19 - Cuek tapi nyenengin

92.6K 7.1K 478
                                    

Hari ini Fauzan sudah kembali masuk ke sekolahnya. Cowok yang membiarkan baju seragamnya keluar itu tengah berjalan menyusuri koridor sekolah yang tampak sepi pagi ini.

Kali ini ia tidak datang bersama enam sekawan nya, ia datang sendiri. Dan kalian tahu? Ketua geng tersohor itu datang ke sekolah dengan Angkot, ya, dia menjadi penumpang Angkot tadi pagi.

Benar-benar berita mengejutkan.

Bersyukurlah Fauzan karena tidak ada yang melihatnya tadi.

Ingin rasanya Fauzan mengumpati laki-laki yang sudah mengusirnya dari rumah itu. Tidak masalah jika mobil disita, tetapi kalau motor, Fauzan benar-benar membutuhkannya. Akibat dari ayahnya yang kelewat keras itu, Fauzan sudah memantapkan dirinya untuk segera mengelola kafenya supaya ia segera membeli motor baru.

Berikut dengan rumah baru juga. Ya, Fauzan ingin segera pindah dari rumah Metta. Karena mau sekuat apapun dia, tidak kuat juga kalau setiap malam harus tidur dilantai yang hanya beralaskan karpet biasa saja. Salahkan Metta yang hanya memiliki kasur yang cukup untuk satu orang saja.

Sore nanti, niatnya cowok itu akan langsung ke kafenya, mengambil alih kemudian mengelolanya. Ya, setidaknya hasil dari kerja kecil-kecilkan nya itu bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya. Semoga saja.

Fauzan memasuki kelasnya, melangkah menuju kursi yang biasa ia tempati kemudian mendudukkan bokongnya di sana.

Fauzan menelusuri isi kelasnya, tidak ada kawan-kawannya di sana. Kemana mereka? Jam segini mereka belum datang juga?

Bola mata cowok itu bergerak menyorot pintu kelas yang baru saja menampakkan Kido, Adit dan Kufa.

"Wuih, Bos! Lo kemana aja? Gak sekolah gak ngasih kabar juga. Udah lupa sama kita?" Adit berujar seraya menghampiri Fauzan.

Menghela napas, Fauzan kembali kesal dengan papanya karena sudah mengambil ponselnya juga. Benar-benar kelewatan. Yang disisakan hanyalah kartu ATM nya saja, itupun hanya berisikan uang tabungannya, tanpa ada uang laki-laki itu sepeserpun.

"Sorry, HP gue rusak. Gue sakit kemarin." Fauzan berkata tanpa menatap ketiga temannya itu.

"Kenapa gak bilang?" tanya Kido.

Fauzan mendengus seraya memutar bola matanya malas. "Hp gue rusak, gue mau ngabarin lewat apa?"

Kufa mengulurkan tangannya kemudian bersalaman dengan Fauzan. Hal itu diikuti oleh Adit dan Kido juga.

"Sekarang, lo udah gak papa?" tanya Kufa.

Fauzan menggeleng pelan. "Enggak. Yang lain mana?"

"Kencing berjamaah," sahut Adit.

Fauzan mengangguk pelan, ia mengerti maksud dari perkataan Adit barusan.

Kufa mendudukkan bokongnya disebelah Fauzan, sedangkan Adit dan Kido menempati bangkunya masing-masing.

Kelas sudah semakin ramai, riuh ricuh yang memekakkan telinga seketika hening tanpa suara. Rupanya penyebabnya adalah kedatangan guru BK, siapa lagi kalau bukan Bu Indi?

"Selamat pagi anak-anak, sekarang saya akan mengadakan ulangan harian," ucap Bu Indi seraya mendudukkan bokongnya di kursi.

Penghuni kelas itu tegang seketika, ingin melawan namun tidak bisa. Ingin protes namun tidak mau kalau harus masuk ruang BK nantinya.

Beberapa murid menghela napas pasrah secara bersamaan, berbeda dengan Kufa dan Fauzan, kedua cowok itu tampak biasa saja.

Bu Indi mulai melangkah membagikan kertas soal. Ketika guru yang sedikit berisi itu menghampiri meja yang ditempati Fauzan, matanya menyorot seakan merasa heran. "Tumben, biasanya kamu selalu tidak hadir pelajaran saya."

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang