TUJUH 《FLASHBACK》

243 42 1
                                    

VOTE..

****

Satu bulan lebih kurang yang lalu. Caca, Intan, dan Anggun pergi ke club malam. Paradise Embler, nama club paling terkenal di kota mereka. Sering memang mereka kesitu.

Well, Caca bukanlah cewek baik-baik, dan menurutnya ke tempat berdosa itu sudah biasa baginya. Anggun dan Intan juga, mereka bertiga itu sama, sama-sama pendosa, tak heran mereka mudah saling akur. Karna tujuan mereka sama, mengejar kenikmatan dunia semata, tidak memikirkan bagaimana akhirat mereka nanti.

Di sekolah, banyak sebutan bagi mereka di tempat mendidik ilmu itu. Dan jika di sini, beda lagi.

"Caca!"

Caca menghentikan langkah, ia berbalik dan terlihatlah disana Vidan atau biasa di panggil Embler. Si pemilik club yang memang akrab dengan Zee atau Caca. Ralat, Vidan akrab dengan ketiganya.

Nama asli Embler itu adalah Vidann Winata Gimanno. Orang memanggilnya dengan sebutan Embler itu karna memang Vidan yang mau. Katanya biar beda dikit. Sengaja memang Vidan meletakan kata Embler di belakang nama clubnya. Tak ada yang spesial dari kata Embler, tapi entah dari mana kata itu muncul, Vidan merasa suka, dan hasilnya, ya seperti itulah..

"Kenapa Kak?"

"Udah lama gak kesini?"

Vidan langsung memeluk Caca, baginya gadis kecil ini ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Dua sahabat kamu kemana, gak kelihatan tuh?"

Vidan meneliti sekeliling club yang ramai akan orang-orang penikmat malam.

"Kak Em kenapa nyariin mereka? Biasanya juga risih kalau ketemu, apalagi Anggun"

"Gak sih, heran aja biasanya mereka berdua ngintilin kamu melulu. Dan kalau aku udah dateng pasti Anggun langsung pindah ngikutin Kakak" Vidan terkekeh sebentar mengingat Anggun yang memang sedikit manja padanya.

"Lagi nge-DJ tu sama Kak Mila"

Mata Vidan langsung melirik ke arah yang Caca tunjuk. Ia geleng kepala setelah melihatnya, pantesan Vidan sedikit merasa aneh dengan musik yang sedang mengalun saat ini. Krasak-krusuk kayak gitu. Ternyata itu ulah Anggun yang sedang coba-coba nge-DJ. Disampingnya ada Mila dan Intan.

"Kakak samperin mereka dulu"

Caca mengangguk. Setelah Vidan pergi, Caca sempat bergumam sambil memperhatikan teman-temannya yang malah berganti sedang asyik berdebat ria dengan Vidan.

"Kak Em gak akan pernah sadar kalau kelakuan lo kayak gitu terus Anggun"

****

"San, lo udah terima uang dari Riko?"

Sani yang memang sedari tadi hanya duduk main HP, ditegur oleh teman nakalnya -Sani menyebutnya seperti itu- dengan pertanyaan.

"Udah. Lo tenang aja. Gak bakal berani dia mau ngibulin gue"

Mika mengangguk mengerti. Kakinya akan beranjak pergi jika saja Sani tidak menahannya.

"Mau kemana? Temenin gue disini dong Mik"

"Ogah. Gue ke club mau cari kesenangan. Mana bisa gue cuma duduk-duduk aja kayak lo. Lo gak denger musik lagi ngerayu gue buat segera ke Dance Floor"

"Ah, gak asik lo" Sani mendengus.

"Lo juga San, jadi orang jangan sok kepolosan amat. Dikit-dikit joget dong. Hidup hanya sementara Sist"

"Udah ah, lo banyak bacot. Pergi sana"

"Idih ngusir. Lo beneran gak mau ikut gue? Yaudah sih, bye bye Sani"

Sani melihat Mika sudah menghilang ditelan lautan manusia yang berada di Dance Floor. Dunia Sani kembali pada HPnya. Mau tau apa yang sedari tadi ia lakukan di benda pipih itu? Sani sedang sibuk chat-tan dengan sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Keyla.

Menurut Sani, Keyla lebih dari sekedar sahabat baginya. Bisa di andaikan sebagai saudara perempuannya, kalau Zion kan saudara lelakinya?

Kalau enggak bukan karna Mika, Sani ogah kesini. Lebih baik mengurung diri di kamar atau mencari kesenangan lain di luar sana. Kan banyak kecuali di Club?

Dengan perasaan dongkol karna musik yang sedari tadi berdentam-dentum menganggu dirinya konsen membalas chat. Sani ijin pada Keyla untuk udahan dulu berbalas pesan. Dirinya mau segera keluar dari tempat terkutuk ini. Terserah pada Mika yang sekarang entah di sudut mana. Pokoknya ia harus pergi dari sini dulu.

Karna ruangan ini memang dipenuhi banyak orang, Sani berdesak-desakan menerobos sebisa mungkin, sampai ia tak sengaja menyenggol seseorang hingga terjatuh. Sani ingin membantu dengan mengulurkan tangan, sebelum ia tau siapa yang telah ia tabrak, Sani terdiam sama seperti Caca.

"Lo?!"

Caca cepat berdiri menghadap Sani, terlihat dari raut muka Caca bahwa ia marah. Tapi dari sana juga, Caca bersamaan merasa penasaran kenapa si anak teladan sekolah berada di tempat laknat ini? Ia jadi sedikit kepo.

"Maaf, gue gak sengaja" Sani cepat-cepat berlalu, tapi Caca gesit menahan tangan Sani.

"Percuma maaf lo" sinis Caca.

"Terus? Lo mau balas?"

Caca mengakui ia sedikit terkejut atas sikap Sani yang berubah.

"Kalau iya?"

"Gak akan gue biarin. Minggir!" Sani mencoba melepaskan cengkraman tangan Caca, tapi sebaliknya bukan terlepas Sani malah terdorong ke lantai. Bokongnya dengan mulus menghantam keramik itu.

"Dan gue gak akan biarin balas dendam gue gak terwujud"

Caca menatap Sani remeh. Ia berlalu pergi meninggalkan Sani yang masih terduduk di lantai. Sani tak terima, dirinya berdiri dan mengambil gelas berisi air entah apa itu di atas meja bar, dan segera menuangkannya di kepala Caca.

Caca yang diguyur air entah dari mana, langsung berbalik dan mendapatkan sang pelaku sedang berdiri menatapnya penuh kemenangan.

Caca berdecih, ternyata anak teladan munafik ini menantangnya. Tanpa babibu secepat kilat Sani juga ikut basah ulah Caca yang juga menuangkan Vodka di atas kepala Sani.

Dia kira Queen ice gak bakal balas? Itu salah besar.

Karna amarah telah menguasai Sani, tanpa sadar ia menendang kaki Caca hingga cewek itu terjatuh lagi. Caca mengaduh sakit sambil memegang kakinya yang kena tendang. Caca lupa bahwa si anak teladan munafik ini juga ikut eskul karate disekolahnya.

Keributan itu memicu kerimbunan masa yang kepo apa yang terjadi. Tak luput pula Vidan yang melihat keramaian itu segera mendekat. Melihat disana juga Caca yang terduduk sambil kesakitan, Vidan langsung  menghampiri Caca dan membantunya berdiri.

Sani memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan itu untuk kabur. Sungguh dalam hati ia tak mau itu semua terjadi. Tapi karna Cacanya juga yang ngeselin, dan ia teringat siapa yang sering bully Keyla. Amarahnya memuncak seketika sampai ia tak sadar menendang kaki Caca terlalu kuat. Ia menyesal akan itu.

Dan Sani akui ia pengecut. Entah bagaimana nasibnya esok pagi di sekolah. Walau pada kenyataannya Caca tak sekolah selama seminggu.

Seminggunya lagi Caca sekolah, keajiban terjadi di kepala Caca. Bad girl itu tak membahas lagi tentang kejadian di club waktu itu.

****

YANG MAU TAU CERITA SANI LEBIH LENGKAP, BISA CEK CERITANYA LANGSUNG. TAPI DISANA LATAR WAKTUNYA BEDA SAMA DI CERITA INI. LONCAT SATU TAHUN KEMUDIAN.

JUDULNYA : AlkaSa

BACA YA..

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang