"Membuatmu bahagia adalah obsesiku saat ini."
- Panca Nugraha -
©©©
Empat tahun, waktu yang dibilang cukup tepat waktu dalam menyelesaikan bidang studi S1 perkuliahan. Banyaknya rintangan harus di lewati, seperti menyusun skripsi yang terkadang membuat para mahasiswa/i suka stres sendiri. Harus banyak mencari referensi dimana-mana untuk menyusun laporan skripsinya. Bahkan ada dari mereka yang harus kurang tidur karena merevisi kembali skripsinya. Belum lagi jika mendapat dosen pembimbing yang sibuknya minta ampun, bertemu dikampus saja sulit sekali. Terkadang kita harus berlari-larian mengejar dosen itu demi bisa bertatap muka walau hanya beberapa menit saja.
Beruntungnya, Panca Nugraha berhasil melewati setiap rintangan dengan mulus. Sekarang dia berdiri memakai jubah toga miliknya beserta topi wisuda dan slayer di bahunya. Panca melihat teman-temannya saling berpelukan dan bergembira selepas acara selesai. Panca melihat Rifki tengah berkumpul bersama keluarganya, begitu juga dengan Patra. Pada akhirnya mereka bisa lulus bersamaan.
"Selamat anak Mama!" Ujar Aira memeluk Panca dengan bahagia.
"Makasih, Ma."
"Selamat Panca, Papa bangga sama kamu!" Ujar Doni menepuk punggung putranya.
"Makasih, Pa."
"Selamat yah, Mas Panca. Udah lulus jadi sarjana, tinggal menunggu lulus jadi calon suami nih." Ujar Karina menggoda Panca dengan menaik-turunkan alisnya.
Mendengar itu membuat Panca memutar bola matanya. Selama satu tahun ini, gadis itu memang sering sekali menggodanya. Jangan mengira selama setahun lebih ini, Panca diam saja mengejar Aisa. Mungkin kedua keluarga sudah tahu bagaimana perjuangan dirinya, karena itu juga Karina sering sekali menggodanya. Entah itu mengatakan bahwa dia korban cinta atau bucin.
Namun, Panca sama sekali tidak merasa kalau tindakannya adalah sesuatu yang berlebihan. Dia hanya selalu mendatangi rumah kedua orang tua Aisa. Entah untuk mengobrol dengan gadis itu di teras depan, atau mencoba melakukan pendekatan dengan orang tua gadis itu. Dia juga sering membawakan makanan ke tempat Aisa. Baik makan siang ataupun cemilan untuk di malam hari. Panca memang tidak pernah datang sekali, dia hampir datang tiga kali sehari sama seperti memakan obat.
Arfan saja merasa sangat jengah dengan kelakuan Panca. Berusaha boleh, tetapi jangan terlalu berlebihan juga. Kedua orang tua Aisa memang tidak keberatan, mereka justru senang karena mendapatkan hiburan karena Panca yang pintar bebicara atau mungkin lebih tepatnya menjilat kedua pasang paruh baya itu. Tidak seperti Arfan yang lebih sering diam dan tidak suka bercanda.
Selama setahun ini, Panca sudah bekerja di perusahaan properti miliknya. Awalnya dia hanya seorang karyawan biasa disana, seperti yang lainnya. Dia harus mengurus banyak hal termasuk mengecek di lapangan juga. Sebenarnya, dia jauh lebih sering berada di lapangan. Pertama kali dia mencoba, rasanya memang sangat berat. Panas karena terik matahari yang paling menyulitkan seorang Panca. Dia tidak menyukai berada di tempat yang panas.
Akan tetapi, setelah dia benar-benar mendapatkan ijazahnya, dia bukan lagi menjadi karyawan biasa sekarang. Doni sudah menaikkan jabatannya setingkat di bawah lelaki itu. Bukan tanpa alasan atau pilih kasih, pada akhirnya Panca juga yang akan menjadi penerus perusahaannya. Jadi, setelah merasakan bagaimana pekerjaan karyawan-karyawannya, kali ini Panca harus bisa mulai mengelola perusahaan jauh lebih mendalam. Mengenal banyak investor dan orang-orang penting disana. Nanti, jika dia sudah lulus dari kuliah S2 barulah, Panca akan lebih diarahkan pada posisi pemimpin perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Girl
Romance#1 in islam 03/09/2020 #1 in kuliah 06/10/2020 Mahasiswa killer. Itulah julukan yang diberikan para Mahasiswa/i kampus kepada Panca Nugraha. Kalau biasanya Dosen yang mendapatkan julukan tersebut, maka kali ini seorang Mahasiswa yang dijuluki juluka...