Nyaris satu tahun menjalin kasih dengan Jaehyun nyatanya Taeyong lewati dengan berbagai macam konflik batin. Namun ia tidak ingin si lelaki berlesung pipi khawatir ataupun berpikir jika dirinya berniat untuk membatasi lingkup pertemanan sang kekasih. Alhasil, Taeyong hanya bisa terus mengawasi Jaehyun. Ia hanya bisa memastikan jika seseorang tidak akan mencuri celah diantara mereka.
Termasuk Jungwoo.
Meski terlihat acuh tak acuh kala sahabat Jaehyun yang satu itu selalu berkeliaran disekitarnya begitu ia sedang menghabiskan waktu bersama kekasihnya, namun Taeyong sama sekali tidak menutup mata. Ia bisa melihat gelagat aneh dari setiap sikap Jungwoo pada lelaki yang amat dicintainya.
Sering kali Taeyong merasa risih ketika ia datang ke kos-an Jaehyun dan mendapati lelaki manis beriris kecoklatan itu juga berada di sana. Entah dengan alasan ingin mengerjakan tugas bersama, meminta Jaehyun untuk membantunya mengedit video atau men-design sesuatu, bahkan hanya sekedar untuk membawa camilan kesukaan kekasihnya.
Beruntungnya Jaehyun tidak berubah. Perhatian pemuda pemilik nama belakang Pradana itu masih tetap menaruh perhatian besar hanya untuknya. Mereka masih tetap melanjutkan hubungannya yang berbunga-bunga seperti biasa.
Contohnya sekarang, tepatnya malam Minggu, dibawah langit bumi pasundan yang ditemani terangnya sinar sang rembulan, Taeyong dan Jaehyun tengah berbagi cerita seraya menyusuri jalan Pasteur. Keduanya mengendarai motor matic keluaran baru yang dibeli Bunda untuk Jaehyun. Sebab si wanita paruh baya sudah amat lelah melihat anaknya keseringan bolak balik ke bengkel hanya karena motor bututnya.
"Disini macetnya bikin aku inget Jakarta," gumam Jaehyun kala ia harus menghentikan laju motor barunya tepat di bawah jalan layang Pasoepati. Bukan hal yang mengejutkan lagi jika area ini menjadi salah satu pusat kemacetan.
"Sekarang kan malam Minggu, Yang. Banyak yang jalan sama doi nya," balas lelaki yang posisinya sedang dibonceng; Taeyong.
"Kayak aku sama kamu kan?"
Taeyong tersenyum. Mengangguk pelan kala lelaki berlesung pipi itu menoleh kebelakang, tepat padanya. Sesaat kemudian ia buru-buru membuang muka ke arah lain, sebab Jaehyun terus-terusan memandanginya lekat-lekat. Hatinya masih cukup lemah dan belum bisa terbiasa dengan tatapan teduh kekasihnya.
Saat itu pula Taeyong semakin melebarkan senyumnya. Sebab ia menyadari jika kini laju motor Jaehyun berhenti tak jauh dari perusahaan milik negara yang diam-diam memacunya untuk belajar dengan baik sejak awal masuk perguruan tinggi.
"Kamu liatin apa, Yang?"
"Kantor diseberang jalan sana," jawab Taeyong.
"Emang kantor itu kenapa?" Jaehyun menautkan alisnya heran, "Ada hantunya?"
Tatapan Taeyong seketika berubah menjadi datar. Ia menoleh ke arah kekasihnya sementara jari tangannya telah bertengger pada pinggang Jaehyun. Membuat si lelaki berlesung pipi berakhir memekik sebab ia mencubitnya.
"Ya kali aku senyum-senyum karena lihat hantu," Taeyong berdecak.
Jaehyun terkekeh, "Terus?"
Menarik napas dalam-dalam, Taeyong kemudian kembali menoleh ke arah gedung utama yang dikenal dengan sebutan Heritage Building kantor bercat putih dengan gaya khas Belanda yang masih sangat kental itu. Ia tersenyum tipis lalu berucap, "Aku pengen kerja disitu kalau udah lulus nanti."
"Kenapa kamu mau kerja disitu? Emang gajinya tinggi?"
Taeyong kembali memusatkan atensi pada sang kekasih, "Lumayan," katanya lalu bersandar pada pundak Jaehyun, "Tapi bukan cuma masalah gaji sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓
Fanfiction❝Before we begin anything, there's a lot of stories the world should know about us❞ LOCAL AU | HURT/COMFORT | NC-17 | INTROSPECTIVE Jaehyun Jayantaka Pradana, seorang mahasiswa di Universitas Biantara yang nyaris memiliki segala harapan dari setiap...