Setiap orang pasti menginginkan hari pernikahan yang begitu mengesankan. Setiap orang menginginkan hari pernikahannya begitu membahagiakan. Setiap orang pasti menginginkan pernikahan sesuai dengan keinginannya.
Begitu juga dengan pasangan manusia yang baru saja melaksanakan prosesi ijab kabulnya.
Metta dan Fauzan, kedua manusia itu sudah resmi menjadi suami istri sejak penghulu dan para saksi mengucapkan kata sah secara bersamaan.
Tidak bisa disangka, tidak bisa diduga, mulai detik ini, mulai hari ini, mulai sekarang Fauzan sudah menjadi lelaki yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar. Begitupula dengan Metta, cewek itu sudah menjadi perempuan bersuami dan harus menjalankan kewajibannya menjadi seorang istri.
Tidak masuk akal memang, ketika mereka masih berada di bangku SMA, ketika mereka seharusnya masih menikmati masa remaja, ketika mereka seharusnya masih bisa bersenang-senang dengan temannya, mereka malah diharuskan untuk hidup bersama dengan tanggung jawab yang sama.
Semua itu memang sudah tidak bisa dihindari apalagi ditinggalkan, antara keharusan dan kewajiban, Metta maupun Fauzan harus bisa menerima kenyataan. Hidup bersama mulai sekarang, meskipun tanpa perasaan.
Semoga saja, semoga kedua manusia itu bisa menghadapinya dengan kebersamaan.
"Lo istirahat disini dulu, sore kita beres-beres."
Metta mengangguk. Dengan masih mengenakan pakaian pengantin, Metta mendudukkan dirinya di kasur yang ada dikamar Fauzan.
Sejujurnya, Metta merasa sedikit senang dengan pernikahan ini, menikah dengan orang yang kita sayangi, siapa yang tidak mau? Tetapi, meskipun seperti itu, Metta tetap merasa bersalah karena pernikahan ini Fauzan harus diusir dari rumahnya sendiri. Untuk sementara, mungkin mereka akan tinggal di rumah Metta.
Metta menghela napasnya, gadis itu merasa gerah karena gaun pengantin yang masih melekat ditubuhnya. Bingung, sebenarnya cewek itu ingin membersihkan badannya dan mengganti pakaian itu. Tetapi, mau bagaimana? Sedangkan disini ia tidak membawa baju sama sekali.
Akhirnya Metta memilih untuk merebahkan dirinya saja, cewek itu melipat tangan dibawah kepalanya sendiri. Menghela napas seraya menatap langit-langit kamar Fauzan, Metta benar-benar masih belum percaya dengan ini semua.
Metta sudah bergelar istri, itu tidak masalah. Yang sangat menguras pikirannya adalah bagaimana dengan nasib Fauzan. Apakah cowok itu akan berhenti sekolah? Atau masih melanjutkannya?
Yang paling penting adalah bagaimana caranya mereka menyambung kehidupan nanti.
Mengingat Fauzan yang sudah tidak bisa tinggal dirumahnya, Metta jadi teringat bagaimana cowok itu menerima keputusan papanya begitu saja. Apalagi ketika cowok itu mengajukan satu syaratnya.
Tau apa isi syarat itu apa?
Fauzan meminta papanya untuk tidak memberitahukan masalah yang sebenarnya kepada Om Adji selaku orang yang akan menjadi wali nikahnya.
Sederhana. Metta tidak tahu alasannya apa, tetapi cewek itu tetap merasa senang ketika mendengarnya. Fauzan berkata seperti itu, itu artinya dia sedang melindunginya, bukan?
Memang benar-benar suami muda idaman.
Metta mengalihkan pandangannya, ia melihat Fauzan yang baru saja masuk dengan sebuah paper bag ditangannya.
"Gue tau lo gerah. Ganti baju gih."
Metta kembali mendudukkan tubuhnya, ia menatap sebuah paper bag yang baru saja di sodorkan oleh Fauzan. "Ini apa?"
"Baju ganti buat lo," ucap Fauzan tanpa menatap Metta. Cowok yang sudah mengganti pakaiannya itu berjalan menuju sofa.
Metta membuka paper bag itu, dilihatnya sebuah celana biasa dengan sebuah kaus pendek berwarna merah muda. "Ini dari mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzan
Teen FictionMenikah dengan seorang ketua geng karena sebuah kesalahan? Fauzan Reynalfiyandi. Cowok dengan sejuta pesonanya. Ketua sekaligus pendiri geng besar yang bernama Zayeoune. Dia tidak terlalu suka keramaian, tidak terlalu suka dengan pemberontakan. Deng...