Fauzan Reynalfiyandi
"Wah gila lo anjir! Punya gue gak maju-maju. Wah pasti lo curang nih," seru seorang laki-laki yang sedari tadi tidak berhenti berdecak kesal karena pion miliknya tak kunjung masuk rumah juga.
Sudah biasa bagi mereka kalau waktu istirahatnya di manfaatkan untuk berkumpul di kelas. Mereka tidak terlalu suka kantin, itu sebabnya mereka hanya berdiam di kelas saja. Kalau soal makanan, sudah tidak perlu dipikirkan lagi karena sudah ada yang nanggung sesuai gilirannya.
Biasanya mereka pergi ke warung bi Itoh yang ada di belakang sekolah, tetapi dikarenakan warung itu sudah ditutup karena bi Itoh pindah rumah, terpaksa mereka harus kembali bersemayam di sekolah.
"Apaan dah? Itu tandanya pion lo gak ada keberuntungannya, balas dari salah satu yang ada diantaranya.
Odel---lelaki yang sedari tadi berdecak kesal itu kembali mendengus pasrah, mungkin hari ini memang bukan keberuntungannya. Terpaksa ia harus menerima kekalahan, itu artinya, ia yang akan menanggung makanan untuk besok. "Rugi bandar nih," ujarnya pasrah.
Bonek---salah satu laki-laki yang ada di antara kumpulan yang tengah bermain ludo itu tertawa mengejek, "lagian salah lo juga. Seharusnya lo belajar dulu sama gue kalau mau menang," ujarnya menyombongkan diri.
"Untung gue masih selamet," ucap Kido, lelaki itu menghela napas lega ketika pion miliknya berhasil maju lebih dulu dari pion milik Odel.
"Laga lu ketinggian, yang kemarin aja belum lo bayar," ujar Regan. Tampaknya laki-laki itu masih tidak terima dengan Bonek yang kemarin meminjam uangnya untuk membayar tagihan makanan yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya.
Bonek menampilkan deretan giginya, laki-laki itu memang mengakui kesalahannya. "Eh Regan, lo kan baik nih, jadi bisa dong kalo gue bayarnya minggu depan," ujarnya.
Regan memutar bola matanya malas, "kebiasaan lo itu mah," sinis nya.
Kemudian semuanya kembali ke kesibukannya masing-masing. Kalau dihitung-hitung, jumlah mereka semua ada tujuh. Lima orang yang sedang bermain ludo, yang satu tengah membaca buku, dan yang satunya lagi entah sedang apa, laki-laki itu hanya diam dalam pandangan yang tak tentu arah.
Odel, Bonek, Kido, Regan dan Adit kembali mempertaruhkan pion nya masing-masing. Sebenarnya yang bermain itu hanya empat orang, yang satu lagi hanya untuk menjadi penengah saja.
Persetan dari kelima orang tadi, salah satu orang yang sedang membaca bukunya dengan khusu itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan kebisingan yang diciptakan oleh lima orang tadi, lelaki berkacamata itu selalu melakukan hal yang bermanfaat untuk mengisi waktu istirahatnya.
Buku yang sedang ia baca adalah buku Geografi. Sebenarnya ia sudah berulang kali membacanya, tetapi itu hanya untuk mengisi waktu luangnya saja. Kufa, laki-laki yang sering di juluki kutu buku itu hampir tidak pernah sekalipun membuat kesalahan di kelasnya. Meskipun ia bergabung dengan kumpulan orang yang bisa dikatakan berandalan, tetapi itu semua tidak mempengaruhi kehidupan dan kinerja otaknya.
Kufa menutup buku yang dibacanya, mungkin ia sudah merasa capek atau mungkin ada hal lain yang menarik perhatiannya. Setelah memasukan bukunya kedalam tas, Kufa berpindah tempat ke belakang, tepatnya ia duduk di samping seseorang yang kelihatannya tengah melamun itu.
Kufa menepuk bahu laki-laki yang menjadi pusat dalam seluruh anggotanya itu, "lo ada masalah?" tanya nya.
Tidak biasa baginya ketika melihat orang yang selalu tegas, tegar, tangguh itu melamun seperti ini. Biasanya orang yang kerap sekali di panggil bos oleh anggotanya itu hanya melampiaskan masalahnya pada sebatang rokok atau pergi ke tempat minum saja. Tetapi mungkin kali ini masalahnya berbeda, mungkin tidak cukup untuk di lampiaskan begitu saja.
Orang itu tersentak, terkejut dengan tepukan yang ada di bahunya. "Gue gak papa." Hanya itu jawabannya.
Kufa menghela napas, orang yang ada disampingnya itu memang sangat susah untuk soal bercerita mengenai masalahnya. "Gue temenan sama lo bukan sebulan dua bulan, tapi udah bertahun-tahun. Jadi, gue tau kalo lo lagi bohong kali ini," ucapnya, "kenapa? Lo ada masalah lagi sama mama tiri lo?" lanjutnya kembali bertanya.
Fauzan, lebih lengkap lagi Fauzan Reynalfiyandi. Orang yang menjadi pusat dari seluruh anggotanya, orang yang sikapnya paling mendominasi triple T, Tegas, Tegar, Tangguh. Orang yang menjadi ketua pertama dalam geng yang dikendalikannya itu tidak menjawab pertanyaan Kufa, laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Gue tunggu sampai lo siap cerita."
Fauzan tersentuh, teman-temannya selalu mendukung dan selalu berada dalam pihaknya. Ia jadi takut, kalau saja mereka tau apa masalah yang sedang di alaminya, apakah mereka akan tetap mau berteman dengannya? Atau mungkin sebaliknya? Alasan seperti itulah yang membuatnya takut untuk sekedar berbagi cerita.
"Gue mau ke kamar mandi dulu," ucap Fauzan, kemudian lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan langsung berlalu begitu saja.
Sebenarnya tidak ada yang ingin ia lakukan di toilet, itu semua hanyalah bentuk pelarian saja. Ya, ia mengakui kalau ia lari dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Kufa. Bukan apa-apa, ia hanya takut kalau saja ia luluh dan akan menceritakan semuanya kepada Kufa. Tidak, ia belum siap untuk itu.
Fauzan sudah melewati pintu kelasnya. Ia sengaja mengambil jalur yang sedikit jauh dari pada jalur yang lebih dekat. Itu semua ia lakukan hanya untuk memperlama waktu saja.
Saat sudah berbelok, ia sedikit terkejut dengan seseorang yang ada dihadapannya. Orang itu, seseorang yang berhasil menguasai seluruh pikirannya akhir-akhir ini, seseorang yang berhasil membuatnya tidak tenang makan apalagi tertidur nyenyak.
Gadis itu, apakah gadis itu baik-baik saja?
Swipe up to next story..
-
-
-
-
-
-
-JANGAN LUPA FOLLOW DULU👌
Takutnya ada yang gak keliatan🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzan
Teen FictionMenikah dengan seorang ketua geng karena sebuah kesalahan? Fauzan Reynalfiyandi. Cowok dengan sejuta pesonanya. Ketua sekaligus pendiri geng besar yang bernama Zayeoune. Dia tidak terlalu suka keramaian, tidak terlalu suka dengan pemberontakan. Deng...