Menilai orang lain itu dengan mata bukan dengan telinga!!
CHAPTER DUAPULUH /
HAPPY READING
"Zean" panggil Grasilda pada Zean yang sedang menyirami bunga.
"Apa?"
"Ada yang ingin gue bicarain"
"Bicarain aja"
"Ya enggak disini juga!"
Zean menarik nafas dan segera mematikan selang lalu ia taruh kembali.
"Ayo ikut gue" ucap Zean lalu menarik tangan Grasilda.
Zean membawa Grasilda kesebuah bangku yang ada di belakang rumahnya. Lalu mereka duduk disana.
"Ada apa?"
"Mmm... Sebenarnya kemarin waktu kita joging gue ketemu sama Laura" ucap Grasilda membuat Zean langsung menoleh.
"Laura? Kenapa emangnya?"
"Dia cerita ke gue tentang alasan dia putusin lo"
Zean tersenyum sekilas sebelum bersuara
"Cerita tentang dia khianatin gue?""Bukan"
"Maksud lo?"
"Itu bukan alasan kenapa Laura putusin lo" ucap Grasilda, walau sebenarnya ia tidak mau memberitahu Zean tapi ia harus menguankan hatinya bila nanti Zean akan kembali kepada mantannya itu.
"Jadi apa alasannya?"
"Sebenarnya waktu kalian pacaran Laura sedang mengalami masalah. Ayahnya masuk rumah sakit, dan ia tidak memiliki biaya untuk pengobatannya. Laura meminjam uang kepada... Kepada... Siapa ya gue lupa"
"Andre?"
"Ah! Iya Andre. Lalu Andre meminjamkan uangnya kepada Laura. Laura juga meminta Andre untuk tidak menceritakannya kepada ayahnya yang sedang sakit itu karena ayahnya akan marah dan tidak mau untuk dirawat di rumah sakit. Tapi suatu hari Andre meminta Laura untuk menjadi pacarnya, Laura menolak tapi Andre malah mengancamnya bahwa ia akan ceritakan semuanya pada ayah Laura. Laura tidak mau sesuatu terjadi pada ayahnya dan akhirnya ia nerima Andre dan putusin lo. Dia terpaksa lakuin itu Zean"
Grasilda melirik Zean yang diam tak bergeming.
"Lo baik baik aja kan Zean?"
"Gras, gue harus pergi"
"Kemana?"
"Nemuin Laura"
Degh
Entah kenapa hatinya sakit. Grasilda sedikit menyesal telah menceritakan semuanya. Tapi walau bagaimanapun ia harus menceritakan yang sebenarnya. Apakah Zean masih sayang pada Laura? Atau mereka akan kembali bersama? Grasilda terus bertanya tanya pada dirinya sendiri.
Grasilda membaringkan tubuhnya di kasur, tatapaanya mengarah ke arah langit langit kamar.
"Apa Zean akan putusin gue?" ucap Grasilda bermonolog.
"Terus kalau dia putusin gue kenapa? Gue kan gak.... Gak suka... Dia. Kami pacaran kan bukan atas dasar cinta. Tapi...kenapa hati gue sakit?" ucapnya kembali bermonolog.
"Arghh! Gak tahu ah. Mau dia putusin gue atau enggak gue gak peduli!" ucapnya lalu segera menarik selimut dan mencoba untuk tidur di pagi hari ini.
"Hoahmm" nguapan Grasilda saat terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam yang ada di dinding.
"Pukul sebelas"
Grasilda keluar dari kamarnya dan mendapati Zean yang sedang memasak di dapur. Ia pun menghampirinya.
"Bunda mana Zean?"
"Bunda ke supermarket sebentar"
"Oh"
"Tunggu tunggu! Kok dia gak bilang sesuatu? Seharusnya dia putusin gue kan?"
"Lo udah beresin barang barang lo? Sore ini kita kan akan pulang"
"Ah.. Belum, nanti aja. Daripada itu lo ada yang mau dibicarain ke gue?"
"Maksud lo?" tanya Zean yang masih memotong sebuah bawang.
"Semisal... Lo mau putusin gue?"
Zean menghentikan akifitasnya dan menaruh pisau yang ada di tangannya lalu berbalik mengarah ke arah Grasilda.
"Lo mau putus sama gue?" tegas Zean.
"Bu.. Bukan itu. Maksud gue lo akan putusin gue karena lo balikan lagi sama Laura kan?"
"Gue gak balikan sama dia kok"
"Lalu tadi.."
"Gue emang ketemu sama dia buat minta maaf untuk yang terjadi di masa lalu, bukan untuk balikan sama dia. Lagipula perasaan gue ke dia udah mati"
"Gitu ya" ucap Grasilda, entah kenapa perasaannya sudah menjadi lega.
"Kayaknya lo deh yang mau putus sama gue.ya kan? Kalau lo mau putus gapapa kok, gak perlu tepatin janji lo" ucap Zean dingin membuat Grasilda merinding.
"E..enggak! Bukan itu"
"Kenapa enggak?" goda Zean.
"Itu... Bukannya perjanjiannya kalau lo yang putusin gue bukan gue yang putusin lo kan. Emangnya lo mau putusin gue? Lagian gue juga ingin tepatin janji gue kok"
"Gak. Lo kan masih belum berubah."
Grasilda tersenyum lega, setidaknya ia masih bisa bersama dengan orang ini.
" Ada apa ini? Zean bukannya bunda suruh kamu buat masak sayurnya? Kenapa belum jadi jadi" suara Afifah membuat keduanga tersentak.
"Ehh iya. Gara gara Grasilda ngajak ngobrol sih bun"
"Eh? Kok gue?"
"Sudah sudah. Zean kamu lanjutin aja masaknya, enak aja kamu salahin anak bunda. Ayo Gras kita ke atas aja, biarin si Zean yang masak sendiri"
"Lah? Yang anak bunda itu Zean apa Grasilda sih?" kesal Zean saat mereka berdua meninggalkannya.
Grasilda menoleh ke belakang dan tersenyum seringai mengartikan kemenangannya dan kelalahan Zean.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
GRASILDA [SELESAI]
أدب المراهقينSebagian cerita dirombak, tapi alurnya tetap sama kok. Mungkin ada sebagian bakal ada yang gak nyambung karena dirombaknya kan dari chapter awal tanpa unpublish. Tapi secepatnya dirombak semuanya biar nyambung chapter awal sampai akhir. Kalau ada tu...