Pak Satpam

35K 420 10
                                    

Kenalin namaku Rino, umur 16 tahun, kelas X di salah satu SMA favorit dikotaku. Ayahku seorang banker, sedang mamaku punya usaha butik. Aku lumayan pintar, selalu berada di 3 besar dikelas. Wajahku manis seperti orang Jawa, kulitku kuning Langsat, dan banyak temanku yang memujiku. Tapi aku cuek saja untuk menanggapinya, bukan karena sombong, tapi aku hanya ingin menikmati semua apa adanya. Satu yang tidak mereka ketahui, kalau aku seorang gay. Aku selalu browsing foto-foto cowok sirtles apalagi yang sudah dewasa alias om-om. Membayangkan gimana rasanya disodok kontol gede dan tubuh kekar mereka, aku selalu panas dingin, dan berakhir coli. Hari itu sepulang sekolah, aku mampir ke supermarket untuk membeli es krim. Setelah selesai memilih dan membayar, aku keluar mau pulang, dan saat menunggu taxi datang, tiba-tiba hujan. Reflek aku lari ke area perkantoran samping supermarket itu, dan aku berteduh di pos satpam. Tiba-tiba ada yang memanggilku.
"Dek..."
"Iya pak... Maaf numpang berteduh"
"Iya gapapa dek... Mending duduk didalam saja biar tidak basah" aku menurutinya.
"Terima kasih pak... Nama saya Rino"
"Saya Edo" aku terkesima melihat wajah pak Edo, ganteng, tubuh atletis dan macho. Aku menelan ludah melihatnya. Pak Edo banyak nanya, dan aku jawab dengan senang hati. Pak Edo berumur 35an, katanya duda beranak 1. Anaknya juga SMA, tapi diatasku. Ku jilat eskrimku, membayangkan menjilat kontol pak Edo. Ku lirik pak Edo menelan ludah, dan celananya menggembung. Tercetak jelas kontolnya panjang dan besar. Ku buat jilatanku seolah-olah mengulum kontol, dan sengaja ku buat sexy. Ku hentikan aksiku.
"Bapak kenapa?" Sambil ku pegang kontolnya. Pak Edo hanya menelan ludah, sedangkan kontolnya makin menegang. Ku remas-remas kontolnya. Ku cium bibirnya.
"Jangan disini pak"
"Dimana dek"
"Bapak jam berapa pulang"
"Sekarang dek"
"Ya sudah mampir kerumahku dulu ya pak" dia hanya mengangguk, kami bertukar no hp. Dan aku suruh memanggilnya om Edo. Pukul 3 sore temannya menggantikan om Edo. Om Edo mengambil motornya, lalu memboncengku. Ku peluk tubuhnya, aroma jantan menyeruak, aku suka sekali. 15 menit kami sampai dirumahku,.
"Masuk om"
"Kok kosong"
"Oh ini rumah kami yang lama, aku kadang kesini kalau bosan"
Setelah ku tutup dan kunci pintu, aku memeluk om Edo. Om Edo balik menghadapku, dia melumat bibirku dengan ganas dan penuh nafsu.
"Sayang... Om suka bibirmu, manis" dan om Edo kembali melumatku. Tanganku membuka kancing bajunya, setelah terlepas ku buka celananya, ternyata om Edo tak menggunakan celana dalam, kontolnya begitu panjang dan besar. Puas melumat bibirku, om Edo melumat leher jenjangku, tangannya membuka kancing baju dan celanaku,.
"Sayang... Kulitmu mulus..." Om Edo mengangkat tubuhku, dan mendudukkanku dipangkuannya.
"Tubuhmu wangi sayang...." Ku lumat bibirnya, cukup lama, setelah puas, ku jilat lehernya hingga berbekas. Setelah itu ku emut puting susunya.
"Ahhhhh Rino.... Ohhhh sayang" habis itu aku mengulum kontolnya.
"Ahhh Rin... Hangat..." Ku kulum kontolnya penuh dengan nafsu. Puas dengan kontolnya, aku nungging didepan om Edo. Ah pantatmu bulat, dan lubangmu sempit. Dan om Edo menjilat pantatku, lidah nya bermain dilubangku.
"Ommmhhhh ahhhh" om Edo terus membasahi lubangku.
"Sayang... Om pengen masukin" aku hanya mengangguk. Om Edo melumuri kontolnya dengan ludahnya, aku ngangkang di sofa. Om Edo memulai penetrasinya.
"Ommmmsss"
"Ahhhh sempithhhhhh" om Edo terus memasukkan kontolnya, sakit banget. Dan bles kontolnya masuk semua. Tubuhku menegang, dan berkeringat.
"Santai sayang .. nikmati.. nanti akan enak" om Edo melumat bibirku. Lalu menggoyangkan pinggulnya.
"Ahhhh gila... Sempit dan hangat sayang" desahnya. Aku menikmatinya, aku mulai keenakan.
"Ahhh terus om...ahhhh om" om Edo menyeringai
"Om entot kamu sayang ahhhh memekmu enak ahhh om sukah" cukup lama om Edo mengentotku.
"Sayang hhhhhh"
"Ommhhh hamili aku omhhh ahhh".
"Iyah sayanghhh om hamili kamu... Terima inihhh" crottt crottt crottt crottt crottt crottt crottt crottt om Edo orgasme, sambil melumat bibirku, nafas kami tak beraturan, keringat membanjiri tubuh kami. Om Edo pun bercerita kalau dia sering ngentot dengan anaknya. Awalnya aku cem itu, tapi om Edo meyakinkanku kalau tiap hari akan mengentotku juga. Dan kami kembali bersenggama sampai jam 7 malam.

KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang