Chapter Duapuluh satu/ Terungkap

354 20 0
                                    

Jika aku diberi satu kesempatan lagi, aku ingin kembali mengulang kisah kita dimasa lalu

***

Chapter Duapuluh Satu / Terungkap

Happy reading

"Kapan kapan kalau libur datang kesini lagi ya" lembut Afifah saat Grasilda dan Zean berpamitan untuk pulang.

"Iya bun" ucap Zean lalu mencium punggung tangan bundanya diikuti oleh Grasilda.

"Iya kak lain kali kalau datang kesini bawa oleh oleh yang banyak" celetuk Zoe.

"Ish, kamu gak boleh gitu" ucap Afifah yang menyenggol tangannya.

"Ahaha, yaudah kami pamit pulang ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap Afifah dan Zoe.

Zean dan Grasilda pun segera memasuki mobil Zean. Selama diperjalanan mereka berdua hanya diam bahkan Grasilda entah kesekian berapa kalinya ia menguap dan perlahan lahan kantuknya datang dan ia tertidur.

Saat mobil melintasi sebuah polisi tidur, Grasilda yang tertidur tiba tiba kepalanya bergeser dan bersandar di bahu Zean.

Zean yang menyadarinya tersentak lalu setelahnya ia tersenyum.

"Imutnya" batinnya.

Setelah beberapa jam Grasilda bangun dari tidurnya. Dan saat ia menyadari bahwa dirinya bersandar di bahu Zean ia langsung mengubah posisinya seperti semula.

"Ehem! Gu.. Gue ketiduran ya" salting Grasilda.

"Iya, bahkan lo sampai ngiler di baju gue"

"Eh? Apa? " ucap Grasilda lalu mengusap samping bibirnya sebelum kembali bersuara.
"E...enggak! Bibir gue kering kok"

"Hahaha bercanda kali"

"Sialan lo. Tunggu tunggu daritadi kenapa mobilnya tidak maju" suara Grasilada setelah menyadari sesuatu.

"Daritadi kita udah sampe kok"

"Ah iya. Ini di apartement kita, tapi kok lo gak bangunin gue sih"

"Gue gak tega"

Degh

Ucapan Zean barusan membuat jantung Grasilda berdegup kencang.
"Mm.. Gue keluar dulu ya. Sekalian gue mau ke supermarket dulu" ucap Grasilda mengalihkan topik.

"Mau gue anter? Ini udah malam"

"Belum terlalu malam kok, lo duluan aja lagian supermarketnya kan cuma di depan sana"

"Oh, yaudah"

***

Grasilda merautkan muka malas saat sudah memasuki supermarket. Ya, ia melihat Maya yang tak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

"Ngapain tuh nenek sihir malah ada di sini, bikin gue badmood aja. "

Setelah Maya tahu akan kehadiran Grasilda ia pun menghampirinya.

"Sudah lama ya" ucap Maya yang tak digubris sama sekali oleh Grasilda, ia melangkahkan kakinya seolah olah tidak mendengar perkataan ibu tirinya itu.

"Grasilda!"

Grasilda berhenti dari langkahnya lalu ia membalikan tubuhnya.

"Lo panggil gue?" ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Saya mau bicara sama kamu"

"Sayangnya gue gak ada waktu buat bicara sama elo" jawab Grasilda lalu segera melangkahkan kakinya lagi.

"Saya tahu dimana mamamu berada"

Degh

Mendengar itu Grasilda kembali berbalik ke belakang merautkan wajah yang sulit diartikan.

"Kenapa? Bukannya kamu gak ada waktu buat bicara sama saya?"

"Ikut gue" tegas Grasilda lalu menarik tangan Maya keluar dari supermarket.

"Katakan sekarang dimana mama gue?!" bentak Grasilda. Untungnya disekeliling mereka tidak ada orang sedikitpun.

"Kalau bicara sama orang tua tuh yang sopan!"

"Gue bilang Cepat katakan DIMANA MAMA GUE!"  bentak kembali Grasilda sambil mencekal erat tangan Maya.

"Lepas anak sialan!" ucap Maya lalu menghempaskan tangan Grasilda.

"Saya mohon tolong katakan dimana mama saya" ucap Grasilda melaun sambil merunduk.

Maya menyunggingkan sebuah senyuman sebelum mengakatkan sesuatu.

"Mama kamu udah mati!"

Degh

Mendengar itu tubuh Grasilda melemah dan ambruk ke tanah.

"Gak... Gak mungkin! Lo pasti bohong! Tolong katakan bahwa ucapan lo barusan tidak benar" ucap Grasilda yang kini wajahnya sudah dibanjiri air matanya.

"Saya gak bohong! Saya dengar sendiri dari papa kamu"

"Gak, tidak.... Mama huuhuu" tangis Grasilda, tangannya bergetar ia masih belum menerima semua yang terjadi padanya.

"Kamu tahu alasan mama kamu mati hah?" ucap Maya lalu menarik dagu Grasilda yang tadinya merunduk.
Grasilda masih menangis, tidak menjawab pertanyaan dari Maya.

"Penelopy mati karena kamu! Dia yang mendonorkan hatinya buat kamu, kamu mungkin gak sadar bahwa hati yang ada dalam dirimu itu bukan milikmu melainkan milik mama mu yang mengorbankan dirinya buat kamu yang hampir mati saat kecelakaan itu. Penelopy mati gara gara kamu, camkan itu! Jangan biarkan keluarga kamu mati satu persatu maka dari itu pergilah sejauh jauhnya dari keluargamu, kamu itu anak pembawa petaka bagi orang" tutur Maya lalu meninggalkan Grasilda begitu saja.

Grasilda hanya ternyengang tidak bisa berbuat apa apa. Hatinya hancur sehancur hancurnya, ia tidak bisa menerima bahwa Penelopy telah meninggal apalagi karena disebabkan olehnya. Rasanya ia ingin pergi sejauh jauhnya, ia ingin melupakan semuanya.

"Tuhan... Huhuu  mengapa kau lakukan ini padaku. Kenapa engkau ambil mamaku, kenapa bukan aku saja yang mati.Aku gak sanggup menghadapi semua ini Tuhan. Kumohon..... Siapapun Bangunkan aku dari mimpi yang menyesakan ini.
Tutur Grasilda yang masing tersungkur di tanah.

TBC

GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang