Tho : 16.2

3.6K 512 157
                                    

"Kamu jaga diri kamu baik-baik. Jangan jauh-jauh dari Abe nanti kamu nggak bisa pulang."

"Iya ayah..." sahut Odi saat di pelukan ayahnya itu.

Dylan dan Abe hanya memperhatikan ayah dan anak yang tengah melakukan salam perpisahan di Stasiun Bandung itu.

"Jangan lupa kalau udah sampai, mau pulang atau ada apa-apa hubungi ayah." jelas Ayahnya itu lagi dan membuat Odi menganggukkan kepalanya.

Ayahnya lalu melepaskan pelukan putrinya itu. Dan Odi kini menghampiri Dylan.

"Awas lo kalau nggak balik lagi." gumam Dylan tanpa mau menatap kakaknya itu. "Oleh-oleh gue kasian soalnya kalau lo nggak balik-balik lagi kesini."

"Dih lebih peduli sama oleh-oleh daripada kakaknya sendiri." cibir Odi.

"Yaiya dong harus!" sahut Dylan semangat.

Odi mendengus lalu menatap adiknya itu. "Pokoknya gue titip ayah. Kalau terjadi sesuatu sama dia. Lo abis sama gue." Odi mengancam Dylan.

"Siap itu mah santai aja."

Dylan langsung memeluk Odi tanpa permisi. Odi terkejut begitu juga dengan Abe dan ayahnya Odi dan Dylan.

"Lo kenapa?" tanya Odi heran.

"Pokoknya lo harus balik lagi." kata Dylan sambil masih memeluk Odi. "Nanti gue nggak ada temen berantem.'"

"Iya bawel." sahut Odi yang kemudian melepaskan pelukan Dylan karena sudah waktunya kereta Odi dan Abe akan segera berangkat.

***

Odi langsung duduk di kursinya di kereta api yang dekat jendela sementara Abe masih sibuk menaruh tas ransel mereka di kabin kereta yang letaknya di atas tempat duduk mereka.

"Masih inget nggak dulu gue bantu lo naruh buku di Perpustakaan?" tanya Abe membuat mereka berdua flash back.

"Inget lah yang lo dulu mau modus cium gue waktu di Perpustakaan kan?" tanya Odi tanpa basa-basi dan berhasil membuat Abe hanya tersenyum.

Dan setelah selesai dengan kegiatannya Abe langsung duduk di samping Odi lalu tersenyum sambil memperhatikan Odi.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Odi ketus.

"Lagi senang gue akhirnya bisa liburan berdua sama lo." sahut Abe jujur.

Odi mengepalkan tangannya di depan Abe. "Awas aja ya lo kalau apa-apain gue karena kita cuma berangkat berdua." Odi mengancam Abe.

Abe terkekeh melihat sikap Odi. "Kalau gue apa-apain lo kan nanti gue juga yang tanggung jawab." sahut Abe ambigu.

"Abe ih!" protes Odi.

"Apa?"

Odi hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu bersandar pada kursinya dan menatap ke depan. Kebetulan kereta yang mereka naiki kereta eksekutif jadi pemandangan di depannya bukan wajah orang yang duduk di depannya tapi kursi yang membelakangi mereka.

"Di. Kalau ngantuk tidur aja. Nanti gue bangunin lo kalau udah sampai."

Lagi-lagi Odi menggelengkan kepalanya. "Nggak ah nanti gue memberikan lo kesempatan buat apa-apain gue selama gue tidur."

Abe mengangguk-anggukkan kepala. "Oh ya udah padahal gue cuma bermaksud baik biar lo nggak kurang tidur." jelas Abe yang kemudian bertanya lagi pada Odi. "Lo beneran nggak akan tidur?"

"Nggak. Gue nggak akan tidur." sahut Odi yang lima belas menit kemudian sudah menutup matanya di pundak Abe.

"Nggik gii nggik ikin tidir." cibir Abe sambil terkekeh pelan pada perempuan yang sudah sangat lelap tidurnya ini dan tak bisa membalas cibiran laki-laki yang pundaknya di pakai bersandar ini.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang