"Kamu pikir lucu mempermainkan perasaan seseorang? Berhentilah menjadi bajingan!"
©©©
Panca masih dalam keterkejutannya saat melihat keberadaan Antarikaa dan Yudhis. Dia mengerjapkan mata beberapa kali sampai Dirga menyerangnya secara tiba-tiba membuat lelaki itu dengan sigap Panca berusaha untuk membalasnya dengan tenaga yang sudah hampir terkuras habis.
Panca memberikan tinjuannya beberapa kali, dia bahkan tidak peduli saat pukulan Dirga mengenai beberapa kali wajah atau tubuhnya. Dia menghiraukan rasa sakit pada dirinya dengan terus memberikan pukulan bertubi-tubi agar Dirga tidak memiliki kesempatan untuk maju. Darah mengalir dari bibirnya dan hidung, begitu juga pelipisnya.
Dia mungkin telah ditolak, tapi itu tidak akan membuatnya mati dan menyerah. Dia belum melakukan apapun untuk memperjuangkan Aisa. Panca belum menunjukkan seluruh perasaannya pada gadis itu, dan dia tidak akan mau kalau gadis sebaik Aisa jatuh ke tangan lelaki busuk seperti Dirga. Gadis yang dia cintai saat ini.
Kemudian satu tendangan keras dan pukulan yang mengenai pelipis Dirga menjadi akhir dari pergulatan mereka. Panca memegangi perutnya sambil terhuyung ke belakang menatap jatuhnya Dirga. Lelaki yang sekarang menjadi musuhnya itu terlihat meringis sambil mengatur nafasnya yang tersengal. Tubuhnya penuh luka dan tidak sanggup untuk berdiri. Dengan begitu, Panca sudah dipastikan menjadi pemenang.
Teman-teman Panca termasuk Antariksa dan Yudhia naik ke atas ring menyoraki kemenangan lelaki itu di depan penonton. Panca melihat Antariksa menepuk pundaknya sambil tersenyum.
"Lumayan juga, Pan." ujar Antariksa sambil terkekeh.
"Bajingan Merah Putih..." ujar Panca dengan nafas pendek beserta senyuman kecil.
Panca menggelengkan kepalanya berusaha mempertajam penglihatannya yang semakin buram. Dia mengerkapkan matanya agar bisa mendapatkan fokusnya kembali, namun sepertinya tidak berjalan sesuai keinginannya. Tubuhnya ambruk tidak bisa menahan beratnya lagi.
Dia masih bisa mendengar suara di sekitar yang memanggil namanya berulang kali, namun matanya tidak bisa terbuka. Rasanya sangat berat hanya untuk membuka kelopak matanya.
"Pertandingan ini belum selesai, bajingan!"
Suara itu masuk samar-samar ke dalam telinga Panca. Dia seperti mengenal suara ini. Dia ingin membuka mata namun tidak bisa.
"Bawa Panca pergi ke markas Jupiter, Sam. Sekarang, dia urusan gue."
Setelah perkataan Antariksa, Panca bisa merasakan tubuhnya terangkat dari lantai. Sekali lagi dia berusaha membuka matanya, dan kali ini berhasil. Dia bisa membuka matanya walau hanya sedikit. Dengan samar, dia melihat lelaki berambut panjang yang dikucir berdiri di depan sosok Antariksa.
"Apa kabar, Mario?"
Ucapan Antariksa menjadi yang terakhir Panca dengar, karena setelah itu dia dipaksa untuk tenggelam ke dalam alam bawah sadarnya.
©©©
Sudah tiga tahun lebih bahkan hampir empat tahun kedua musuh bebuyutan ini tidak bertemu. Antariksa tersenyum miring melihat lelaki yang terlihat dewasa karena dagu tertutupi janggut serta kumis tipis. Lelaki di seberang Antariksa terlihat bersedekap dengan tatapan tajam penuh emosi tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Girl
Romance#1 in islam 03/09/2020 #1 in kuliah 06/10/2020 Mahasiswa killer. Itulah julukan yang diberikan para Mahasiswa/i kampus kepada Panca Nugraha. Kalau biasanya Dosen yang mendapatkan julukan tersebut, maka kali ini seorang Mahasiswa yang dijuluki juluka...