Jam 1 malam, Luhan terbangun karena mendengar suara pintu apartemen yang terbuka diluar. Luhan yakin itu suaminya, Sehun. Kakinya coba berjalan keluar kamar dengan terhuyung karena rasa kantuknya.
"Sehun"
Langkahnya terhenti ketika Luhan melihat Sehun tidur di sofa panjang. Jas hitam dan tas kerjanya, ditaruh sembarang di bawah sofa. Ditambah melihat wajah kusut dan lelah Sehun yang membuat Luhan semakin ingin mengelusnya.
Luhan duduk di sebelah Sehun. Tanganya mengelus lembut pipi suaminya yang terasa dingin.
"Hei sayang, pindah ke kamar yuk" Luhan mengelus rambut hitam dan tebal Sehun. Karena kegiatannya itu, Sehun sedikit terusik.
"Sehunn"
Mata Sehun langsung terbuka. Tapi hanya sebentar. Ia hanya ingin menggenggam tangan Luhan, lalu memejamkan matanya lagi.
"Aku lapar sayang" Cicit Sehun sembari menempelkan tangan Luhan ke pipinya.
"Yasudah, aku bakal angetin sayurnya dulu. Kamu jangan tidur lagi" Luhan mencubit hidung Sehun sekilas dan langsung berlalu ke dapur.
Sehun sedikit mengerjapkan matanya. Sebenarnya Sehun mengantuk, tapi perutnya pun tidak bisa bohong. Ia sangat lapar. Tadi di kantor, Sehun tidak makan sama sekali.
Drrt drrt
Ponselnya bergetar di saku celananya. Ada pesan masuk di layar ponselnya. Dan itu dari Irene.
Walaupun begitu, Sehun tetap bersikap tenang dan membalas pesannya dengan singkat. Sesekali ia melihat ke arah dapur. Luhan masih sibuk menghangatkan sayur.
Setelah mengirim pesan. Ponsel Sehun sangat cepat bergetar kembali. Dan ia mendapatkan pesan dari orang yang sama.
Di dalam pesan, Irene mengaku kalau dia kesepian lagi setelah tadi Sehun pulang dari rumahnya. Dari situlah Sehun baru ingat kalau cincin pernikahannya tertinggal di rumah Irene.
"Sayangg, sayurnya sudah hangat. Ayo kamu makan dulu" Panggil Luhan dari dapur.
"Iya sebentar"
Sehun merubah posisinya jadi duduk. Ia langsung menarik beberapa lembar tissue di meja dan melilitkannya di jari-jari kanannya. Hitung-hitung untuk menutupi jarinya yang tak terdapat cincin disana.
Sehun berjalan mendekati Luhan. Ia mengecup sekilas pipi istrinya itu sebelum menyantap makanannya.
"Aku cuma masak ini tadi, tidak apa-apa kan?"
"Hm. Yang penting aku bisa makan"
Sehun duduk di sebelah Luhan. Tangannya mulai menyendokan beberapa suap nasi kedalam mulutnya.
"Gimana? Enak gak?"
"Enak seperti biasa" Jawab Sehun tanpa melirik Luhan dan terus makan dengan lahap.
Di sebelah, Luhan hanya bisa memperhatikan Sehun. Mau dalam keadaan apapun, menurutnya Sehun selalu tampan. Apalagi kalau rambut hitamnya itu teracak-acak. Kesan sexy nya akan semakin bertambah.
Drrt drrt
Ponsel Sehun kembali bergetar. Tapi kali ini ada panggilan masuk dari Irene. Ya mau tidak mau, Sehun harus memutuskan panggilannya di depan Luhan.
"Loh kenapa di matiin? Kan bisa diangkat, siapa tau penting" Ucap Luhan dengan mulut yang menguap karena kantuknya mulai terasa lagi.
"Bukan apa-apa sayang"
Menyadari kalau Sehun akan mengelus rambutnya, Luhan sedikit menghindar. Kenapa? Karena ia melihat tangan Sehun yang dililit tissue. Pasti tangan suaminya itu terluka.
"Tangan kamu kenapa?!"
Sehun diam sejenak. "Tidak apa-apa sayang. Cuma kegores sedikit" Bibirnya mencoba untuk tersenyum agar Luhan tidak curiga.
"Kenapa sih kamu gak pernah hati-hati? Aku obatin se-"
Ucapannya terpotong ketika Sehun menahan tangan Luhan yang akan beranjak pergi.
"Aku beneran gak apa-apa Lu. Aku udah obatin ko di kantor"
Sehun melihat perubahan raut wajah Luhan. Bibirnya cemberut. Otomatis Sehun menyuruh Luhan untuk mendekat kepadanya. Dan Luhan langsung menurutinya. Langsung berhamburan ke pelukan Sehun.
Tangan Luhan memeluk erat leher Sehun. Lalu Luhan duduk di paha suaminya itu. Tentu Sehun tidak akan keberatan. Karena Luhan istrinya.
"Kamu selalu pulang larut malam dan pergi ke kantor pagi sekali. Bahkan kita kadang hanya bertemu saat akan tidur, dan itu pun tidak berlangsung lama karena kamu langsung tidur" Lirih Luhan dengan suaranya yang mulai serak menahan tangis.
"Kadang ketika ada waktu luang pun, kamu selalu pergi keluar Sehun"
Sekarang mulai terdengar sedikit isakan dari bibir Luhan.
"Stt sayang. Aku tidak bermaksud seperti itu" Sehun berbicara pelan seraya menenangkan Luhan dengan mengelus punggungnya sayang.
Luhan melepas pelukannya dan berganti menjadi menatap suaminya itu dengan serius.
"Lalu kapan kamu mau meluangkan waktumu untukku Sehun?"
Sehun terlihat sedikit berpikir. Jangan sampai ia memilih waktu yang salah. Dan jika dia salah, mungkin semuanya akan selesai. Luhan akan tahu kalau dirinya berselingkuh dengan Irene sekretarisnya di belakangnya.
"Itu bisa diatur. Sekarang mending kamu tidur hm. Matamu tidak bisa berbohong kalau kamu mengantuk sayang"
"Sirh- mhh"
Mata Luhan membulat saat Sehun tiba-tiba mencium bibirnya dengan lembut. Luhan kira itu akan berlangsung sebentar. Ternyata ciuman itu terus Sehun lakukan sembari memangku Luhan ke kamar.
Lama-lama mata Luhan mulai terpejam. Ia mulai menikmati apa yang dilakukan Sehun.
Sehun membaringkan Luhan di kasur. Dan perlahan melepas ciumannya.
"Sekarang kita tidur"
Well, Luhan hanya menurut. Lalu merubah posisinya. Sehun pun ikut tidur bersama Luhan tanpa berganti pakaian. Tangannya langsung mendekap Luhan dan menyelimutinya. Sampai mereka tertidur lelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐚𝐝 𝐡𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 [𝐠𝐬]
Romance"𝐖𝐚𝐥𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭𝐢𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐦𝐮 𝐒𝐞𝐡𝐮𝐧" -𝐋𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐑𝐚𝐧𝐤 #1 𝐇𝐮𝐧𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐡𝐚𝐧𝐤 𝐮 𝐠𝐮𝐲𝐬:) 𝐇𝐮𝐫𝐭 - 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞