"Be, maju sini."
"Hah? Ngapain?" tanya Abe bingung sendiri tapi tetap dia lakukan karena itu permintaan Odi.
Abe memajukan kepalanya sementara tubuhnya tetap diam karena dibatasi makanan yang mereka pesan. Saat ini mereka memang tengah duduk lesehan di salah satu angkringan di Kota Jogja itu. Dan kini Odi terlihat sibuk merogoh sesuatu dari dalam tasnya dan rupanya itu sebuah ikat rambut.
Abe menatapnya bingung.
Odi lalu melancarkan aksinya--mengikat rambut bagian depan Abe tanpa permisi. Dan Abe hanya diam saja saat Odi sibuk dengan rambut gondrong Abe.
"Susuk lo masih belum luntur ya?" Abe mencibir Odi karena lagi-lagi Odi berhasil membuat Abe membiarkannya melakukan hal yang dimau Odi. Dan ini bahkan pertama kalinya ada perempuan yang menyentuh rambut Abe selain ibunya. Dan Odilah yang pertama melakukannya.
Hebat ya?
"Jangan bawel. Gue ngelakuin ini juga karena kasian liat lo kesusahan makannya." protes Odi yang masih sibuk mengikat rambut Abe tanpa peduli cibiran Abe. "Gue nggak mau rambut lo ikut makan sama lo."
Abe diam-diam senyum sendiri melihat perempuan yang ada di depannya itu.
Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih
'Ku harus milikimuDan kini Abe mulai ikut bersenandung lagu risalah hati yang sedang dinyanyikan penyanyi di angkringan yang mereka kini kunjungi itu.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku. Meski kau tak cinta... Kepadaku. Beri sedikit waktu. Biar cinta datang karena telah terbiasa." Abe bersenandung sambil tersenyum sendiri memandang Odi yang akhirnya selesai dengan rambut Abe.
"Bagus suaranya." gumam Odi begitu Abe berhenti bernyanyi.
"Makasih ya neng Odi." sahut Abe dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.
Wajah Odi benar-benar seperti magnet untuk senyuman Abe. Setiap kali melihat perubahan ekspresi wajah Odi, Abe jadi senyum sendiri.
"Suara mas nya yang lagi nyanyi disana yang bagus." tambah Odi lagi untuk menyanggah Abe sambil menunjuk laki-laki yang berdiri di depan mikrofon sambil memainkan gitarnya itu dan berhasil membuat Abe terkekeh geli.
Abe lalu terpikir ide jahil. Ia mengangkat tangannya sambil berbalik lalu berteriak pada penyanyi yang tengah tampil itu. "MAS! MAS!"
"Ih Abe lo mau ngapain sih?" protes Odi yang langsung ketakutan sendiri melihat Abe yang tiba-tiba tersenyum memandang penyanyi itu.
"Iya mas yang disana kenapa?" tanya penyanyi yang tengah berdiri di jalanan itu lewat mikrofonnya.
"MAS KATA ODI SUARANYA MAS BAGUS!" teriak Abe lagi sambil tersenyum dan berhasil membuat orang-orang yang tengah ada di angkringan itu tertawa mendengarnya.
"Bilangin sama Mbak Odi nya makasih." sahut penyanyi itu membuat Odi memalingkan wajahnya karena malu.
"Siap Mas!" sahut Abe sambil mengacungkan jempolnya yang kemudian terkekeh sendiri lalu melirik pada Odi. "Di udah gue sampaikan pujiannya buat Mas nya. Nggak mau bilang makasih lo sama gue?" goda Abe.
Odi geleng-geleng kepala melihat sikap Abe itu. "Makasih mau buat masnya yang tadi aja." sahut Odi membuat Abe kesal sendiri. "Ternyata lo nggak berubah ya Be?"
"Nggak berubah apanya?" tanya Abe penasaran. "Gantengnya?" tanyanya lagi sambil memainkan alisnya menggoda Odi.
"Bukan. Tapi ngeselinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara
Teen FictionOdi sudah diam-diam berusaha untuk menyembunyikan hobinya sebagai blogger yang suka membuat cerita romance di blognya tapi justru orang yang pertama mengetahuinya adalah Ketua geng The Devil's yang menjadi musuh The Angel's sekaligus cast Aksara si...