DELAPAN BELAS

175 33 0
                                    

VOTE!

*****

"Kalian berdua kenapa dah?"

Dilihat dari arah manapun, sekarang ini kentara sekali dua cowok itu sedang merenggut sedih. Memperhatikan sekitarpun rasanya mereka enggan melakukannya, tidak selera seperti tak ada daya juga saat melihat makanan dipiring.

"Nulis kurang? Gue rasa tangan gue udah sakit"

"Bukan soal itu!" Renald menggerutu, melirik Lut tajam.

"Beda ini Lut. Jomblo kayak lo mana ngerti!" Zion ikut-ikutan protes, dia juga kan termasuk orang yang menyuruh Lut menuliskan dirinya catatan.

"Gak usah diperjelas. Gue udah sadar diri, kali ini kalian berarti gak butuh pertolongan kan? Gue mana mampu urusan percintaan"

Semalam, pikiran Renald tidak baik dalam mengambil keputusan. Sangat tidak tepat, apabila itu hanya menyebabkan sakit hati saja. Okelah soal itu, tanggungan karna bungkam mulut Renald soal perasaannya. Tapi dirinya yang hanya bisa memperhatikan Anggun dari jauh bersama cowok lain, itu cukup menguras tenaga dan hati.

Mengikuti kedua orang itu dalam kesendiriannya, seperti penguntit malam. Renald menahan gejolak ingin keluar, sebagai orang yang tergolong pengecut Renald akan sadar diri dan menahan ego untuk sementara waktu. Tapi, kejadian selamam, itu menyakiti perasaannya. Melihat bagaimana Anggun dan Vidan memasuki gedung hotel. What the hell?! Apa yang akan Renald pikirkan setelah itu, firasat baik pun kalah. Yang jadi masalah, apa yang dilakukan dua orang di dalam hotel? Wait, Renald bukanlah cowok polos.

"Kucing di rumah gue aja lihat betinanya milih kucing jantan lain merana. Apalagi gue yang diciptakan dengan penuh emosi kayak gini"

"Heh? Sejak kapan rumah lo melihara kucing?" Zion sejenak melupakan bahwa hubungannya dengan Caca masih belum akur. Soal itu, Zion akan pikirkan lagi. Oh ya, mengenai cerita Renald tadi. Yap, itu benar adanya. Dia menjadi bukti, Zion ikut juga melihatnya. Zion turut berduka cita akan Renald yang belum nembak tapi udah kandas duluan.

"Em.. sejak minggu kemarin"

"Ouh. Kucing jantan ya?"

"Iy- kenapa bahas soal kucing?"

"Kucing dirumah gue betina. Lo bilang tadi kan kucing lo abis putus cinta, bagaimana kalau kita jodohin kucing masing-masing? Ide gue bagus gak?"

Wajah Renald berubah melongo "lo.. makin gesrek Yon, efek Caca cuekin lo ini"

****

Menunggu, sesuatu yang menyebalkan bagi Caca. Berharap, juga bukan keahlian Caca. Lalu Caca harus apa selain itu? Ya, ia ketahui dirinya ini mempunyai gengsi tingkat tinggi, tidak mau untuk memulai apalagi soal bujuk-membujuk, itu sangat bukanlah Caca.

Mempunyai pacar bernama Zion, Caca pikir akan lebih mudah kedepannya. Ya.. lebih mudah soal percintaan maksudnya. Karena dari pengamatannya Zion ini seperti mengerti perempuan, walau tidak tau berapa mantan Zion.

Tapi, semua itu langsung bertolak belakang. Sampai sekarang Zion masih saja memendam diri, padahal Caca sudah tidak sabar dan tidak tahan. Kapan Zion akan menghampirinya? Meminta maaf padanya? Apakah dugaannya salah tentang Zion yang paham soal cewek?

"Udah tiga hari Ca? Masa betah diem-dieman. Zion gak hadir juga hari ini" celetukan Anggun menyadarkan semua. Ya.. sudah tiga hari lamanya Caca tidak bertegur sapa dengan cowok itu. Dikelas pun rasanya sunyi bagi Caca karena tidak mendengar suara cowok itu. Zion sekarang lebih tergolong... sering diam.

"Gak tau"

"Jawaban lo! Gak nyambung banget"

"Gue juga bingung Nggun! Ngeliat dia pake masker kali ini rasanya ada yang aneh. Dan juga biasanya dia yang duluan nyamperin gue buat minta maaf. Tapi kenapa sekarang dia yang kayak.. jauhin gue? Gue gak tau!"

"Lo tanya! Jangan diem aja. Penasaran kok dibendung. Entar mati lo"

"Gak bakal mati!"

Pikiran Caca makin semeraut. Melihat makanan dipiringnya ia tidak selera. Caca jadi menyesal beli itu! Ditambah juga rasa kesalnya karna Anggun yang bisa cuap-cuap aja.

Lain hal dengan Caca yang sedang migrain, Intan tampak menghela napas menatapnya "turutin aja apa kata Anggun Ca. Cewek itu gak bakal diem kalau gak dikabulin" Intan melirik Anggun untuk menyindir.

"Diem lo Tan kalau gak tau apa-apa! Tau apa lo soal ginian?"

"Eh lo gak sadar status jomblo menahun lo" Intan tersulut emosi di katain begitu.

"Sadar! Kenapa? Lo pikir gue gak handal soal ginian. Jones gini gue tau! Lo ngatain gue, tapi lo masih jomblo aja ampe sekarang"

"Lo gak tau aja gue udah---"

"Udah-udah! Diem! Kalian kenapa sih berantem mulu?! Kali-kali akur dong. Cuping gue sakit nih. Puyeng kepala gue!"

Intan tak melanjutkan ucapannya, begitupan Anggun yang langsung terdiam.

"Zion gak hadir hari ini. Kata Renald Zion sakit. Kenapa Zion gak ngabarin gue?! Gue khawatir Tan Nggun!" Raut wajah Caca berubah frustasi. Entah kenapa akhir-akhir ini emosinya tidak stabil. Padahal dirinya sedang tidak datang bulan? Atau Caca saja yang tidak sadar bahwa memang dirinya yang memang mudah marah?

Caca geleng-geleng, pikirannya ia alihkan ke masalah lain. Caca merenung sebentar, dia tak tau alasan pada perubahan mendadak sifat Zion yang mulai cuek. Dimulai dari mereka berteman dan ampe pacaran, Caca sadar disini dirinya yang tak beranjak. Zion yang selalu mau mengalah, ingin mengerti dirinya, sering meminta maaf duluan. Walau kadang kala kesalahan itu Caca yang buat.

Apa Zion berubah karena tak tahan lagi pada sikap Caca yang tergolong egois? Atau sudah bosan dengannya? Benarkah...?

Bibir Caca langsung bergetar menahan kesal, amarah, rindu, bingung, dan kecewa?.. Kecewa pada siapa? Dirinya? Caca tidak tau.

Memandang Caca yang terlihat makin menyedihkan dan juga menunjukan kekesalan, Anggun segera beranjak untuk mencoba memberi semangat pada Caca "Jangan kek gini Ca, hubungan lo sama Zion bakal baik-baik aja. Kita disini ada buat bantu lo kok. Jangan sedih ya Ca"

"Gue trauma Nggun! Zion gak kayak Dia kan?"

"Enggaklah. Mereka gak sama Ca, jangan anggap Zion dan Gio mirip. Semua cowok itu beda-beda"

Anggun menepuk bahu Caca, menenangkan. Tapi, langsung mendadak Caca menepisnya.

"Urusin urusan lo aja! Belum kelar jangan sok care sama orang"

Anggun termenggu sejenak begitupun Intan yang ikut mendengar. "Lo kenapa sih Ca? Jangan kek gini dong. Kita disini buat lo kok. Kalau soal sepele Zion yang buat lo kayak orang gila, gue saranin gak usah terlalu dijadiin beban kalau lo gak kuat!" Anggun masih memberi wejangan. "Ada kita yang bisa bantu lo selesain masalah. Gue yakin Zion bukan cowok kek gitu" Anggun meletakan telapak tangannya kembali ke bahu Caca.

Bukan ini yang Anggun harapkan, Caca malah terlihat makin kesal dan marah "Tau apa lo Nggun?! Apa yang lo bisa bantu. Orang yang gak pekaan kayak lo gak usah sok tau?! Bukannya cuman ini yang lo bisa? Payah!" Caca menepis tangan Anggun dan berlalu ke kelas pergi dari kantin membawa kesal dan meninggalkan dua sahabatnya yang termenung. Mereka sabar...

****

LEBIH DIKIT...

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang