UNTOUCHABLE GIRL 25 || MARIO DAN ANES

48.4K 4.3K 287
                                    

"Orang yang terlihat seram belum tentu jahat. Orang yang terlihat baik belum tentu baik."

- Note -

©©©

"Iya besok pagi kamu jemput aku aja di apartemen. Oh iya, aku perlu bawain apa buat orang tua kamu, Pan?"

Anestia menjepit ponselnya di antara bahu dan pipi kanannya. Dia tengah menekan password apartemennya saat Panca menelepon. Setelah berhasil, dia membuka pintu saat mendengar jawaban dari lelaki yang sedang bertelepon dengannya.

"..."

"Oh oke, kalau gitu besok ak--"

Perkataan Anes terhenti saat dia membalikkan badan dan menghadap ke arah ruang tamu. Disana sudah ada seorang lelaki yang duduk di salah satu sofa yang langsung menghadap ke pintu. Lelaki itu memainkan satu buah apel di tangannya sambil menatapnya tajam.

"Mario..." Ujar Anes lirih.

Tangannya yang memegang ponsel langsung turun ke bawah dengan badan bergetar. Sudah beberapa hari ini dia tidak melihat lelaki itu. Sudah selama itu pula Mario tidak mengganggu dirinya. Dia pikir Mario sudah berhenti mengganggunya karena bosan, akan tetapi sepertinya tebakannya salah.

"Kenapa... kenapa lo disini?"

Mario terkekeh kecil lalu berdiri dari duduknya. "Gue kangen. Kangen sama tubuh lo itu."

Telapak tangan Anes mengepal dengan bergetar. Dia sangat takut melihat lelaki itu mulai berjalan mendekati dirinya.

"Pergi! Keluar dari apartemen gue!" Bentak Anes.

"Sssttt! Jangan meninggikan suara Lo ke gue. Ingat, lo cuma pelacur gue jadi bersikaplah sopan ke tuan lo ini!" Ujar Mario mengambil jarak setengah meter dari Anes yang masih membeku di tempat.

Anes tidak sanggup lagi untuk menahan air matanya. Dia sangat ketakutan sampai isakan kecil berhasil lolos dari mulutnya. Melihat gadis itu menangis justru tidak membuat Mario merasa iba. Dia justru mengangkat dagu Anes agar menatap ke arahnya. Masih dengan air mata bercucuran, gadis itu mendongak menatap Mario yang menampilkan wajah datar dengan aura dingin yang dia miliki. Jujur saja, itu sangat mengintimidasi Anestia.

"Berhenti menangis! Gue gak suka menyetubuhi seseorang dengan air mata! Don't playing victim with me, Anes. Itu gak akan berpengaruh."

"Bagus kalau lo gak suka! Gue gak mau jadi budak seks lo lagi! Gue bukan boneka!" Ujar Anes masih menangis.

Mario mencengkram dagu Anes seketika setelah mendengar gadis itu berbicara dengan sangat berani.

"Say it again! Kita akan liat seberapa lama nyokap lo hidup setelah melihat kelakuan anak kesayangannya ini menjadi seorang pelacur."

Anes menangis sesenggukan dengan dagu yang masih dicengkeram oleh Mario, "Salah gue apa, Yo? Kenapa harus gue yang lo siksa buat balas dendam ke Panca? Gue bukan lagi cewe yang ada di hati Panca. Mau lo siksa gue sampai mati-pun, dia gak akan merasakan apapun! Terus kenapa lo masih menahan gue?! Kenapa?!"

Mario menatap mata Anes yang masih terbalut dengan air mata yang menggenang. Dia bisa melihat betapa tersiksanya wanita itu dengan jelas dari bola mata yang berkilat. Entah dia sadar atau tidak, tetapi Mario perlahan melepaskan cengkeramannya dan beralih pada pipi basah wanita di hadapannya. Kedua telapak tangannya mengelus kedua pipi Anes dengan sangat lembut sambil menghapus jejak air mata yang masih ada.

Untouchable Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang