34 - Siapa Dia

95.3K 8.1K 1.6K
                                    

SEBElUMNYA, MINAL Aidzin WALFAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN:)

Maafin ya, saya tau kok di antara kalian pasti ada yg kesel ke saya gara-gara up terlalu lama atau karena alasan yang lainnya🤣

Sebelum baca, yuk curcor dulu. APA YANG MEMBUAT KALIAN SUKA DENGAN CERITA INI?

jangan lupa komen di setiap paragrafnya supaya saya makin semangat up nya:)

HAPPY READING!!

Metta baru saja tiba di rumah milik Qila. Rumah minimalis perpaduan antara warna abu dan putih tulang. Letaknya strategis, dekat dengan rumahnya dan juga dekat dengan sekolahnya. Sudah lama ia tidak mampir ke rumah ini, rumah yang selalu penuh dengan kasih sayang meskipun didalamnya tidak ada sosok seorang ayah. Qila hanya tinggal dengan ibu dan kakaknya saja.

"Mau minum apa?"

Metta yang tengah duduk itu menoleh menatap Qila yang baru saja kembali dari kamarnya. "Yang ada aja."

Qila mengangguk. "Oke. Otw dapur."

Metta menghela napas pelan. Ia menyandarkan punggungnya di kursi yang ada di sana. Baru saja memejamkan matanya namun, kembali terbuka ketika mendengar kedatangan seseorang.

Metta tersenyum kikuk ketika melihat Kakak kembarnya Qila yang ia ketahui bernama Jeno, tengah berdiri sembari menatapnya.

"Temennya Qila, ya?"

Metta mengangguk pelan.

"Yang udah nikah itu?"

Menelan ludah susah payah. Kenapa kakaknya Qila sudah tahu?

"Udah deh, Bang. Jangan godain Metta, dia udah bersuami."

Metta melirik Qila yang baru saja kembali dari dapurnya dengan nampan yang ada ditangannya.

Qila meletakan dua gelas minuman di meja, kemudian ikut duduk disebelah Metta. "Minum, Met."

Metta mengangguk kemudian meminum satu gelas minuman yang ada di meja. Netra nya ikut melirik Jeno yang baru saja duduk di seberangnya.

"Gue gak nyangka lo udah nikah, udah mau punya debay pula. Tadinya lo mau gue gebet tau."

Metta kembali tersenyum kikuk. Ia gugup, sekaligus malu juga dengan kenyataan hidupnya. Ia dan Jeno satu sekolah, satu angkatan juga. Namun, mereka beda kelas.

Seakan mengerti perasaan Metta, Qila menatap Kakaknya dan mencoba mengalihkan topik pembicaraannya. "Lo gak sekolah, Bang?"

Jeno menggeleng pelan. "Lo liat gue disini, berarti gue gak sekolah."

"Udah kelas tiga masih aja jarang sekolah."

Jeno mendengus kesal. "Situ gak nyadar, Neng?"

Qila menghela napas. "Gue kelas dua belas."

"Lah, apa bedanya?"

"Gak tau," ucap Qila seraya mengangkat bahunya.

Jeno mendengus, kemudian cowok berambut sedikit gondrong itu beranjak dari duduknya. "Dah lah, pusing ngomong sama lo. Nanti kalo Ibu pulang, bilangin kalo gue pergi ketempat biasa."

Qila menatap kakaknya. "Sama temen kaku lo itu?"

"Kaku gitu lo demen kan?"

Qila mendesis. "Gak."

FauzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang