Kho : 7.2

3.1K 473 47
                                    

It's time to go back to Bandung...

Odi terlanjur jatuh cinta dengan kota ini. Kota kedua yang ia sayang tentunya setelah Bandung--kota kelahirannya. Tapi ini sudah waktunya ia berpisah dengan Jogja.

Sedih rasanya tapi mau bagaimana lagi. Waktu liburannya sudah mau habis juga.

Dan disinilah Odi sekarang bersama keempat sahabatnya. Di dalam sebuah kereta. Kalau sebelumnya mereka datang berlima, kini si pengantin baru akan menghabiskan waktu lebih lama di kota Jogja dengan keluarga kecil barunya.

"Kalau emang masih kangen Dimas kenapa lo nggak ikut pulang nanti bareng dia aja naik mobilnya Abe?" tanya Shabel melihat perempuan yang duduk di samping Odi itu memasang wajah cemberut.

"Sayang soalnya tiketnya." sahut kekasih Dimas yang kekasihnya memang memilih waktu pulang dua hari lebih lama lagi daripada para perempuan.

Mau quality time katanya walaupun tanpa Athan. Maklum pentolan geng mereka akan kembali jauh bersama mereka. Jadi mereka mendadak mereschedule jadwal pulang mereka dan itu berhasil membuat Rena sedikit kesal dan tak rela.

"Halah kan uang lo banyak Ren. Kenapa nggak ikut Dimas sebenernya bukan karena lo sayang sama tiketnya tapi karena Dimas nolak lo ikut kan ya?" Cibir Gisel sambil terkekeh tanpa dosa.

Rena langsung memukuli pelan paha Gisel dan berhasil membuat semuanya terkekeh kecuali Rena.

Tuk! Tuk! Tuk!

Terdengar suara ketukan di kaca.

Dan siapa yang muncul?

Abraham Reinendra--orang yang mengantar mereka bersama kekasih Rena tadi yang katanya tadi pamit kembali ke Villa milik keluarga Eca tapi justru kembali muncul di kaca jendela kereta yang masih menunggu jadwal keberangkatannya.

"Lah si Abe ngapain?" tanya Rena yang pertama kali menyadari kemunculan Abe.

Seperti tengah bermain komunikata, mereka menebak apa yang Abe katakan.

"Hah? Apaan? Oli kereta baru?" tebak Gisel.

Abe menggelengkan kepalanya.

"Hah? Odi sekarang bau?" tebak Rena dan berhasil membuat Odi yang duduk dekat kaca itu menatap Rena tajam. Rena menatap balik Odi. "Apaan? Kan gue cuma nebak Di."

"Kayaknya maksudnya si Abe, Odi keluar dulu deh." kata Shabel membuat semua menoleh pada Odi.

Dan akhirnya Odi yang dari tadi terlihat tidak antusias dengan kemunculan Abe akhirnya menghadap kaca dan menunjuk dirinya dengan telunjuk.

"Gue?"

Abe langsung tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Udah sana Di. Keburu jalan keretanya." kata Gisel mengingatkan Odi.

Odi menurut. Ia bangun lalu berjalan menyusuri gerbong kereta menuju pintu keluar.

Ia berdiri di pintu keluar tanpa keluar sementara Abe ada di hadapannya.

Untungnya tidak banyak yang naik melalui pintu itu jadi mereka tidak terlalu menghalangi banyak orang disana.

"Apaan?" tanya Odi pada laki-laki yang walaupun pagi ini belum sempat mandi karena sudah harus mengantar Odi dan sahabat-sahabatnya ke Stasiun tapi penampilannya masih tetap tampan.

Abe memberikan sebuah paper bag yang langsung Odi sambut itu.

Abe tersenyum melihat paper bag itu berhasil ada di tangan Odi.

Odi mengangkat alisnya. "Ini oleh-oleh lagi?" tanya Odi bingung karena semalam Abe memang memberikan paper bag yang sama untuknya dan seluruh sahabat-sahabatnya yang berisi oleh-olehnya dari California. Dan Odi rasa oleh-oleh untuk Odi dan keluarga Odi sudah cukup. Bahkan Abe juga sudah menitipkan oleh-oleh untuk Mila.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang