Bukan Sebuah Catatan

23 0 0
                                    

Ah Bunga
Aku teringat wajahmu saat beberapa tahun lalu
Saat kau masih menginjak usia remaja
Wajahmu yang ayu nan mempesona
Membuatku kagum dan hanyut dalam ayunan rasa

Ah Bunga
Di malam selasa
Di sebuah lapang bola
Ku ajak kau menikmati sebuah festival desa
Yang hanya datang setahun beberapakali saja

Ah Bunga
Di malam festival desa
Pada malam selasa
Aku begitu sumringah
Bisa mengajakmu tertawa
Walau hanya dengan cara sederhana

Semoga
Bahagiamu tak lagi menjadi tangis
Karena aku tau rasanya tangis yang begitu tragis
Hancur dan tenggelam
Dalam lautan patah hati yang begitu dalam

Ah Bunga
Sudah pukul 21:30
Aku ingin mengajakmu pulang
Tapi kau menolak
Dan berbisik lembut di telingaku:

   "Aku tidak ingin pulang terlalu sore"
   "Aku tidak ingin membuat orang tuamu gelisah" ku membalas bisiknya.
   "Orang tuaku tidak ada di rumah"
   "Kemana orang tuamu?" Aku bertanya dengan rasa sedikit penasaran.
   "Pergi, keluar kota. Mungkin akan pulang besok malam."

Ah Bunga
Dengan jelas kau memintaku
Untuk lebih lama menemanimu

Pukul 22:00
Ku ajak bunga ke bibir pantai
Menikmati suara debur ombak
Yang begitu tenang
Di bawah cahaya purnama
Yang sedikit gelisah

Di ke jauhan
Aku melihat sepasang sejoli
Sedang asyik menikmati birahi
Dari meraba
Saling menciumi bibir
Dan tertawa sederhana; Mereka terlihat bahagia

Ah Bunga
Kau cemburu melihat sepasang sejoli
Yang asyik menikmati birahi
Di bawah purnama yang gelisah

Deg!
Jantungku berdetak dan sedikit kaget
Ia menyandarkan kepalanya tepat di bahuku
Tangannya perlahan merangkul pinggangku
Dan sejenak tersenyum melihatku

Di dalam hati yang was-was
Di bawah birahi yang belum tuntas
Aku betanya-tanya pada diri sendiri: Tuhan, seindah inikah rasanya pelukan dari seorang perempuan yang aku kagumi?

   "Cium aku"
   "A-apa?" Aku sedikit terkejut
   "Cium aku" Ia mengulangi ucapannya kembali.
   "Aku tidak berani"
   "Kau cupu!" Kata yang sedikit tegas dan itu membuat suasana tegang menjadi gelak tawa.

Ah Bunga
Waktu semakin larut
Kita masih di bibir laut
Menikmati ayunan debur suara ombak
Di bawah cahaya purnama yang semakin gelisah

Mata kita saling pandang
Dan tanpa aba-aba
Kau sedikit meraba
Dan mencium bibirku tanpa resah
Hingga membuatku sedikit basah

   "Kau membuatku birahi"
   "Aku tidak sengaja membuatmu birahi"
   "Tapi kau membuatku birahi"
   "Bukan aku yang membuatmu birahi, tapi suasana yang membuatmu birahi"
   "Sekarang kau membuat bibir dan celanaku basa"
   "Itu juga bukan salahku"
   "Lalu salah siapa? Kau ingin menyalahkan ke adaan lagi?"
   "Tidak. Salahkan birahimu yang membuat celanamu basah."

Ah Bunga
Tanpa basa-basi
Aku berbisik dengan sedikit rasa malu

   "Aku ingin menuntaskan birahiku malam ini"
   "Tuntaskan birahimu"
   "Dan kau lah yang paling bertanggung jawab atas birahiku malam ini"
   "Ha.. Ha.. Ha.. " Ternyata kau juga seorang bajingan yang cupu yang tidak bisa mengurus birahimu sendiri.

Ha .. Ha .. Ha ..
Ha .. Ha .. Ha ..

Ha .. Ha .. Ha ..
Ha .. Ha .. Ha ..

Cahaya purnama mulai redup
Gelegar petir di lautan menyudahi birahi
Antara dua sejoli
Yang sebenarnya tidak ingin di sudahi

Ku antar ia pulang
Menerjang angin dingin
Yang membuatnya ingin segera pulang
Di penghujung malam selasa
Yang basah
Penuh desah
Di bibir pantai yang sedikit resah
Dan cahaya purnama yang semakin gelisah.

Antologi PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang