VOTE..
****
Caca memoleskan bedak dan lipstik tipis di wajahnya yang mulus, dengan gaun yang ia pakai sekarang Caca tampak sangat cantik dan manis. Sebelum keluar kamar, Caca menyempatkan diri berkaca terlebih dahulu mengecek kalau-kalau saja ada yang salah di tubuhnya.
Perpect! Caca tersenyum senang, ia keluar dari ruangan pribadinya dan turun ke lantai bawah dimana laki-laki yang menunggunya sedari tadi berada.
"Pa, Caca udah siap"
Kino berdiri dari sofa, senyumnya mengembang memandang anaknya yang malam ini akan ia bawa ke acara dinner pertemuan antara Caca dan calon istrinya, Sintia.
"Udah siap, kalau gitu kita langsung aja berangkat"
Supir pribadi Kino sudah berdiri di samping mobil, membukakan pintu kendaraan itu untuk tuan dan non-nya masuk.
Malam ini, Kino resmi mengajak Caca untuk bertemu calon Mama barunya. Sekedar ingin beri tau, selama ini Caca hanya bertatap muka dengan tante Sintia melalui video call saja. Menerima kabar bahwa persiapan pernikahan Papanya hampir seluruhnya akan selesai, Caca pada akhirnya menuntut sang Papa agar mempertemukan dia ke calon Mamanya.
Keinginan Caca Kino kabulkan dengan senang hati, apalagi Sintia ikut juga menuntut ingin bertemu Caca.
"Pa, aku denger tante Sintia punya anak yang seumuran dengan aku? Bener Pa?"
Caca memancing percakapan duluan di dalam mobil yang tiba-tiba mendadak senyap.
"Bener. Dia juga sekolah di tempat kamu. Katanya dia ketua osis, pasti anaknya berbakat"
Caca mengangguk, berbakat bikin sakit hati lebih tepatnya.
"Kamu kenal sayang?" Tanya Kino sambil melirik sekilas Caca.
Kenal lah Pa, dia itu kan mantan Caca! Caca rasanya mau berteriak begitu saja. Tapi tidak, dia harus tahan.
"Kenal lah Pa. Dia itu temenku di sekolah"
"Wah, kebetulan dong. Berarti entar kalian gak canggung lagi kalau jadi saudara, kan udah akrab"
Yang bener itu kebalikannya.
Kino tersenyum manis, Caca tersenyum palsu mendengar penuturan Papanya. Tidak mau membuat laki-laki di sampingnya curiga, Caca cepat-cepat menimpal.
"Bener juga Pa, pasti Caca nanti ada temen buat berantem"
"Loh, jangan dong Ca, pasti kamu ini yang sering jahil"
Setelah itu Caca diam, mengintip ke luar kaca mobil memperhatikan jalan raya yang penuh akan kendaraan. Dia kembali terpikir perkataan Papanya barusan.
Lihat aja nanti.. Author tau sendiri apa keinginan gue.
*****
YESS..
AKHIRNYA EPILOG SELESAI..
SIAPKAN DIRI UNTUK CERITA BARU SAYA YA.. BESOK SAYA UPDATE CERITANYA..
DITUNGGU VOTENYA.
UNTUK EXTRA PART KAPAN-KAPAN SAYA BUAT NANTI..
ENTAR BAKAL SAYA BUATIN PART KHUSUS BAGAIMANA CACA SAMA GIO UDAH JADI SAUDARA, MOGA AJA GAK BERANTEM TERUS ○_○
See you readers..
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple LOVE [Completed]
Teen FictionCinta yang sederhana akan lebih indah jika berwarna. ________________ "Lo gila?!" Zion mengelus dada, apa yang dibilang Caca tadi? Gila? Lah dia ini lagi ngadapin siapa sih sebenernya? Orang lagi nyatain perasaan kok di bilang gila? Gak lihat kalau...