Chapter tiga puluh dua / terluka

330 17 0
                                    

Sakit itu ketika semua yang kita percaya sama sekali tidak memercayai kita

***

Grasilda menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Ia lelah hari ini, engak di sekolah enggak dirumah semuanya membuatnya muak. Satu orang yang terlintas di pikirannya saat ini, yaitu Zean. Ia sangat merindukan kekasihnya itu, padahal ia baru berpisah beberapa jam yang lalu saatu di sekolah.

Grasilda mengirim pesan kepada Zean, tak lama Zean langsung membalasnya membuat Grasilda senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.

"Grasilda! Buka pintunya!" panggilan itu membuat Grasilda sontak kaget.

"Ada apa sih pah, aku mau tidur" teriak Grasilda tanpa membuka pintu sama sekali.

"Papa bilang keluar!!" teriak Hendri yang menggedor-gedor pintu kamar Grasilda dengan keras.

Grasilda langsung turun dari ranjangnya dan segera membukakan pintu kamarnya.

"Ada apa si pa___"

Plakk!!

"Papa! Berhenti pa" itu suara Vela yang kaget saat melihat adiknya itu ditampar keras hingga ia tersungkur ke lantai.

"Pa...papa.." Grasilda memegangi pipinya, rasanya lebih sakit dari pada saat ia dipukul Audy dulu.

"Kamu sudah keterlaluan! Papa pikir kamu sudah berubah, ternyata tidak sama sekali. Papa kecewa sama kamu, tidak! Papa kecewa pada papa sendiri yang memiliki anak seperti kamu!"

Degh

Sakit sekali saat Grasilda mendengar itu, perlahan ia meneteskan air matanya. Ia tidak tahu kenapa papa nya bisa bicara seperti itu.

"Kenapa? Kenapa papa pukul aku karena aku tidak menerima  istri papa? Itu hak aku, aku dapat menolak ibu baru buat aku"

"Bukan hal itu!" tegas Hendri.

"Maksud papa apa? Kesalahan apa yang aku lakukan sampai papa seperti ini?" tak henti-hentinya Grasilda mengeluarkan air matanya.

Hendri berjongkok hingga menyetarai Grasilda yang tersungkuar.

"Pah udah pah, jangan seperti ini" pela menarik tangan Hendri yang untuk pergi dari sana.

"Diam kamu Vela! Kamu selalu membela adikmu ini, pergi saja kau ke kamarmu!"

"Maaf" Vela segera berlari ke kamarnya setelah mengatakan maaf kepada adiknya.

Hendri kembali menatap Grasilda yang menangis tidak mengerti.

"Kamu sungguh tidak mengetahui kesalahan kamu? " tegas Hendri lalu dibalas gelengan oleh Grasilda.

"Apa yang namanya nebully itu bukan suatu kesalahan?" Grasilda dapat melihat Hendri yang meneteskan air matanya di sela-sela tangisnya.

"Aku tahu aku salah pah. Tapi sekarang aku tidak pernah melakukan itu lagi pah hikss"

"Bohong!!" Hendri berdiri.

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang