TUJUH BELAS

181 30 0
                                    

VOTE!

****

"Caca? Anggun?"

Suara bariton terdengar dari belakang. Anggun menoleh dan terbelalak.

"Kak Vidan?! Kangen..." Anggun sedikit tergesa-gesa menghampiri Vidan dan menubrukan badan untuk segera memeluk.

Vidan tersenyum dan membalas pelukan dari Anggun.

"Kak Vidan kemana aja? Dicariin gak nongol-nongol" dengan masih keadaan berpelukan Anggun mendongak untuk bertanya. Caca yang melihat hanya memutar bola mata. Caca tau sekarang tujuan Anggun mengajaknya, ternyata ingin menjadikan Caca obat nyamuk. Ck!

"Kak Em tau dimana kak Mila, dia lagi disini gak?" Caca berdiri dari duduknya.

"Iya ada. Lagi duduk di sofa sudut sana"

Vidan menunjuk arah, tampak sekali Anggun sudah beralih dan menggelayuti lengannya.

Caca mengangguk, dan berjalan menyingkir menjauh "nitip Anggun kak. Jangan sampe ilang ya!"

"Gak janji!" Vidan berteriak dan menoleh pada Anggun yang mencibik, ia terkekeh.

"Kak Vidan jahat. Harus janji dong buat selalu jagain Aku"

"Gue gak mau. Lo kan punya pacar, suruh pacar lo aja yang jagain"

"Ih kak! Kan udah dibilangin aku gak punya pacar!"

Anggun melepaskan rangkulannya, ia menjaga jarak dan melipat tangan di atas dada, merajuk.

"Masa' gak ada. Pasti bohong nih? Imut gini gak mungkin gak ada yang suka" Vidan masih berwajah menjengkelkan.

Anggun tertegun sejenak. Apa kak Vidan juga suka sama aku? Anggun bermonolog dalam hati, baru tersadar bahwa kak Vidan sudah ada yang punya. Dan kak Vidan pernah bilang, dirinya hanya dianggap seperti seorang adik baginya. Bolehkah Anggun bersikap egois? Meminta lebih padahal dia tak mempunyai hak.

Bukan Anggun yang meminta perasaan ini, dan bukan dirinya juga yang berkehendak. Orang bilang ini takdir, dan Anggun harus menjalaninya sendirian. Anggun tidak mau, sudah lama ia mendekati kak Vidan, karna tidak mau cintanya bertepuk sebelah tangan.

Tapi, hasilnya nihil. Dia kalah, takdir masih mengatakan bahwa dirinya memang harus sendiri untuk menjalaninya. Buktinya, sudah dari minggu yang lalu kak Vidan mempunyai kekasih. Rasanya Anggun ingin berteriak, meminta pertolongan. Meminta untuk membantunya membebaskan Anggun dari belenggu perasaan ini, dari kesendirian. Atau membantunya untuk mencapai cinta, menggapai kak Vidan. Ada? Sepertinya tidak.

"Eh malah melamun. Jadi gak belajarnya?"

"Jadi"

****

"Eh buset lo! Gak ada tempat lain apa buat dijadiin tempat ajang pertemuan pertama sama rival gue?"

"Banyak bacot lo Ren! Ikutin gue aja napa"

"Ini club Yon! Entar gue di goda-godain lagi sama cewek disini. Gak heran sih, kadar kegantengan gue juga kan diatas rata-rata"

Zion memandang Renald dari bawah ke atas, ia bergidik ngeri mendengar penuturan temannya itu yang sudah kelewatan "Ge-er banget lo. Cewek ngelirik lo aja gak ada"

"Wah.. ngeremehin pesona gue lo. Kemarin aja ada adek kelas yang nembak gue. Tapi, gue tolak sih.."

"Bacot! Mending kita masuk"

Zion beranjak meninggalkan Renald, melalui insting Renald menyusul.

Setelah di dalam sana, rasanya kuping kedua cowok itu akan tuli. Kebisingan yang terjadi di dalam club tidak biasa bagi telinga Renald dan Zion. Bukan karna tidak pernah memasuki tempat itu, tapi mereka sudah lama sekali tidak kesini.

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang