Chapter Empatbelas / Malam itu

408 20 0
                                    

Grasilda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Grasilda

***

Hal yang paling aku benci yaitu ketika kita memiliki rasa yang sama namun tidak saling mengatakan

***

Chapter Empatbelas / malam itu

Happy reading



"Sekarang mau apa lagi" tutur Zean setelah menyelesaikan makannya dengan Grasilda.

"Tunggu dulu napa, gue kekenyangan nih" jawab Grasilda sambil mengelus ngelus perutnya.

Zean hanya terkekeh melihat tingkah gadisnya itu.

"Lo mau main game gak?"

"Gak ah, gue mau nya ngerokok" jawab Grasilda polos.

Zean melotot ke arah Grasilda tak percaya.

"Ehehe. Gak lah gue bercanda, gue udah berhenti merokok kok"

"Sialan lo"

"Kita pergi ke luar aja gimana?"

"Boleh"

Dengan senang hati Grasilda dan Zean langsung keluar setelah membereskan piring piring kotor di meja makan.

Waktu masih menunjukan pukul tiga pagi, Grasilda dan Zean berjalan di trotoar yang lumayan sepi hanya ada beberapa orang yang yang lewat.

"Kenapa lo tinggal sendirian di apartment?" tanya Grasilda.

"Rumah gue agak jauh, di apartment ini kan dekat dengan sekolah kita"

Grasilda menganggut nganggut kepalanya mengerti.

"Kenapa lo gak sekolah di dekat rumah lo?, kan enak kalo bisa deket sama keluarga"

"Lo tahu kan kalo gue anak baru? Apa lo gak penasaran alasan gue pindah sekolah ke Georgia High School?"
Sahut Zean, dan yang pasti Zean adalah anak pindahan saat kelas Sebelas semester awal, karena pintar dan aktif dengan siswa dan guru Zean dipercaya sebagai ketua osis di Georgia High School.

"Apa?"

"Adalah"

"Eh anjir, tadi lo ngomong begitu seolah mau ngasih tahu. Bikin penasaran tau!"

Zean terkekeh saat Grasilda mengerucutkan bibirnya.

"Gue pernah ada masalah di sekolah lama gue"

"Masalah? Ketos yang dikenal pintar dan teladan pernah dikeluarin sekolah dan hinggap di Georgia High School?"

"Haha, siapa bilang gue dikeluarin sekolah lama gue?  Gue hanya bilang gue pernah ada masalah di sekolah lama gue. Gue bilang tempatnya bukan punya masalah dengan sekolahnya"

"Maksud lo?"

"Maksud gue, gue ada masalah dengan seseorang di sekolah lama gue hingga gue mutusin buat pindah sekolah, onta. Telmi banget sih lo" tutur Zean lalu dia menyentil kening Grasilda membuat sang empunya meringis. Sialan emang si Zean.

"Siapa?"

"Cewek"

Degh

"Ce..cewek? Dia... Pacar lo?" tanya Grasilda, entah kenapa dirinya sangat kesal mendengar kata 'cewek'.

Zean tidak menjawab pertanyaan Grasilda, ia hanya menatap lurus ke depan.

"Kalau lo, kenapa tinggal sendirian di apartment juga?"

Grasilda terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.

"Lo tau kan beberapa minggu lalu gue berantem sama si setan Audy"

"Ade lo?"

"Bukan ade gue!"

"Haha. Iya iya"

"Setelah kejadian itu, gue dihukum papa gue harus tinggal di sini dan boleh pulang jika sikap gue udah berubah. Huft.... Lagian gue juga gak mau pulang ke rumah itu lagi"

"Lo ada masalah sama keluarga lo?"
Grasilda mengangguk.

"Zean gimana rasanya saat orang terdekat lo hianatin lo, seperti nyokap, bokap, kakak, teman sama pacar lo. Apa yang akan lo lakuin?"

"Yah kalau bener sih gue bakalan sakit hati banget. Tapi dibanding itu gue akan meminta penjelasan mereka dulu, atau mencari tahu sendiri apa yang terjadi pada mereka. Toh mungkin ada alasan lain yang membuat mereka  gak bisa kasih tahu kita karena sayang sama kita. Intinya jangan berprasangka buruk dulu"

Entahlah, Grasilda bingung saat ini. Apa perkataan cowok ini benar terjadi?

Di perjalanan sedikit yang mereka lakukan, hanya berjalan dan berbincang bincang. Seperti ini saja rasanya sudah nyaman.

Sampai waktu menunjukan pukul enam padi dan mereka berdua kembali ke apartment untuk bersiap siap pergi ke sekolah.

Dan seperti yang kita duga saat sudah tiba di sekolah, keduanya sangat ngantuk apalagi saat ini pelajaran 'Geografi lintas minat' pelajaran yang paling membuat mereka jenuh.

Dengan masih ada guru, Grasilda dan Zean sudah terhanyut di dunia mimpi mereka masing masing. Untungnya guru itu tidak melihat karena jarak mereka cukup jauh karena kursi Grasilda berada di belakang dan dipenjuru. Sedangkan bangku Zean berada di depan Grasilda.


***


"Sampai kapan kita akan sembunyiin ini?" ucap Gracya setelah memasuki ruang kerja Hendri.

"Apa maksud kamu?"

"Sampai kapan kita sembunyiin kebenaran mengenai mama pah? Lucy yang kita kenal sekarang bukan Lucy yang kita kenal dulu. Dia berubah, dia berubah karena kita. Ia sudah mengalami patah hati yang sangat luar biasa pah, Vela gak tega menghadapinya. Lucy juga menjadi sangat jauh pada kita, Vela gak mau kehilangan Lucy pah" perlahan air mata Gracya menetes.

"Papa tahu sayang, tapi kita gak bisa lakuin apapun. Papa gak mau buat resiko untuk Grasilda, kita tunggu sebentar lagi. Ok?" sahut Hendri dengan dibalas anggukan oleh Gracya.




TBC



GRASILDA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang