UNTOUCHABLE GIRL 20 || TA'ARUF

47.2K 4.6K 314
                                    

"Aku cinta kamu."

- Panca Nugraha -

©©©

"Kamu tuh kalau dibilangin dengerin! Apa sih gunanya berantem, hah?"

Diam.
Hanya itu yang bisa dilakukan Panca saat Ayahnya marah saat melihat dirinya yang babak belur. Sementara Ibunya terdiam tanpa suara mengobati luka dari putra satu-satunya yang dia miliki. Panca tidak bisa membantah kalau Ayahnya sudah berbicara, dia paling takut dengan lelaki paruh baya itu.

"Jawab Papa!"

"Maaf, Pa. Kali ini beneran Panca gak sengaja buat berantem. Panca terpaksa."

"Mau kamu terpaksa atau gak tetap aja berantem itu gak baik! Kamu janji udah berhenti tapi sekarang kamu ulangi lagi! Mau jadi apa kamu kalau lulus nanti?!"

"Sudah, Pa. Panca pasti punya alasan sendiri, dia gak mungkin melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu." bela Aira.

"Astagfirullah..." gumam Doni mengusap wajahnya.

"Perut kamu masih sakit?" tanya Aira pada Panca.

"Gak, Ma. Makasih udah ngobatin Panca dan maaf udah buat kalian kecewa."

Aira dan Doni menghela nafasnya lalu saling memandang satu sama lain.

"Kamu istirahat, besok gak usah masuk kuliah dulu sampai--"

"Panca gapapa, Pa. Gak perlu khawatir, kalau soal kuliah doang mah Panca bisa. Gak perlu ijin." potong Panca cepat berusaha tersenyum.

Doni menggelengkan kepalanya, "Senyum aja kamu masih susah, mau masuk kuliah."

"Cuma senyum doang, lagian Panca udah mau semester akhir jadi harus rajin masuk."

"Halah, pinter banget cari alesannya. Kamu pasti mau ketemu sama Aisa kan? Calon mantunya Mama?"

"Mam--"

"Aisa? Calon mantu?" tanya Doni.

"Iya loh, Pa. Aisa yang waktu itu pernah ke rumah. Mama udah cerita kan yang cewe cantik banget itu, calon mantu kita. Pacarnya si Panca." ujar Aira sangat bersemangat.

"Mama apaan sih? Pacar siapa? Aisa sama Panca gak pacaran."

"Masa sih?" goda Aira.

"Ah udah, Panca mau ke kamar. Ngantuk." ujar Panca melenggang ke kamarnya.

Aira dan Doni hanya bisa menghela nafasnya. Sudah terlihat sekali anak satu-satunya itu tengah jatuh cinta. Wajah Panca bahkan sudah memerah saat Ibunya membahas tentang gadis itu.

©©©

Aisa menatap buku di mejanya dengan pandangan tanpa minat. Penjelasan yang tengah dosen terangkan bahkan tidak masuk ke dalam otaknya sama sekali. Tubuhnya memang berada di kelas, namun pikirannya tengah berkelana jauh keluar. Gadis itu menghela nafasnya untuk yang kesekian kalinya.

Perasaan ini mulai menganggunya. Sejak kejadian kemarin melihat kakak tingkatnya bersama dengan gadis lain entah kenapa itu semua mempengaruhinya. Aisa yang dulu hidup tenang tanpa harus merasakan perubahan dalam hidupnya. Dia tahu kalau semua harus berhenti. Dia tidak bisa membiarkan semua terus berlanjut.

Waktu istirahat bahkan Aisa habiskan untuk tetap dikelas menghabiskan bekal makannya sambil menunggu waktu sholat dzuhur. Dia ingin menghindar dari lelaki yang berhasil membuatnya tidak karuan. Dia hanya ingin bebas menjadi Aisa yang dulu. Tidak ada perasaan kecewa, marah, dan berbagai lainnya. Akan tetapi ternyata semua tidak seperti yang dia mau. Lelaki yang dia ingin jauhi bahkan sudah duduk di depannya menghadap ke arahnya.

Untouchable Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang