SEMBILAN

228 35 0
                                    

VOTE

****

Hari ini tidak mendung, tidak juga terik. Sedang-sedang saja. Caca bersyukur akan itu.

Ia terus mengukir senyum sepanjang jalan menuju taman belakang sekolah. Tak henti-hentinya ia melirik genggaman tangan Zion pada jemarinya. Rasanya... begitu manis.

Caca tidak dapat menyangkal bahwa ia takut. Takut kalau saja Zion tidak mau menjelaskan apa-apa dan hanya berdiam diri. Dan untungnya Zion tidak seperti itu. Caca harap..

Senyum Caca luntur seketika, ketika netranya menangkap Sani yang sedang berdiri memandangnya datar. Ia cukup terkejut, ternyata penjelasan yang akan Caca dengar itu juga melibatkan mulut Sani.

"Huh?"

Mengerti apa yang ada di pikiran pacarnya, Zion menjawab lugas.

"Sani bantu buat jelasin"

Caca berdecak. Ia masih sedikit sentimentil bertemu dengan Sani.

"Kamu aja udah cukup. Aku butuh penjelasan kamu bukan dia"

"Selain itu. Ada yang mau dia ucapin"

"Yaudah, kapan-kapan kan bisa? Aku mau bicara empat mata sama kamu"

"Tapi dia dilibatkan"

"Aku gak peduli! Penjelasan kamu yang mau aku dengar"

"Entar kamu gak percaya"

Sani masih setia pada diamnya. Walau ia sudah jengah melihat perdebatan sepasang kekasih itu.

"Aku percaya. Aku yakin kamu gak bohong"

"Kamu percaya kalau Sani itu adek aku?"

"Aku per-- What?!"

"Iya. Kamu percaya kan?"

"Yon, ini gak lucu"

"Emang gak lucu. Aku lagi gak ngelawak. Sani bener adek aku, kandung"

Caca melirik. "Kalian bohongin semua anak-anak? Kalian tau?" Caca memandang tak percaya. Ia juga berucap dalam hati "dan bohongin gue juga"

"Tau" suara Sani akhirnya terdengar "Gue yang nyuruh Zion tutup mulut sejak dia pindah"

"Gak ada alasan buat lo tutupin!"

Caca sedikit marah. Selama ini ia begitu konyol. Cemburu pada adik pacarnya sendiri? Sungguh menggelikan.

"Ada, dan itu bukan urusan lo. Yang penting sekarang lo tau. Gue rasa gue gak ada perlu lagi disini. So, selesain urusan kalian, gue cabut"

"Mau kemana?"

Zion menahan lengan adiknya itu. Ia melengos. Tak ingatkah masih ada syarat yang belum Sani lakukan? Main pergi aja.

"Apa lagi? Pacar lo udah tau tuh"

"Jangan lupa satu syarat lagi San" geramnya.

Sani memutar bola mata."Besok aja ah"

"Gak ada. Hari ini, atau..."

"Oke-oke"

Zion tersenyum menang. Ia melepaskan cekalannya. Sedangkan Caca, memandang tak tau menau. Karna pikirannya berkelana tak tau arah. Ia bingung, selama ini ia benci pada calon adik iparnya sendiri?

"Ca, Sani mau bilang sesuatu sama lo nih"

"Bilang apa?" Caca tetap dingin.

"Soal yang di club waktu itu, gue minta maaf" ia langsung to the point dan setelah itu Sani segera beranjak pergi. Menyisakan kerjapan mata Caca. Kejadian sebulan lalu, ia malah sudah melupakannya.

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang