"Senyummu bagaikan flu yang bisa menular saat kita berdekatan."
©©©
"Gue bingung, Pat."
Malam ini, Patra tengah menginap di rumah Panca. Mereka berdua berada di kamar Panca, duduk di atas karpet selesai bermain PS bersama. Panca menengadahkan kepalanya menatap langit-langit di kamarnya. Dia masih memkirkan mengenai perkataan Dirga padanya. Apa benar kalau dia mulai menyukai Aisa?
"Kenapa? Soal Anes?"
"Aisa."
"Aisa? Kenapa sama tuh cewe?"
"Dirga kayaknya suka sama Aisa." jawab Panca tanpa melihat Patra.
"Yaa terus? Emang kenapa?"
"Gue gak suka liat mereka dekat."
"Maksudnya?"
"Aisa, pertama kali gue liat dia. Gue ngerasa ditarik ke arah dia. Seakan dunia gue diharuskan buat berpusat ke dia. Dan gilanya lagi, setiap dia senyum apalagi ada di dekat gue. Jantung gue langsung bereaksi, Pat. That's insane! Apa maksud semua itu kalau bukan gue jatuh cinta ke Aisa?"
Panca menutup wajahnya dengan kedua tangan, mengusapnya secara kasar. Ini adalah pertama kalinya dia mengungkapkan kegelisahannya tentang Aisa pada orang lain. Patra adalah orang yang dapat dipercaya olehnya. Lelaki itu selalu bisa memegang rahasia dari Panca. Setiap kali Panca membutuhkan teman berbagi pikiran maka Patra adalah orang yang tepat.
"Kalau lo jatuh cinta ke Aisa, terus perasaan lo ke Anes gimana?"
"Itu yang gue bingung. Anes itu cewe yang baik, dia juga selalu bisa ngertiin gue. Semua sifat Anes yang buat gue merasa kagum ke dia. Sejak awal, gue pikir cewe kayak Anes gak boleh gue sia-siain. Karena itu, gue berusaha buat dapetin dia. Tapi waktu Ais dateng, perasaan yang gue rasain beda dari yang gue rasain ke Anes. Sebenarnya yang gue cinta itu siapa? Anes atau Aisa? Ini bikin gue gila, Pat."
"Coba deh lo tenangin dulu pikiran lo, jangan sampai lo salah langkah , Pan. Kalau lo salah, mungkin aja keduanya bisa ngerasain kecewa. Lo bisa nyakitin mereka, Pan."
Perkataan Patra seperti menampar Panca secara tidak langsung. Jika dia salah langkah sedikit saja, entah itu Aisa atau Anes pasti akan ada yang akan merasakan kecewa nantinya. Salah satu hal yang paling tidak diinginkan oleh Panca.
"Terus gue harus gimana?"
"Ya kalau menurut gue sih, lebih baik mencegah daripada terlambat nantinya. Lo kan udah punya Anes, jauhin lah si Aisa itu." saran Patra.
"Percaya atau gak, gue udah ngelakuin itu dan lo tau akhirnya kayak gimana? Gue yang nyesel, Pat. Terakhir gue ngusir dia, dan selama itu gue gak pernah bisa tidur nyenyak. Gue kepikiran dia mulu."
Patra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Lah kalau kayak gitu mau gimana lagi, Pan? Masa lo mau macarin keduanya? Mau kayak si Daniel bule nyasar lo?"
"Apaan sih? Gue gak segila dia, setiap liat cewe cantik langsung di embat." sangkal Panca.
"Tapi sekarang lo mendekati kayak gitu."
"Atau gue udahan sama Anes?"
"Yakin? Emang apa salahnya Anes sampai buat lo mau mutusin dia? Anes aja masih baik banget sama lo, masih perhatian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Girl
Romance#1 in islam 03/09/2020 #1 in kuliah 06/10/2020 Mahasiswa killer. Itulah julukan yang diberikan para Mahasiswa/i kampus kepada Panca Nugraha. Kalau biasanya Dosen yang mendapatkan julukan tersebut, maka kali ini seorang Mahasiswa yang dijuluki juluka...