Sudah kurang lebih satu Minggu berlalu sejak pertemuan terakhir Jaehyun dengan Taeyong di depan gedung fakultas lelaki manis itu. Kesibukan karena tugas kampus juga pengkaderan calon anggota himpunan membuat Jaehyun hanya mampu memantau kegiatan Taeyong di media sosial. Sosok itu pun juga terlihat sama sibuknya.
Terbukti ketika Jaehyun mengirimkan pesan singkat melalui Twitter, butuh waktu beberapa jam bahkan sampai berhari-hari untuknya mendapat balasan dari Taeyong. Si lelaki manis yang biasanya juga rajin memposting cuitan pun sudah sangat jarang muncul di timeline sosial medianya.
Diam-diam Jaehyun merindukannya. Merindukan Taeyong yang notabennya bukan siapa-siapanya.
Jaehyun yang kini kembali mengendarai motor jadul kesayangannya memperlambat laju kendaraan itu di depan gedung fakultas Taeyong. Dalam hati ia berharap dapat melihat lelaki manis itu meski sekilas saja. Memandangi foto Taeyong di media sosial rasanya tak cukup untuk melepas rindu.
Tak kunjung mendapati objek yang ia cari dimana-mana, Jaehyun lantas menghela napas pasrah sebelum melajukan motornya dengan kecepatan sedang seperti biasa. Sepertinya Taeyong sudah pulang, pikirnya.
Ditengah-tengah rasa gundahnya, Jaehyun kemudian melebarkan mata ketika di depan sana ia melihat sosok yang amat ia kenali tengah berjalan kaki seorang diri. Buru-buru ia menancap pedal gas hingga menyamai laju langkah pejalan kaki disampingnya.
"Yong!"
Taeyong lantas menghentikan langkah. Ia pun menoleh dan tersentak saat mendapati Jaehyun bersama motor jadulnya berada disampingnya.
"Kamu mau pulang?" Tanya Jaehyun.
"Iya, Jae." Taeyong berkata diikuti senyum tipisnya. "Kamu juga udah mau pulang?"
Jaehyun mengangguk, "Iya, Yong." Katanya lalu berdeham. "Kamu enggak pulang bareng pacar kamu?"
"Hah? Pacar?" Taeyong mengerutkan kening.
"Iya, yang nganterin kamu pulang Minggu lalu pacar kamu kan?" Tanya Jaehyun lalu menghindari tatapan Taeyong sejenak.
Mendengar tawa renyah si lelaki manis lantas membuat Jaehyun mengangkat alis. "Kamu kok ketawa?"
"Yang kamu sebut pacar aku itu Doyoung," Taeyong terkekeh. "Aku enggak mungkin pacaran sama sepupu aku sendiri."
Jaehyun mengulum bibir hingga kedua lesung pipinya nampak semakin dalam. Entah ia harus merasa senang atau justru mengasihani dirinya sendiri saat ini.
Seminggu belakangan ia galau siang dan malam karena selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan jika pria galak yang menjemput Taeyong adalah kekasih lelaki manis itu. Ia pun tak berani bertanya dengan sahabat-sahabatnya, sebab Jaehyun tahu, bukan jawaban yang akan berikan. Melainkan ejekan karena kepercayaan dirinya perlahan goyah.
Tapi kenyataan yang justru Jaehyun terima saat ini adalah, sosok yang membuatnya cemburu berat ternyata sepupu Taeyong sendiri.
"A-ah, gitu. Kirain dia pacar kamu, soalnya galak banget pas ngeliat aku."
"Doyoung enggak galak kok," Taeyong tersenyum tipis. "Dia emang gitu, suka protektif banget ke aku," katanya.
Jaehyun mengangguk paham. "Eh, iya. Kamu pulang bareng siapa, Yong?"
"Biasa, Jae. Naik angkot," jawab Taeyong lalu melirik sekilas pada jam di pergelangan tangannya. "Ya udah, aku duluan ya, Jae. Aku harus bantu Mimih aku di rumah."
Taeyong hendak melangkah dan meninggalkan si lelaki berlesung pipi. Namun sosok itu kemudian memekik. "Tunggu, Yong!" Hingga ia kembali menoleh.
"Kenapa, Jae?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...