Jealous (SR)

648 31 4
                                    

Happy reading😃


"Kalian berdua!" sentakan itu membuat kedua orang yang kini tengah duduk di bangku kaget. Mereka berdua berdiri dan menatap sang ketos yang menangkap basah mereka.

Aaron dan Dinda, kedua sejoli itu nampak gugup. Aaron melihat ke belakang Zean, itu Grasilda. Gadis itu menatap dan menyeringai padanya, entahlah ia tidak mengerti arti tatapannya itu.

"Kalian pacaran di jam pelajaran?" tanya Zean.

"Kami hanya berpapasan saat mau ke wc, jadi kami duduk di sini sebentar" bela Dinda, ia tidak mau jika akhirnya harus dihukum. Apalagi ada Grasilda, pasti sangat memalukan.

"Heh! Alasan macam apa itu? Setidaknya beri alasan yang masuk akal kek" Grasilda terkekeh "Kalo lo mau ke wc tapi malah ketemu cowok dan langsung mutusin duduk di sini. Bukanya lo sekarang udah kencing di rok lo?"

"HEI!!" bentak Dinda, ia tidak terima dirinya seperti diejek olehnya.

"Sudah-sudah. Kalian berdua ke lapangan sekarang dan lari tiga putaran!" putus Zean. Kedua sejoli itu berdecak walau akhirnya menuruti perintah sang ketos.

Mereka ke lapangan dan langsung menjalani hukumannya.

"Rasain!" ucap Grasilda, walau nyatanya tidak kedengaran oleh Aaron dan Dinda, karena letak yang lumayan jauh.

"Apanya yang rasain? Lo juga masih belum nyelesein hukuman lo. Dua putaran lagi" peringat Zean.

"Hah? Lo masih mau lanjutin ngehukum gue setelah gue nemuin orang pacaran tadi?"

"Kenapa? Bukannya gue harus kompeten? Yang melanggar aturan harus dihukum" jelas Zean yang membuat Grasilda kesal sendiri. Iapun lari menuju lapangan.

Grasilda melihat Aaron dan Dinda yang berjalan cukup lambat. Berdampingan. Detik berikutnya Dinda menautkan tangannya di tangan Aaron, hal itu tentu saja membuat Grasilda yang tengah lari di belakangnya panas. Ia tahu Dinda sengaja memanas-manasinya. Memuakkan!

"Percepat!" peringatnya kesal, namun tak dihiraukan kedua orang di depannya itu.

Grasilda mempercepat larinya, ia melewati mereka dengan masuk ke tengah-tengahnya yang membuat kedua tangan mereka terlepas.

"Minggir!"

Dinda tidak terima, ia mempercepat langkahnya menyusul Grasilda. Ia membalikan pundak gadis itu hingga bisa menatapnya.

"Lo sengaja kan?!"

"Maksud lo?" tanya balik Grasilda, ia melipatkan kedua tangannya.

"Lo sengaja dorong kita tadi! Kenapa? Lo panas hah? Cemburu?!!" sentak Dinda balik.

Grasilda mengepalkan tangannya kesal. Tapi ia harus menahan dirinya, ia tidak mau jika mereka tahu bahwa dirinya masih belum bisa melupakan Aaron. Cemburu? tentu saja, tapi dibanding itu banyak kebencian yang tertera bagi Grasilda.

"HAHAHAHA. cemburu? Gue? Sama kalian? HHAHAHA humor banget njir" Grasilda tertawa "Boro-boro cemburu. Gue malahan jijik sama kalian!"

Tangan Dinda melayang untuk dapat menampar pipi mulus Grasilda. Namun dengan satu detik Grasilda menangkap pergelangan tangan Dinda. Dinda hanya kesal dan langsung melepas tangannya dari Grasilda.

"Lo pikir tangan menjijikkan lo itu bisa kena di pipi gue? Jangan harap!"

Plakk!

Kini malah tangan Grasildalah yang mendarat di pipi Dinda. Tentu saja Dinda kaget, ia memegangi pipinya yang terasa perih itu.

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang