoung untuk memberi kabar Sehun di kantor.
"Terima kasih. Oh iya, ketika saya meminta bantuan padamu untuk memperhatikan Sehun dengan Irene, apa kamu siap?"
"Saya siap" Minyoung tersenyum pada Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]
Romantizm"𝐖𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐒𝐞𝐡𝐮𝐧" -𝐋𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐑𝐚𝐧𝐤 #1 𝐇𝐮𝐧𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐮 𝐠𝐮𝐲𝐬:) 𝐇𝐮𝐫𝐭 - 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞