Chapter tiga / gak butuh sipapapun

593 29 0
                                    

Happy reading

"Udah gak usah ngelak. Gue liat semuanya di tangga" Zean menghela nafasnya perlahan "Jadi...ada apa dengan kalian berdua?"

"Kenapa gue harus cerita semuanya ke elo? Emang lo siapa?"

"Gue bukan siapa-siapa. Tapi satu hal yang harus lo inget" Zean memegang satu pundak Grasilda "Kalo lo punya masalah, jangan simpen sendirian. Sekali-kali lo harus bagi cerita ke seseorang yang lo percaya"

"Bagaimana kalau gue gak percaya siapapun? Ah..bukan! Gak ada orang yang dapat dipercaya. Gimana kalau seperti iti?" jelas Grasilda.

"Itu gak mungkin. Pasti ada minimal satu orang yang ada buat lo, orang yang dapat lo percaya" jawab Zean meralat ucapan Grasilda yang langsung berdecak "Kalau gak ada buat sekarang. Suatu saat lo bakalan menemukan orang itu. Pasti"

"Orang itu? Siapa?" tanya Grasilda binggung. Ia tidak bisa menangkap ucapan Zean.

"Kok siapa? Lo yang bakal tau sendirilah. Entah itu orang tua lo, sodara temen, atau... siapapun" jawab Zean kembali.

Grasilda terkekeh, sebenarnya ia miris dengan kehidupannya sendiri. Orang tua? Sodara? Temen? Pacar? Grasilda sudah pernah mempercayai keempatnya. Namun nyatanya apa? Mereka menghianatinya, membodohinya dan meninggalkannya. Tidak ada seorangpun yang selalu ada untuknya.

gebully adik kelas itu salah satu obat buat ngehibur lo kan? Lo itu kesepian makannya berbuat kayakgisemuask Tapi apa alasan Grasilda marah dibilang begitu? Berarti ucapan Zean memang benar dan Grasilda tidak terima bahwa ia sudah ketahuan?

"Daripada lo bicara omong kosong mending gue balik" Grasilda berdiri dan melangkah ke arah pintu rooftop tapi ia berhenti karena ada tangan yang mencekalnya.

"Tunggu Gras"

"Apa? Belum puas lo hina gue?"

"Stop sampai sini Gras, apa lo gak mikirin masa depan lo? Lo mau jadi apa nanti? Sebentar lagi kita akan naik ke kelas tiga. Lo harus pokus belajar"

"Apa urusannya sama lo. Hidup gue ya terserah gue. Lepasin tangan gue" Grasilda menghempaskan tangan Zean.

"Gras kalau lo lagi kesepian, gue bisa menjadi tempat lo bersandar" Zean meninggalkan Grasilda detelah menepuk bahu Grasilda dua kali.

Grasilda terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan dari Si ketos itu.

Gak! Gue tidak boleh goyah. Gue harus mertahanin dinding yang selama ini telah gue buat. Karena mereka semua pada akhirnya sama saja.

🍃🍃🍃

Kini Grasilda tengah berada di depan pintu yang menjulang di kediaman Georgia. Ya, itu adalah tempat tinggal Grasilda.

Setelah masuk sudah ada seseorang yang menungunya di dalam.

"Udah pulang Cy?" ucap seorang perempuan cantik berambut lurus panjang.

"Ngapain lo di sana Vel ? Dan satu lagi jangan coba-coba panggil gue dengan sebutan 'Lucy' "

"Oke gue gak akan panggil lo dengan nama itu. Tapi hari ini gue perlu bicara sama lo"

"Gak! Gue gak mau" Grasilda segera pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Gracia Vavela Georgia adalah kakak Grasilda. Mereka hanya berselisih satu tahun, hingga bisa dibilang mereka mempunyai wajah yang hampir sama.

"Grasilda"

"..." Grasilda tidak menanggapi panggilan tersebut ia terus berjalan melewatinya. Orang itu pun segera mencekal tangan Grasilda.

"Kalau mamamu bicara itu dijawab"

Grasilda menghentikan langkahnya dan memutar ke belakang yang langsung menghadap pada seorang perempuan itu.

"Tapi sayangnya lo bukan mama gue, lo itu hanya perempuan perebut suami orang"

"JAGA SIKAPMU! Saya sudah menganggapmu sebagai putriku, tapi saya tarik ucapan saya. Kamu hanya anak dari mantan istri suami saya"

"Lo emang wanita penggoda sialan yang menghancurkan keluarga gue. Sampai kapanpun lo itu bukan siapa-siapa di keluarga Georgia"

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Grasilda. Grasilda hanya menyunggingkan senyum seringainya.

"Bagaimana ya jika papa tahu bahwa istri ba ru nya menampar anaknya sendiri?" ucap Grasilda dengan menekan kan kata baru.

"KAU!"

"Tenang tenang, gue bukan elo yang bisa menghancurkan keluarga orang" ucap Grasilda dan langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamarnya.

"Dasar anak kurang ajar. Di mirip dengan wanita itu."

Di balik itu, Grasilda menjatuhlan dirinya di kasur. Matanya memanas, ia meneteskan air matanya.

Sampai kapanpun aku akan tetap sendirian

Di pagi hari, seperti biasa Grasilda selalu bangun pagi tapi entah kenapa ia selalu sengaja berangkat sekolah pukul 08.00.

Dap dap dap

Suara langkas seorang yang begitu cepat sampai menyenggol bahu Grasilda.

"Woy santai dong, kayak di kejar setan aja njir. Ini masih pagi"

"Pagi pala lu. Ini udah jam delapan gue bakalan telat. Lo mah enak udah biasa berangkat siang" ucap Gracya dan langsung berlari lagi menuruni anak tangga. Gracya tidak satu sekolah dengan Grasilda, Gracya sekolah di sekolah khusus perawat. Yah dia hanya sangat tekun akan mimpinya, jauh beda dengan Grasilda.

Tak sadar seorang sedang memperhatikannya dan menyunggingkan sebuah senyuman.
Ya dialah Audi, anak dari Maya Louna ibu tiri Grasilda.

Seperti biasa pintu gerbang sudah ditutup, Grasilda berdecak walau ia tahu pasti akan begini.

"Oyy Satom!!"

"Inalilahiwainalilahi rojiun. Kamu lagi toh Grasilda. Gerbang di tutup pukul 07.15 kamu tau sendiri malah dilanggar"

"Ya makannya kalau tutup gerbang tuh harusnya pukul sembilan. Buka cepat pintunya"

"Gak saya tetap gak bisa buka pintunya"

"Yaelah ribet am___"

Titttt

"Eh goblok!!!"

Seorang dengan motor ninja warna hijau daun hampir menabrak Grasilda. Grasilda nampak kaget sekaligus kesal.
"Oy siapa lo? "

Orang itu membuka helm nya

"ELO!!" Grasilda ditambah kaget lagi saat tau wajah itu ialah si ketos cupu itu. Walau gak kelihatan cupu lagi sih sekarang. Yang tambah mengagetkan ialah kenapa si Zean yang tertib dan taat aturan bisa telat?

"Wahahaha. Lo ternyata telat juga. Makannya jangan nasehatin orang duluan dong sendirinya juga sama. Ternyata ketos yang satu ini juga tidak taat aturan. Wahahahaha"

"Gue gak telat kayak lo. Gue di suruh bu Anis buat beli perlengkapan osis bego"

"Ehh!!!?"

Tbc

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang