UNTOUCHABLE GIRL 7 || TUDUHAN TIDAK BERDASAR

54.1K 5.2K 180
                                    

"Sabar memang tidak mengenal batas, tapi sabar bukan berarti bodoh."

- Aisa Putri R -

©©©

Aisa berjalan menuju ke arah masjid saat jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas. Dia menenteng tas ruku sambil tersenyum ceria layaknya anak kecil. Namun, saat di tengah perjalanan, ponsel milik Panca yang dipinjamnya kemarin berbunyi. Aisa lupa meninggalkan ponsel itu di dalam tasnya.

Dia mengambil ponselnya di dalam saku dan melihat siapa yang menelepon. Aisa menggaruk tengkuknya saat melihat tulisan Pacar tertera di layar ponselnya. Baru saja Aisa hendak mengangkatnya, seseorang dari belakang langsung menyambar ponsel itu lalu mengambil posisi berhadapan dengannya.

"Ini hpnya Panca, kok bisa sama lo?!"

Anestia menatap Aisa dengan tatapan kesal. Saat dia berjalan di belakang gadis itu, dia cukup terkejut mendengar ringtone ponsel dari Aisa yang mirip dengan milik Panca. Kenapa Anes bisa tau? Karena yang memilihkan ringtone itu sendiri adalah dirinya. Dia juga mengintip dari balik punggung Aisa melihat tulisan Pacar di layarnya, persis seperti nama yang diberikan Panca. Begitu juga dengan casing hp yang mirip.

"Oh iya, itu hpnya Kak Panca. Hp Ais kemarin hilang jadi..."

"Jadi lo maling hpnya si Panca, gitu?" serobot Anestia.

"Astagfirullah, gak Kak. Ais ini pinjem bukan maling. Kak Panca sendiri kok yang kasih."

"Gak mungkin Panca kasih hpnya ke sembarang orang. Lo sama dia itu baru beberapa kali ketemu! Ngaku, lo maling kan?!" bentak Anestia membuat orang di sekitarnya menatap mereka.

"Demi Allah, Ais gak pernah maling Kak. Kalau Ais maling hpnya Kak Panca, buat apa Ais masih pake kartunya Kak Panca? Ais bukan maling Kak!"

"Terus apa? Kenapa hp ini bisa dikasih sama lo? Ini tuh hp kesayangannya Panca. Gue juga sering hubungin dia lewat ini hp. Kenapa bisa lo dapetin ini?!"

"Tadi Ais udah bilang, Ais itu pinjem Kak."

"Lo gak tau malu yah?! Lo siapanya Panca emang?! Saudara bukan! Pacar bukan! Seenaknya aja lo pinjem hp dia. Sadar diri dong, baru ketemu beberapa kali aja udah pinjem-pinjem kayak begini. Sok akrab!"

"Ais juga gak maksa Kak Panca buat kasih pinjem hpnya kok. Kak Panca sendiri yang justru maksa Ais pake hp itu." jawab Aisa tenang.

"Panca bukan orang yang suka sok akrab sama orang lain! Lo selingkuh sama dia, iya?!"

"Astagfirullah, jangan menyebar fitnah sembarangan Kak."

"Terus apa? Lo sok tebar pesona sama Panca biar dia baik ke lo kan? Terus nanti dia tinggalin gue dan bakal milih lo, gitu?"

"Sekali lagi Ais tegasin! Ais gak pernah bersikap seperti itu. Udah waktunya buat solat dzuhur, Ais mau ke masjid. Kalau Kakak mau ambil hpnya, silakan dan tolong kembalikan pada yang punya. Assalamu'alaikum."

Aisa pergi dengan langkah yang lebih cepat. Dia sudah bersabar secara maksimal tadi, dan dia saja cukup tercengang dengan tingkat kesabarannya. Aisa menggelengkan kepalanya saat mengingat wajah mengerikan Anestia saat marah padanya. Sangat menyeramkan.

©©©

"Pan, lo yakin gak mau ikut anak-anak futsal?"

Patra menepuk bahu Panca yang duduk di depannya tengah memasukkan buku ke dalam tasnya. Rifki juga ikut melihat ke arah Panca menunggu jawaban dari lelaki itu.

Untouchable Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang