LIMA BELAS

171 36 0
                                    


****

"Pengen ngomong"

"Apa?"

"Kejadian diperpustakaan tadi, gak ada yang mau kamu tanyain?"

"Enggak. Semua udah jelas"

"Kamu enggak cemburu lihat aku sama Gio berduaan?"

"Sebelumnya iya. Pengen marah malah. Tapi aku tau, caranya nahan emosi. Coba aja kalau aku kelepasan. Aku pastiin hubungan kita makin renggang"

Caca tersenyum mendengar jawaban Zion. Kali ini Caca yakin tidak salah pilih pacar.

"Dan soal isi novel itu, kamu nyindir aku kan?"

"Iya, aku gak mau kamu tinggalin"

"Bucin banget kamu ternyata" Caca mengangguk-angguk kan kepala geli. Sekali lagi, kupu-kupu berterbangan di perutnya.

"Terserah apa kamu bilang. Kenyataannya emang begitu. Aku tanya, kalau aku ninggalin kamu, kamu mau?"

Zion berhenti sejenak. Wajahnya biasa-biasa saja saat ini, ia menatap Caca yang berdiri di samping kirinya.

"Enggak"

"Berarti kamu bucin juga dong?"

"Enggak"

"Aku pun juga engg---"

"Tapi aku cinta"

"Sama"

Mereka sama-sama tertawa. Kaki kembali menyusuri koridor menuju ke kelas mereka.

Bel baru saja berbunyi tepat saat Caca dan Zion tiba di depan pintu kelas. Sebelum berpisah karna jarak bangku yang lumayan agak jauh, Caca kembali mengajak berbicara. Ia belum bertanya satu hal.

"Yon, kamu tadi nyusul aku buat ngapain?"

"Pengen nemenin kamu. Takut di ambil orang kalau enggak ada yang jagain" Zion terkekeh.

"Posesif" desisnya.

"Biarin"

Mereka berdua akhirnya duduk di bangku masing-masing. Caca tidak bisa berhenti tersenyum sedari tadi. Masih mengingat percakapan antara Zion dan dirinya di perpustakaan maupun di koridor sekolah.

Lihatlah, padahal baru beberapa menit lalu Caca merasa di jauhi oleh Zion. Dan sekarang keadaan mendadak berputar balik. Ah, perasaannya bisa tenang juga.

****

Terlihat, tiga cewek saling berbincang seru di bangku depan kelas yang langsung menghadap lapangan basket. Sesekali terdengar suara tawa dari mereka menandakan obrolan yang diambil cukup lucu.

Salah satu dari mereka tiba-tiba menyela.

"Guys attention please. Gue pengen bicara"

"Apaaan Nggun? Penting nggak? Kalau enggak, gak usah ngomong" Intan menimpal.

"Diem lo! Kalau gak mau dengar yaudah" Anggun bersungut-sungut.

"Ya kan lo biasanya cuma bisa bacot gak jelas terus. Dari pada ngabisin waktu denger ocehan gak jelas lo, lebih baik kita ke kantin aja. Makan, gue mulai laper soalnya"

"Dasar Perut gentong! Barusan kita dari kantin, makan btw"

"Terserah perut gue dong, mau laper lagi apa gak. Lo emangnya emak yang ngasih gue duit? Toh bukan lo yang rugi"

Caca menguap bosan mendengar pertengkaran dua sahabatnya. Caca berharap Telinga kanan dan kirinya moga aja gak rusak. Dengan ia berada di tengah-tengah diapit oleh Intan dan Anggun, Caca merasa kepalanya seakan berputar-putar.

Simple LOVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang