4. Satu garis merah

117K 7.5K 242
                                    

Metta tengah berjalan menyusuri koridor sekolah. Meskipun keadaan tubuhnya tidak kunjung membaik, tetapi perempuan yang sudah tidak bisa dikatakan gadis itu terlihat bahagia sekali pagi ini.

Bukan tanpa alasan perempuan itu terlihat semangat sekali pagi ini, ada sesuatu yang pastinya membuat Metta senang. Perempuan itu sangat senang tak terduga ketika alat yang mampu membuatnya gemetaran kemarin itu hanya menunjukan satu garis merah, yang artinya hal yang paling Metta takutkan itu tidak terjadi.

Metta memasuki ruangan kelasnya, kemudian perempuan itu langsung duduk di bangkunya.

"Tumben seger, biasanya layu terus." Qila baru saja menghampiri Metta.

Metta mengangguk antusias. "Iya dong."

"Gimana keadaan lo? Udah baik?"

Metta menggelengkan kepalanya, "udah mendingan sih, tapi masih pusing terus mual gitu."

Qila tampak berpikir, "gue jadi takut deh lo kena penyakit serius." ucapnya, "eh, tapi lo udah pake alat itu belum?"

"Alat mana?"

"Alat yang dari warung obat itu."

Metta sontak memukul lengan Qila, "ya enggak lah, ngapain."

Qila terkekeh, "ya kali aja lo nyoba-nyoba gitu."

Metta memutar bola matanya malas. Bukan kemauannya untuk berbohong seperti ini, tetapi apa boleh buat? Metta masih belum bisa jujur tentang kejadian itu kepada Qila. Lagian, tidak ada apa-apa dalam tubuhnya, sesuatu yang sangat ia takutkan itu ternyata tidak benar.

"Eh Met?"

"Apaan?"

"Gimana dong? Apa gue terima saran dari lo aja, ya?" ucap Qila bingung.

Metta mengernyit, "saran yang mana?"

"Yang itu, emangnya penjual follower dimana?"

Metta mendengus sembari memutar bola matanya malas, tiada hari tanpa membicarakan persoalan instagram bagi Qila.

"Gini Aqila Queenata, lo tinggal buka instagram terus cari deh penjual follower, nanti juga banyak akun yang jual follower."

Qila tampak bingung, kemudian gadis itu menatap Metta heran, "kok lo bisa tau? Lo pernah beli juga, ya?"

"Mana ada, gue gak suka beli gituan."

Qila menghela nafasnya, "bagus deh. Berarti gue gak bakal ada saingan."

"Emang lo takut kesaing sama gue?"

Qila menggelengkan kepalanya, "enggak sih, tapi ya, gitu. Takut mah kagak ada, tapi kalo was-was mah ada."

Metta menggeleng heran. Sungguh, ia tidak menyangka jika akan berteman dengan spesies semacam Qila.

-------------------------

Enemy has been slain.

Regan semakin gencar menggerakkan kedua ibu jarinya untuk memenangkan pertarungan antara hiro-hiro nya. Bermain game online memang sangat pas untuk mengisi waktu kosong--ralat, bukan waktu kosong, lebih tepatnya waktu sebelum jam pelajaran dimulai.

"Eh, gue bayar utang, nih." Bonek menepuk bahu Regan, sontak saja yang di tepuk nya itu marah karena hampir saja hiro nya mati di serang lawan.

Regan mendelik ke arah Bonek, "asu anjir! Hampir aja lencelot gue tepar! Apaan sih lo?"

"Mau bayar hutang, Mas. Gak mau? Ya udah gak jadi."

Regan mendengus kala mendengar Bonek memanggilnya dengan menggunakan embel-embel 'Mas', "oh, bayar hutang, bilang dong. Punya duit dari mana lo?" Regan menerima beberapa lembar uang dari Bonek.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang