25 - Mesum?

116K 6.8K 790
                                    

Fauzan menyandarkan tubuhnya ditembok, cowok yang masih mengenakan jersey futsal itu baru saja menyelesaikan praktik olahraganya. Beruntunglah ia, karena meskipun lawan kelasnya adalah kelas Arka, namun yang menjadi lawannya bukanlah Arka. Entah kemana cowok itu, yang ia lihat hanya kedua sahabatnya saja. Tidak apa-apa, meskipun ia tetap kalah, setidaknya ia tidak terlalu malu dengan adanya kehadiran Arka.

Percayalah, Fauzan itu cowok aneh yang penuh dengan gengsi.

"Nih, Bos."

Fauzan menerima satu botol minuman dingin dari Odel, kemudian meneguknya hingga tandas. "Yang lain masih dibawah?"

Odel ikut mendudukkan tubuhnya di samping Fauzan. "Iya. Masih belum beres mereka. Tapi Bonek bentar lagi ke sini."

Ya, meskipun satu kelas, mereka tidak menjadi satu tim. Fauzan satu tim bersama Odel, Bonek dan teman sekelasnya yang lain. Sedangkan keempat temannya lagi entah satu tim dengan siapa.

"Btw, Bos, lo nerima tantangan si Tiger?"

Fauzan menghela napas pelan. Menerima tantangan Tiger yang kembali mengajaknya bertarung di jalanan? Bagaimana caranya? Meskipun hadiahnya lumayan, tetap saja tidak bisa karena motor andalan yang biasa ia pakai sudah disita oleh papanya.

"Gak bisa. Gue gak ada waktu. Lagian, motor gue belum sembuh, masih di bengkel."

Lagi, Fauzan kembali berbohong kepada teman-temannya. Entah sampai kapan, yang pasti, ia sendiri belum menemukan waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya.

Jangan katakan kalau Fauzan itu pengecut, anggap saja cowok itu tengah melindungi dirinya sendiri. Lebih tepatnya ia tengah mengulur waktu, karena sepintar apapun ia menyembunyikannya, rahasia itu akan tetap terbongkar juga.

"Lo, kan, bisa pake motor yang lain. Hadiahnya lumayan kali, bisa buat nongki-nongki."

"Tetep gak bisa."

Odel kembali meneguk minumannya yang hanya tinggal setengah, setelah tandas, ia melempar botol itu ke tempat sampah yang berada tak jauh didepannya. "Terserah lah. Tapi, gue yakin, si macan tutul itu pasti nganggap lo nyerah gitu aja."

Fauzan berdecak seraya memutar bola matanya malas. "Bodo amat. Yang penting, yang selalu jadi raja jalanan itu gue, bukan si meong belang itu."

Odel menghela napas seraya menggeleng pelan. Fauzan itu keras kepala dan tidak mau diganggu gugat. Kalau tidak ya tidak, kalau iya ya iya. Yang lebih parah, cowok yang sudah tiga tahun menjadi sahabatnya itu selalu tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Dia selalu bertindak sendiri, apapun yang ia mau, harus terlaksanakan.

Namun, meskipun sikapnya seperti itu, Odel tetap kagum dengan sosok cowok yang ada disampingnya itu. Selain berpikir sebelum bertindak, Fauzan juga sering mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Yang paling penting, cowok itu selalu bertanggung jawab dengan teman-temannya.

Odel maupun Fauzan, keduanya menoleh ketika melihat Bonek baru saja memasuki kelas dengan satu botol minuman ditangannya.

"Abang Bonek datang bawa kabar yang lebih tidak mengenakan dari kekalahan kita tadi." Bonek ikut mendudukkan tubuhnya didepan Fauzan. "Tau gak, Bos?"

Fauzan menggeleng pelan. "Gue bukan cenayang."

"Tau! Lo kan belum kasih tau kita," sambung Odel.

Bonek menatap kedua temannya dengan serius. "Ternyata, bucin nya si Bos udah di DO!"

Fauzan mengernyit heran. "Siapa?"

"Ya Bianca, lah, siapa lagi? Laura?"

"Serius lo?" tanya Odel memastikan.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang