Dlod : 15.2

3.2K 513 112
                                    

"Halo tante, kenalin nama saya Abraham Reinendra. Biar akrab tante boleh panggil saya Abe juga kaya yang lain."

Abe tersenyum sambil memandang nisan milik ibu Odi dan Dylan yang ada di depannya. Ya, saat ini Abe tengah ada di Pemakaman tepatnya di depan makam ibunya Odi dan Dylan.

"Maaf kalau saya baru muncul disini." Abe menghela napasnya. Dadanya sudah mulai sesak. Melihat tanah tempat dimana ibunya Odi terbaring untuk terakhir kalinya benar-benar membuat hatinya teriris. Banyak perasaan sedih yang tidak bisa Abe ungkapkan. "Saya terlalu malu untuk datang dan minta maaf kesini karena perbuatan ayah saya dulu sama tante."

Dylan yang ada disitu dan memang bertugas mengantar dan menemani Abe ke kuburan langsung mengusap-usap punggung Abe.

"Maaf kalau ayah saya sudah membuat tante jadi kehilangan hidup tante yang berharga... Maaf kalau ayah saya juga sudah membuat tante jadi harus berpisah dengan keluarga tante... dan maaf kalau saya sudah lancang mencintai anak tante." Mata Abe mulai berkaca-kaca dan ucapannya itu tulus dan membuatnya jadi semakin merasa sesak sendiri. "Saya mencintai anak tante... Saya cinta sama Odi... Saya mau menjadi laki-laki yang bisa melindungi dan mencintai anak tante. Saya harap di surga sana tante mau merestui saya dan anak tante... Saya janji saya akan membahagiakannya jadi tante bisa tenang dan tersenyum di surga sana..." kata Abe yang tanpa sadar menitikan air mata tapi ia masih tersenyum. "Terima kasih tante sudah melahirkan Odi..."

Abe terlihat mengusap air mata yang mulai membasahi wajahnya lalu melirik pada Dylan yang ada di belakangnya. "Lo nggak mau ngobrol sesuatu sama nyokap lo?" tanya Abe sambil mencoba menetralkan perasaan sesaknya.

Dylan tersenyum memandang Abe. "Nggak usah bang... Gue udah sering ngobrol sama mama lewat doa. Abang aja puas-puasin ngobrol disini. Nggak apa-apa gue temenin kok."

Abe mengangguk sambil tersenyum. "Thanks ya Lan."

***

Ini adalah hari terakhir Odi dan ketiga sahabatnya KKN di Paud Antariksa. Sudah sejak dua bulan yang lalu Odi bersama Gisya, Brianna dan Adisti mengajar di Paud ini. Walau awalnya memang sempat kesal karena kepala Paud bekerja sama dengan Abe untuk mengerjai Odi tapi semua itu benar-benar terbayar dengan semua ilmu, pengalaman dan kenangan yang mereka dapat disini.

"Nggak kerasa ya KKN kita udah udahan lagi." gumam Adisti.

"Iya anjir gue juga nggak nyangka." sahut Brianna saat mereka bereempat sama-sama tengah berdiri di depan Paud menunggu jemputan mereka masing-masing.

Mereka baru saja mengakhiri masa KKN mereka bersama.

"Rasanya gue udah pengen bener-bener lulus kuliah terus jadi guru Paud beneran deh." gumam Gisya.

"Ya sama." sahut Odi, Adisti dan Brianna kompak.

"Tapi masih ada laporan yang menanti dan sidang juga." gumam Brianna mengingatkan dan berhasil membuat mereka bereempat yang sama-sama tengah memegang kotak mendesahkan napasnya.

"Oh iya abis lulus kayaknya lo bakal duluan nikah deh Di." gumam Adisti membuat Odi menoleh pada pernyataan Adisti yang terasa benar-benar random untuk Odi karena tiba-tiba mengatakan hal yang bahkan tidak terpikirkan oleh Odi.

Saat Odi menatap Adisti bingung, ketiga sahabat Odi justru menatap Odi penasaran seolah tengah menunggu jawaban Odi.

"Ini kok lo ngomong begitu sama gue?" Odi justru bertanya karena bingung harus menjawab apa. "Gue sama dia aja sama-sama bingung sama perasaan kita sendiri." gumam Odi yang entah kenapa jadi sedih sendiri mengingat nasibnya dengan Abe. "Yakali pacaran aja nggak masa mau tiba-tiba nikah. Dikira cerita novel." kata Odi yang sedikit terkekeh padahal hatinya merasa miris. Entahlah, dia merasa ada yang aneh dengan hatinya juga.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang