Chapter Duapuluh Dua/ Menyerah

346 22 0
                                    

Lalu tentang apa kalau bukan tentang cinta antara aku dan kamu?

***

Chapter Duapuluh Dua / Menyerah

Happy reding

Zean mondar mandir di depan kamar apartementnya, pasalnya sudah satu jam Grasilda keluar tapi masih belum kembali. Daripada harus seperti ini Zean akhirnya keluar berniat menyusul Grasilda.

"Astaga tuh anak kenapa belum balik balik, gue kan kepikiran terus mana susah dihubungin lagi" ucap Zean bermonolog yang masih terus menghubungi Grasilda.

"Apa tuh anak masih disupermarket ya? Ck! Dasar cewek"

selama berjalan suasana sangat sepi dan sunyi hingga Zean dikejutkan dengan suara tangisan yang membuatnya merinding.

Segera Zean mencari asal suara itu walau bulu kuduknya sudah berdiri.
Zean melihat seorang wanita yang menangis sambil meringkup di tanah, Zean tidak bisa melihat wajahnya namun ia mengenali pakaian wanita itu.

"Grasilda!" segera Zean menghampiri gadisnya itu.

"Gras lo kenapa? Apa yang terjadi?"

"Huk hikss. Pergi lo! Jangan ganggu gue!" bentak Grasilda lalu menepis tangan Zean yang memegang pundaknya.

"Gras lo kenapa? Cerita sama gue!"

"GUE BILANG PERGI! GUE MAU SENDIRI!"

"Gak, gue gak akan tinggalin lo yang seperti ini. Kita pulang dulu oke?"

"Gue... Gue gak mau hidup lagi... Gue ingin nyerah. Gue... Gu___"

Grepp

Sebelum Grasilda menyelesaikan ucapannya Zean sudah dulu memeluknya.

"Gue mohon, jangan bilang seperti itu. Gue sayang sama lo, gue gak ingin kehilangan lo. Kalau ada masalah lo bisa cerita ke gue dan kita bisa cari jalan keluar sama sama oke? Jadi jangan mikir macam macam"

Mendengar itu tangis Grasilda bertambah keras dan perlahan ia membalas pelukan Zean. Tapi sesaat Grasilda mengingat ucapan dari Maya tadi.

"Gue juga sayang sama lo Zean, gue sangat sangat sayang sama lo. Maka dari itu gue harus pergi, kalau lo terus sama gue lo juga akan tertimpa masalah yang gue hadapi. Gue juga ingin cerita semua masalah gue ke elo, tapi gue gak bisa, maaf" batin Grasilda.

Grasilda melepaskan pelukannya dari tubuh Zean.

"Gue harus pergi Zean"

"Gak! Gue gak akan biarkan lo pergi"

"Kenapa?"

"Karena gue sayang sama lo, dan gue gak mau sesuatu terjadi sama lo. Lo juga punya perasaan yang sama ke gue kan?"

Grasilda berdiri dari tempatnya.
"Gak! Gue gak punya perasaan apa apa sama lo, gue cuma menepati janji gue"

"Bohong! Kalau emang iya, katakan itu sambil menatap mata gue" ucap Zean setelah berdiri juga.

"Terserah kalau lo gak mau percaya. Zean lo bilang kan gue boleh putusin lo dan gak perlu nepatin janji gue, maka dari itu Zean kita putus aja" tutur Grasilda lalu air matanya kembali terjatuh, walau bagaimanapun hatinya sakit harus mengatakan itu.

"Gak, gue yakin sebenarnya lo gak mau putus sama gue kan? Gue tahu lo juga suka sama gue"

"Lo salah! Udah gue bilang kan bahwa gue gak pernah suka sama lo. Gue suka sama Aaron bukan lo" uacp Grasilda bohong karena Zean pasti tidak akan percaya padanya dengan Grasilda berkata seperti itu, ia yakin bahwa Zean akan percaya.

Seperti yang Grasilda tebak, Zean diam tak bergeming.

"Gue pergi" ucap Grasilda lalu ia melangkahkan kakinya, tapi langkahnya tiba tiba berhenti karena Zean mencekalnya.

"Lepasin gue Zean, gue mau pergi"

"Gue gak akan lepasin tangan lo, gue gak mau menyesal selama lamanya telah membiarkan lo pergi. Gak peduli kalau lo putusin gue, gue akan terima. Tapi gue gak terima kalau sesuatu terjadi sama lo. Gue akan antar lo sampai aparement"

"Lo pikir gue mau akhiri hidup gue? Gue memang bilang gue gak mau hidup lagi tapi gue juga masih waras, gue gak segila itu"

"Kalau gitu lo mau kemana?"

"Pulang ke keluarga gue"

"Kalau gitu gue anter"

"Lo berlebihan banget tau gak sih Zean"

"Gue gak peduli. Pulang ke apartement atau ke rumah lo tapi gue antar, pilihan lo hanya itu"

"Lo gak berhak atur atur gue kaya gitu. Lo bukan siapa siapa gue"

Demi apapun rasanya Zean seperti tertimpa sesuatu yang sangat keras yang membuat hatinya hancur berkeping keping.

"Gue gak peduli lo mau ngomong apa!" tegas Zean lalu menyeret kasar Grasilda menuju apartement mereka.

"Zean lepas, lo jangan gini. lo nyakitin gue" ucap Grasilda tapi tak didengarkan oleh Zean sama sekali sampai akhirnya mereka sampai di depan kamar apartement mereka.

"Gue bilang lepas!" bentak Grasilda lalu menghempaskan tangan Zean, ia memegang tangan kanannya yang memerah akibat cekalan Zean.

"Maaf, gue cuma ingin mastiin lo baik baik aja"

Grasilda tidak menjawab, ia langsung masuk ke dalam kamar apartementnya dan menutup pintunya.

"Kenapa lo gak mau terbuka sama gue Gras, padahal gue udah terbuka sama lo. Gue udah ceritain semua masalah gue ke elo, kenapa lo mendem semuanya sendiri" ucap Zean walau ia tahu Grasilda tidak akan bisa mendengarnya.


TBC

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang