2. Testpack

135K 9K 100
                                    

Berada dalam kendaraan yang penuh penumpang semakin membuat rasa mual Metta tidak terkendali. Ia sudah tidak tahan, dan akhirnya ia memilih turun di tepi jalan. Padahal rumahnya masih jauh, tetapi ya mau bagaimana lagi. Dari pada ia kehabisan tenaga karena sangat mual, lebih baik ia jalan kaki saja.

"Aduh, Met, tadi gue bilang apa? Harusnya lo ke rumah sakit aja, kayaknya masuk anginnya udah parah banget deh sampe-sampe naik angkot aja lo muntah-muntah," ucap Qila kesal. Kini keduanya tengah berada di pinggir jalan, lebih tepatnya duduk di trotoar.

"Gue gak apa-apa, gue cuma butuh istirahat aja." Lagi-lagi Metta membuat Qila kesal dengan jawabannya.

"Terserah! Gue bosen denger lo bilang gak papa."

Kemudian keduanya terdiam, menyaksikan ramainya pengguna jalan. Sesekali ada angkot yang berhenti dan menawarkan tumpangan kepada mereka, tetapi itu semua mereka tolak dengan alasan kondisi Metta.

"Terus kita mau gimana? Gak mungkin kan kita jalan kaki?" ucap Qila yang bingung harus gimana. "Atau ... Lo mau naik ojeg aja?"

Metta mengangguk mengiyakan.

"Tapi lo gak bakal jatoh di tengah jalan, kan?"

"Enggak, gue kuat kok."

Qila mendengus kasar, kemudian ia mengambil ponsel yang ada di ranselnya. Qila membuka aplikasi GO-JEK dan memesan ojeg online di sana.

----------

Istirahat kedua, Fauzan dan keenam kawanannya tidak tertarik untuk menghuni kantin. Seperti biasa, mereka akan menghabiskan waktunya hanya di kelas saja.

Bungkusan bekas makanan ringan berserakan dimana-mana, sebagian botol minum sudah tergeletak walau masih ada yang tetap berdiri kokoh karena memang isinya belum tandas.

Bonek, laki-laki periang itu tengah bernyanyi dengan iringan gitar yang berada dalam kendali Adit. Bonek memang sangat cinta terhadap lagu, tidak heran jika ia selalu bernyanyi di manapun dan kapanpun, kecuali atas pengecualian. Sedangkan Adit, laki-laki pecinta musik itu memang sudah menjadi pelengkap untuk Bonek. Tidak heran jika keduanya sering kali di juluki si kembar botak. Apalagi kalau bukan Upin Ipin.

Regan dan Kido, kedua human pecandu perang itu tengah menggerutu tak jelas lantaran hiro yang mereka kendalikan mati di tangan lawan. Keduanya kerap sekali di juluki pasukan HP miring, karena keduanya sangat tergila-gila sekali dengan game yang memang sedang booming di indonesia. Apalagi kalau bukan mobile legend, free fire, dan masih banyak lagi game sejenisnya.

Odel, laki-laki yang selalu kurang beruntung itu tengah bingung mencari jawaban yang tepat untuk permainan pengasah otaknya. Odel memang beda, ia lebih memilih permainan tebak gambar dari pada permainan perang yang hanya akan membuat kuotanya tersedot begitu saja. Walaupun ia tidak sepintar Kufa dalam permainan ini, tetapi ia tetap bertekad untuk mencobanya. Sesekali ia menanyakan jawabannya kepada Kufa, meski yang di tanya hanya akan memberikan kisi-kisi jawabannya saja.

Fauzan, laki-laki paling dicari dalam kumpulan nya. Laki-laki itu tengah duduk dengan pandangan yang tak tentu arah seperti biasanya. Pikirannya tidak lepas dari gadis yang ia lihat di lapangan tadi. Hati dan otaknya tengah bertempur hebat untuk memikirkan keputusan yang akan di ambilnya.

"Eh bos? Si Tiger tumben gak bikin masalah," ujar Bonek.

Fauzan sadar, ia pun mendengar perkataan Bonek barusan. "Mampus mungkin."

"Tapi nih ya, jangan-jangan mereka lagi nyusun strategi buat nyerang," ucap Adit.

"Mungkin aja sih, kita harus tetep waspada," sambung Kido.

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang