33 - Super sibuk

96.6K 8.5K 2.8K
                                    

APA SIH MOTIVASI KALIAN BUAT TERUS SETIA NUNGGU CERITA INI?

-

-

-

-

SIAP KOMEN Di Setiap PARAGRAF?

SELAMAT MEMBACA:)

Metta menggeleng heran ketika melihat Qila yang sedang makan satu mangkuk mie di depannya.

"Selebgram cara makannya kaya gitu, ya?"

Sembari mengunyah mie dalam mulutnya, Qila mengangguk pelan. "Kalo gue sih gini, gak tau yang lain."

"Lo rakus, Qil."

"Gak tau, ya, Met, emang kalo makanan gratis itu enaknya kebangetan."

Metta berdecak pelan. "Cuma mie, Qil, goceng juga udah kenyang. Segitu lo masih ngarepin yang gratisan?"

Semangkuk mie yang baru tersaji sekitar sepuluh menit yang lalu itu kini sudah tandas, hanya tingggal menyisakan sedikit kuahnya saja. Qila meneguk satu gelas air kemudian menatap Metta heran. "Selagi masih ada yang gratisan, kenapa enggak?"

"Lo udah gila, Qil."

Qila menghela napas pelan. "Terserah. Yang penting gue suka." Ia beralih memperhatikan sekeliling dapur rumah Metta. "Btw, lo tiap hari masak apaan?"

"Tergantung."

"Ketua geng suka ngasih lo duit?"

Metta mengangguk pelan. "Tiap hari dua ratus ribu. Tapi gak pernah gue pake, gue simpen."

Qila mengernyit heran. "Itu gede lho, Met. Terus lo beli kelengkapan pake uang mana?"

"Iya gede, mangkanya sayang kalo gue pake. Apalagi pemberian Fauzan. Beli perlengkapan gue ya pake duit gue lah."

"Om lo masih ngirim lo duit?"

Metta menggeleng pelan. "Ya enggak lah, dia kan tau kalo gue udah nikah. Tapi, tadinya Om Adji mau tetep ngasih gue bulanan, tapi gue tolak. Kata Fauzan, gak perlu. Dia masih bisa biayain gue."

Qila menggeleng tak percaya. "Gila, ketua geng idaman juga ternyata."

Metta menghela napas pelan. "Ya gitu deh, kadang emang nyenengin. Tapi lebih banyak nyeremin nya."

Qila terkekeh pelan. "Nanti juga biasa. Terus lo pake duit dari siapa?"

"Lo lupa kalo gue kaya? Uang gue di mana-mana."

"Sombong mode on," ucap Qila seraya memutar bola matanya malas.

Metta tersenyum. "Gak apa-apa, yang penting gue suka."

Qila memutar bola matanya malas. "Terserah bumil deh."

"Iya, Qil, lo harus turutin gue terus. Kalo enggak, gue gampang kesel soalnya. Gak tau kenapa." Metta menunduk dan mengusap perutnya yang kini sudah tidak rata. "Mungkin bawaan dedek bayinya kali, ya?"

Qila mengangguk mengiyakan. Ia tidak tahu, perubahan Metta memang tampak sekali. Dulu, sebelum Metta mengandung, posisi yang suka marah-marah itu dia. Dan ia mengakui kalau saat itu yang bersikap oon itu dirinya.

Tapi sekarang sudah beda. Yang oon adalah Metta, dan ia selalu kesal menyikapinya.

"Sama ketua geng lo suka kesel?"

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang