****Sepenggal cerita yang sedikit mirip sandiwara itu telah seluruhnya Sani ceritakan. Hingga sampai isi hati Sani saat itupun ia ikut utarakan pada Zion.
Tat kala mendengarnya, Zion cukup terkejut. Ternyata selama ini dibalik sikap Caca yang sering melototi Sani, ada kisah dibalik tatapan tajam Caca. Seperti ada kilatan dendam tak terlihat. Tapi Dicoba untuk dipendam saja. Zion pikir seperti itu.
"Kenapa baru cerita ke gue sekarang?"
"Lo kan dulu masih sahabatan sama Caca. Gue takut ngerusak jalinan itu. Eh.. Malah kesampaian ampe pacaran. Gue jadi tambah bingung deh mau cerita apa enggak"
"Jadi lo pikir gue bakal marah-marahin Caca gitu? Dan ngaku kalau gue Kakak lo"
"Bisa aja kan" Sani mengidikkan bahu.
"Lo yang salah. Gue marahin lo lah!"
Sani mengerjap, menatap Zion dengan tidak percaya. "Sebenernya lo dengerin gue lagi cerita gak sih?! Dari mana letak kesalahan gue disana? Gue juga udah minta maaf sama dia"
"Tapi kan yang duluan nabrak kan lo"
"Tapi aku udah minta maaf kan? Salah Caca yang malah suka cari ribut"
"Lo itu enggak kenal Caca! Masih untung lo cuman digituin. Dan lo juga udah nendang kaki Caca sampai pincang. Lo enggak tau se-khawatir apa gue waktu itu sama dia. Seminggu buat mulihin kaki Caca. Seminggu!. Bayangin kalau itu lo, mungkin udah nangis ngurung diri dikamar karna gak bisa ikut pertandingan karate waktu itu" Zion ikut mengutarakan isi hatinya. Jika tau ternyata yang membuat my ice Queen-nya sakit kaki itu karna Sani, sudah lama gadis itu Zion pelintir lehernya. Ampe gak bernapas kalau bisa. Seperti yang saat ini Zion lakukan.
"Akh! Sakit Zion. Bego lepasin! Sakit leher gue!"
Zion menghiraukan. Ia tetap melintir leher Sani, sambil terkekeh kejam.
"Eh bangsat!" Sani harus membela diri, dan sekarang keadaan terbalik. Tangan Zion yang malah Sani pelintir ke belakang. Udah tau adiknya juara karate, masih aja dilawan!
"San, lepasin San!" Zion mengaduh sakit.
"Makanya jangan bucin lo. Bela Caca juga harus tau lawan lo siapa?"
"Gue gak bucin!"
"Ngeles lo"
Zion memutar bola mata. Perlahan ia merasa tangannya dilepas Sani. Ia mengibas-ibaskan pergelangan tangannya yang kebas.
"Gue bakal kasih tau Mama!"
"Tukang ngadu!"
"Ngaduin kalau lo sering keluar masuk club!"
****
"Please Yon"
"Aku udah bilang kan tadi apa syaratnya?" Zion tersenyum smirk.
"Jahat lo Yon!"
"Emang"
Perasaan Sani jadi campur aduk. Antara mendengarkan syarat dari Zion atau mendengarkan auman dari mamanya. Zion akan benar-benar memberitaukan pada Mama tentang kelakuan minus Sani yang selama ini ia tutupi dengan berbagai prestasi apabila Sani tak menuruti kemauan Zion. Si Kakak bangsatnya itu!
"Bagaimana udah dipikirin?" Zion tampak santai sambil memakan kripik hasil jarahannya.
"Tapi syarat lo terlalu banyak"
"Enggak ah. Tugas lo itu cuman minta maaf sama Caca, bantuin gue jelasin soal gue bonceng lo, dan terima kalau Caca akan tau bahwa lo itu adik gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple LOVE [Completed]
Teen FictionCinta yang sederhana akan lebih indah jika berwarna. ________________ "Lo gila?!" Zion mengelus dada, apa yang dibilang Caca tadi? Gila? Lah dia ini lagi ngadapin siapa sih sebenernya? Orang lagi nyatain perasaan kok di bilang gila? Gak lihat kalau...