DUA PULUH DELAPAN [END]

259 25 2
                                    

VOTE DULU..

****

Zion memberhentikan motornya di depan rumah Caca. Tak lupa ia melepaskan helm di kepalanya dan mulai melangkah ke arah gerbang. Zion memencet bel. Sesekali dia melirik ke arah barang belanjaannya di tangan. Semenit kemudian orang yang ditunggunya datang.

"Sorry lama, tadi ada cek-cek dikit"

Zion hanya tersenyum. Tidak menunggu waktu lama Zion menyodorkan beberapa kantung kresek berisi makanan pesanan Caca  "Nih pesenan yang mulia ratu"

Digoda seperti itu membuat Caca menahan semburat merah dipipinya.

"Ih kamu ya, emang aku ratu dimana?" Sembari menyambut sejumlah makanan itu Caca tak lupa mencubit lengan Zion.

"Di hati pacar kamu yang bernama Zion Gafriandra"

Caca mencibik. "Dasar! Gombal aja terus"

Mengabaikan Caca yang menggerutuinya, mata Zion lebih tertarik ke bagasi rumah Caca yang menyimpan mobil merah menyala. Dahinya mengernyit bimbang, satu pertanyaan yang sedang bercongkol di kepala Zion, Nyokap Caca lagi ada dirumah?

"Ca, Mama kamu ada di dalam ya?"

"Hah? Enggak kok, Mama masih kerja dikantor. Biasanya malam baru dia pulang. Kenapa? Tumben kamu nanya?"

Tanpa sadar Zion menarik napas lega, jika boleh jujur Zion memang belum siap menemui Mama Caca. Ya walaupun saja ternyata Mama Caca ada dirumah, tidak apa-apa juga, Zion akan sanggup menunjukan diri. Pastinya dengan sopan dan santun. Laki-laki itu emang gak boleh jadi pengecut kan? Kalau sekarang aja malu-malu buat ketemu CaMer, nanti lamarannya bagaimana? Malu-malu kayak anak kucing, enggak bisa. Dari dulu Zion mempunyai satu komitmen, kalau dia udah pilih pacar, berarti dia udah milih calon istri. Jadi jangan heran jika dulu dia tidak pernah yang namanya pacaran. Karna menurutnya pacaran itu enggak boleh main-main, kalau bisa harus serius dan mempunyai komitmen tetap.

"Jadi, mobil yang disana itu punya siapa? Koleksi Mama kamu ya?"

"Bukan, mobil itu punyaku"

"Hah? Sejak kapan suka sama roda empat? Biasanya kamu lebih nyaman ke motor"

"Mama kasih aku hadiah. Sekalian buat minta maaf katanya, karna ninggalin aku lama banget"

Zion membentuk huruf O menggunakan mulutnya, dia mengangguk mengerti.

"Yuk ah masuk, gak sabar makan ini semua, perutku udah laper dari tadi" Caca beriang gembira sambil menunjukan kantong kresek itu kepada Zion, perlahan tapi pasti Caca menarik tangan Zion kedalam rumah. Zion hanya menurut.

"Sepi Ca?"

"Itu sebabnya aku nyuruh kamu kesini, aku kesepian"

Zion tersenyum manis mendengar itu. Kaki Mereka mulai melangkah masuk ke ruang yang lebih lebar, ruang tamu.

"Yon, kita makan di kamar atau di ruang tamu? Enaknya dimana?"

Caca menoleh, memperhatikan Zion yang setelah mendengar pertanyaannya malah tersenyum kikuk. Cowok itu menggaruk tekuk seperti salah tingkah? Ada yang salah?

"Kayaknya disini aja deh Ca" takut bahaya kalau di kamar. Zion melanjut dalam hati, bukan ingin bermaksud mesum kepada Caca, tapi yang ditakutkan Zion dia nanti yang tidak tahan menghadapi Caca, pacar cantiknya ini ternyata memiliki sisi rahasia yang menggoda. Rasanya berduaan di dalam kamar bukanlah ide yang bagus, takut ketiganya  setan.

Apalagi melihat dandanan Caca saat ini, bisa dibilang sedikit minim mungkin, dengan celana pendek dan baju yang menurut Zion itu kekecilan dibadan Caca. Zion pastikan jika Caca menaikan tangan, perut datar Caca akan terlihat. Dan juga rumah ini sepi. Well, Zion hanya cowok biasa yang sedang mengalami masa puber, dia juga tidak memilki iman yang kuat. Jadi mohon maklumi Zion sekarang. Dia berusaha untuk menghormati pacarnya.

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang