31 - Sayang?

102K 7.8K 1.3K
                                    

Apa yang kalian pikirkan tentang Metta?
Me : polos ke oon-oonan🤣

Jwb versi kalian👌






Metta berdecak. Ia tidak berhenti mondar-mandir memasuki kamarnya, memastikan apakah suaminya sudah bangun atau masih tidur. Dan sampai sekarang, ternyata masih belum bangun juga.

Ia bingung, disaat seperti ini otaknya benar-benar blank. Sekarang sudah pukul delapan, dan Fauzan belum bangun dari tidurnya. Apakah cowok itu tidak ada niat untuk pergi ke sekolah? Atau malah sengaja bangun kesiangan? Yang jadi masalahnya, Metta tidak berani untuk membangunkannya.

Benar-benar istri yang tidak berguna. Untuk membangunkan suaminya saja ia tidak berani.

Metta bangkit dari duduknya, ia akan mencoba memberanikan diri untuk membangunkan Fauzan. Dari dapur ia berjalan menuju kamar. Perlahan ia membuka pintu, dan lagi-lagi Fauzan masih tidur nyenyak di atas kasurnya.

Ya, sejak malam memalukan itu, mereka memutuskan untuk tidur di atas kasur yang sama. Dan tentunya, atas kesepakatan bersama juga.

Metta mendekat. Meskipun sudah berkali-kali, ia tidak pernah bosan memandangi wajah suaminya yang tengah tertidur pulas. Tenang dan sangat menenangkan. Seandainya ekspresi Fauzan selalu seperti itu, mungkin ia tidak akan merasa takut.

"Udah lima kali lo bulak-balik kamar terus, gak capek? Gak bosen liatin gue terus? Atau mau tidur lagi? Kalo iya, ya udah sini tidur lagi."

Metta tersentak. Mata Fauzan masih terpejam, tapi kenapa menyadari keberadaannya? Demi apapun ia tidak habis pikir kenapa akhir-akhir ini ia selalu bertindak memalukan didepan suaminya.

"Ngapain?"

Setelah berkata dengan mata yang terpejam, Fauzan membuka mata dan menatap Metta. Yang mana hal itu semakin membuat Metta salah tingkah ditempatnya.

"Kenapa?"

Metta menelan ludahnya. Ia menggaruk tengkuknya sendiri karena gugup. "A-anu, itu, kamu gak ke sekolah?"

"Emang udah jam berapa?"

"Delapan." Ia sudah pasrah kalau nantinya Fauzan akan memarahinya. Tubuh Metta semakin menegang kala tatapan Fauzan berubah, cowok itu menatapnya lekat.

"Kenapa lo gak bangunin?"

Sial beribu sial. Metta benar-benar merasa bodoh. Kalau sudah seperti ini, ia harus menjawab apa? Berkata sejujurnya? Ia rasa, itu bukan pilihan yang tepat karena ia yakin Fauzan akan tidak habis pikir dengan rasa takutnya yang tidak masuk akal itu.

"Jawab Tania." Tidak membentak namun terkesan sangat tegas.

Metta terperanjak. Tania? Siapa?

"Maksudnya Metta," lanjut Fauzan.

Metta mengalihkan pandangannya. "Aduh, gimana, ya, itu ... Aku takut."

"Takut kenapa?"

"Banguninnya."

Fauzan menghela napas pelan. Ia mendudukkan tubuh seraya meregangkan ototnya. Untungnya Metta sedang menunduk, kalau tidak, entah seperti apa perasaannya ketika melihat pergerakan Fauzan barusan.

"Aneh, ya, ada cewek yang takut sama orang yang bahkan udah tinggal serumah sama dia." Fauzan menuruni kasurnya kemudian mendekati Metta. "Lain kali gak usah takut, bangunin aja."

Fauzan meninggalkan Metta yang masih terdiam ditempatnya. Tolong, lain kali ingatkan Metta kalau ia sedang berada dijalan yang salah. Seperti matanya yang tidak bisa berpaling menatap tubuh suaminya. Itu kebiasaan buruk. Meskipun tidak bisa ditinggalkan, setidaknya harus dikurangi.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang