Hha : 27.2

3.7K 470 155
                                    

Bandung, 20.02.20.

You're all invited to Abe and Odi's wedding.

Enjoy the party 💜

(Gagal mulu heran ngedit beginian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gagal mulu heran ngedit beginian. Hahaha  Biarlah ya buat nambah2 visualisasi. Hehe.)

***

"Kalau udah gede Odi mau nikah sama pangeran ma..."

Mamanya tersenyum mendengar jawaban putrinya itu. "Odi mau pangeran yang kaya gimana?"

Odi kecil itu tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya. "Yang ganteng terus baik." sahutnya malu sampai pipinya bersemu merah.

"Odi nikah sama Briel aja." kata anak laki-laki yang sejak tadi bermain dengan Odi dan mendengar percakapan Odi dengan mamanya.

"Nggak mau Briel. Briel bukan pangeran soalnya jadi Odi nggak mau nikah sama Briel." Odi protes dengan kata-kata Briel.

Gabriel terlihat kecewa mendengar kata-kata Odi.

"Makanya Kak Briel jadi pangeran dulu kalau mau nikah sama Kak Odi." kata Dylan--adik kecil Odi.

"Nggak mau. Pokoknya Odi maunya nikah sama pangeran bukan sama Briel." protes Odi sampai menangis dan membuat Gabriel yang kesal hanya diam.

Mamanya Odi langsung mencoba menenangkan anaknya itu. "Buku yang waktu itu mama kasih dimana?"

"Ada ma... di kamar." sahut Odi di sela tangisnya.

"Odi udah isi bukunya?" tanya mamanya membuat Odi menggelengkan kepalanya.

"Belum ma..."

"Nanti Odi isi ya... Biar nanti pangeran Odi datang terus baca." kata mamanya yang seolah memberi ide untuk Odi tentang apa yang akan ditulisnya di buku bersampul krem pemberian mamanya itu.

"Iya ma..."

"Nah kalau gitu Odi jangan nangis lagi nanti malu sama pangeran Odi." kata mamanya yang selalu berhasil membuat Odi berhenti menangis.

Dan malamnya Odi mengisi bukunya itu. Ia isi dengan tulisan yang kalau dia bayangkan jika mamanya nanti membacanya pasti akan tertawa. Judul tulisannya adalah '10 Keinginan Odi kalau bertemu pangeran.'

Tapi bayangan Odi tentang mamanya yang akan tertawa begitu membaca tulisan Odi harus pupus begitu saja ketika pagi hari begitu mendapati kabar bahwa mamanya meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Ma... Jangan pergi dulu... Odi belum kasih liat mama tulisan Odi..." kata Odi kecil sambil menangis. "Maaa... bangun ma..."

Bukan tawa mamanya lagi yang Odi lihat pagi itu tapi justru wajah mamanya yang tersenyum sambil terpejam sebelum akhirnya ditutup oleh kain. Dan pemandangan wajah teduh itulah yang menjadi ingatan terakhir Odi dari wajah mamanya.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang