"Teruslah tersenyum agar aku tau kalau kamu bisa bahagia tanpa aku."
- Panca Nugraha -
©©©
Aisa baru saja melepaskan mukenanya selesai sholat maghrib. Dia melipat mukena itu lalu meletakannya di atas kasur. Aisa tidak segera untuk berdiri, dia masih memilih untuk duduk bersimpuh. Pikirannya melayang kembali pada obrolannya dengan Panca kemarin. Dia merasa menjadi seseorang yang jahat karena bukannya merasa bahagia, dia justru kecewa dan ingin marah. Sekali lagi, Aisa menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Sulit untuk menyembunyikan perasaannya. Sulit untuk merasa baik-baik saja. Sulit untuk berpura-pura bahagia. Namun dia tetap harus melakukannya. Terus memanjatkan doa agar dia bisa terus bertahan dan tidak menjadi wanita lemah.
Tok tok too
Suara pintu kamarnya diketuk membangunkan Aisa dari segala pikirannya. Dia segera berdiri menggunakan jilbabnya untuk membuka pintu. Setidaknya dia masih bisa tersenyum agar kedua orang tuanya tidak mengetahui perasaannya.
"Ibu, ada apa?" tanya Aisa melihat Ibunya berdiri di depan pintunya.
"Ada teman kamu tuh, lagi nunggu di depan soalnya disuruh masuk gak mau."
Aisa mengerutkan keningnya, teman siapa yang Ibunya maksud? Teman kelasnya tidak pernah ada yang ke rumahnya. Hanya Karina dan juga Panca. Huh... Mengingatnya membuat Aisa kembali teringat lelaki yang berhasil membuatnya patah hati.
"Teman? Teman Ais yang mana yah, Bu?"
"Perempuan, katanya namanya Anes. Gih kamu samperin."
Mendengar nama itu membuat tubuh Aisa menegang. Sorot matanya sudah terlihat khawatir serta takut, semua campur aduk. Dia mengangguk kecil lalu setelahnya Ibunya pergi meninggalkan Aisa. Gadis itu meremas kedua tangannya cemas. Dia berharap ini bukan hal buruk, karena sekarang mereka tengah berada di rumah dan terdapat kedua orang tuanya.
Menguatkan tekad, Aisa menghela nafasnya lalu menutup pintu dan turun untuk menemui Anes yang sudah menunggu di depan. Sesampainya di teras, dia melihat Anes yang sedang duduk di kursi ditemani secangkir teh yang mungkin sudah dibuatkan oleh Ibunya. Aisa keluar sepenuhnya dari rumah dan tersenyum saat melihat gadis yang lebih tua darinya itu.
"Assalamualaikum, Kak Anes." UjarAisa
"Waalaikumsalam. Maaf malem-malem ganggu." Jawab Anes.
"Gapapa. Ada apa Kakak dateng ke sini? Kok Kak Anes bisa tau rumah, Ais?" tanya Aisa setelah dirinya duduk di satu kursi seberang Anes.
"Gue minta alamat lo dari anak UKM, soalnya lo kan udah daftar disana."
"Oh, ada apa, Kak?"
Aisa melihat ke arah Anes yang sekarang terlihat gugup untuk berbicara.
"Gue mau minta sesuatu dari lo, bisa?"
"Minta... apa?"
"Lepasin Panca buat gue yah? Biarin dia jadi milik gue lagi. Gue minta banget sama lo."
Aisa mengalihkan pandangannya, "Kenapa Kakak minta kayak gitu ke Ais? Kami gak pernah ada hubungan apa-apa. Jadi kalau Kakak minta hal kayak gitu, Ais rasa Kak Anes salah tempat. Harusnya Kak Anes minta ke Allah, berdoa semoga Kak Panca benar jodoh Kakak. Bukan minta sama Ais."
Anes menundukkan kepalanya melihat ke arah ubin. Matanya sudah berkaca-kaca karena tidak bisa lagi membendung air matanya. Entah kenapa dia jadi cengeng akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Girl
Romance#1 in islam 03/09/2020 #1 in kuliah 06/10/2020 Mahasiswa killer. Itulah julukan yang diberikan para Mahasiswa/i kampus kepada Panca Nugraha. Kalau biasanya Dosen yang mendapatkan julukan tersebut, maka kali ini seorang Mahasiswa yang dijuluki juluka...