Chapter Duapuluh Empat/ takut Kehilangan

344 22 0
                                    

Gak ada yang namanya kebohongan demi kebaikan, karena pada dasarnya kebohongan itu bukan sesuatu yang baik.

***

Chapter Duapuluh empat / takut Kehilangan


Happy reading


"Halo Gras, lo dimana sekarang? Lo baik baik aja kan?"

"Anu.. Maaf mas, sebenarnya pemilik dari handphone ini mengalami kecelakaan tabrak lari mas. Saya menemukan handphonenya di jalan."

Degh

"Apa?"

"Iya mas, orang yang tertabrak itu tewas di tempat mas"

"Di mana tempatnya sekarang pak?"

"Udah di bawa ke rumah sakit melati mas"

Zean menutup teleponnya tanpa bilang apa-apa lagi kepada orang yang mengangkat telepon nya.

Zean langsung berlari ke parkirannya, persetan dengan pelajaran hari ini. Yang lebih penting sekarang adalah Grasilda baginya, bahkan jika dia diberhentikan sebagai ketua osis karena telah bolos sekolah dia tidak peduli.

Zean terus berdoa di dalam hatinya semuga orang yang tewas itu bukanlah Grasilda. Ia tidak tahu harus apalagi jika gadis yang disayanginya itu tiada, sepertinya hidupnya akan benar-benar hancur.


***

Zean langsung berlari memasuki rumah sakit melati setelah ia sampai disana. Ia langsung bertanya kepada staf rumah sakit.

"Mbak, korban kecelakaan yang baru saja datang dimana mbak?"

"Korban kecelakaan tersebut berada di ruang no 93 mas"

"Baik mbak terimakasih" ucap Zean lalu berlari menuju ruangan tersebut. Saat Zean sudah melihat angka 93 di depan salah satu pintu kamar, ia berhenti dari langkahnya. Ia masuk ke dalam ruangan itu, dan saat ia sudah di dalam ia dikejutkan dengan mayat yang seluruh tubuhnya sudah ditutupi kain putih. Perasaanya bercampur aduk tidak karuan, padahal ia baru saja mnyadari perasaannya beberapa hari lalu, ia tidak mau kehilangan sesuatu yang bisa membuatnya bahagia atas kehadirannya.

"Gras, itu bukan lo kan?" Ucap Zean lalu air matanya menetes begitu saja.

Perlahan Zean mendekati mayat itu, dan dengan tangan yang bergetar perlahan ia membuka kain yang menutupi wajah mayat itu.

Zean tambah terkejut saat melihat wajah mayat itu. Tangan Zean bergetar, ia tidak sanggup menghadapi ini.

"Gras... " gumamnya, lalu perlahan ia mundur dari langkahnya.

"Mas, ada perlu apa ya?" tanya seorang suster saat melihat Zean di sana.

"Sus... Dia... Dia..." kata Zean gagap, ia masih syok dengan situasi sekarang.

"Oh, mas keluarga dari saudari Riani?"

"Apa? Riani?"

"Iya mas, Riani adalah korban tabrak lari barusan dan sampai sekarang keluarganya belum datang. Makannya saya pikir mas adalah keluarganya"

"Bu.. Bukan. Saya sedang mencari pasien yang bernama Grasilda sus, katanya dia juga mengalami kecelakaan tabrak lari"

"Grasilda?"

***

Zean panik karena belum menemukan Grasilda. Ia bingung, suster tadi bilang bahwa tidak ada pasien bernama Grasilda, tapi kenapa handphone nya ada pada orang lain dan bilang bahwa pemilik handphone itu mengalami kecelakaan? Apa Grasilda dibawa ke rumah sakit lain?

Zean terus bertanya tanya dalam hatinya, ia masih dilorong rumah sakit.

Zean kaget saat seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Iapun menoleh ke arah itu.

"Zean? Lo ngapain disini? Lo sakit?"

Grepp

Zean langsung memeluk orang didepannya itu.

"Z...Zean?"

"Gue benar-benar takut. Gue takut kehilangan lo Gras" kata Zean yang masih memeluk Grasilda.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Gue pikir lo pergi buat selama-lamanya"

"Lo ngomong apa sih Zean? Kita duduk dulu ya"

"Oke jelasin, jadi ada apa sebenarnya?" tanya Grasilda saat mereka sudah duduk di kursi lorong rumah sakit.

"Tadi gue telepon lo, tapi yang ngangkat bukan elo. Orang itu bilang bahwa pemilik hp itu mengalami kecelakaan dan ....tewas. Gue benar-benar takut tadi"

"Hahaa. Sampai segitunya sih lo."

"Terus aja terus. Ejek gue terus, orang lagi panik pula"

"Hehee iyadeh maaf"

"Sekarang elo yang jelasin, kenapa hp lo sampai ada pada orang lain?"

"Sebenarnya kecelakaan itu benar sih
Tapi bukan gue, melainkan orang lain. Tadi tuh gue sama Vela pulang dari cafe terus saat dijalan tiba-tiba aja ada yang kecelakann, pas banget ada di depan kami. Hampir aja kami kena juga, tapi untungnya gak apa-apa cuma si Vela kena dikit sih makannya gue anter aja dia kerumah sakit. Mungkin hp gue jatuh di sana dan ada orang yang ngambil." tutur Grasilda yang dibalas senyuman oleh Zean.

"Syukurlah kalau lo gak apa-apa"
Zean lalu berdiri hendak pergi setelang menyelesaikan ucapannya.
"Gue pergi ya, pasti gue dihukum karena udah bolos kelas"

"Zean bolos karena khawatir sama gue? Padahal ia bukan orang yang suka melanggar peraturan" batin Grasilda.

"Astaga lo sampai segitunya. Yaudah hati-hati ya"

Zean tersenyum lalu melangkahkan kakinya namun langkahnya terhenti saat namanya di panggil.

"Zean"

"Hmm?"

"Makasih udah khawatirin gue"

Zean tersenyum hangat
"Gue kan sayang sama lo"

"Kita sudah gak ada hubungan apa-apa lagi"

"Gue gak peduli, Ini hak gue buat sayang sama lo. udah telat bangt nih yaudah gue balik dulu yah" ucap Zean lalu segera keluar dari rumah sakit itu.

"Gue juga punya perasaan yang sama dengan lo Zean" gumam Grasilda.

Tbc

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang